Oleh : Syaikh Ali Ba Bakar bin Yahya
Diberi kata pengantar oleh :
1. Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir As-Segaf
2. Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar Al-Haddar
3. Asy-Syaikh Shalih bin Bekhit Maula Dawilah
Cetakan pertama 1426 H / 2005 M
[Mereka semua Ahlul Bait dari keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu].
Muqaddimah
Oleh : Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir
As-Segaf
Segala puja dan puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, penghulu kita, kekasih
kita dan penyejuk pandangan kita Muhammad bin Abdillah, yang telah bersabda :
(yang artinya)
“Barangsiapa mengada-ada (sesuatu yang baru) dalam urusan kami ini yang
bukan darinya maka (sesuatu yang beru yang diada-adakannya) itu tertolak.”
Yang juga telah bersabda : (yang artinya)
“Sesungguhnya aku meninggalkan kalian di atas (jalan) yang putih, malamnya
sama dengan siangnya, tiada yang menyimpang darinya sepeninggalku kecuali orang
binasa.”
“Dan barangsiapa yang hidup diantara kamu dia akan melihat perbedaan yang
banyak. Maka hendaklah kalian (berpegang teguh) dengan apa yang kalian ketahui
dari sunnahku dan sunnah para khalifah yang berjalan diatas petunjuk yang mana
mereka mendapat petunjuk, gigitlah (sunnahku dan sunnah pada khulafa’ itu)
dengan geraham-geraham (kalian).”
(Demikian pula semoga shalawat dan salam itu) tercurahkan kepada keluarga
beliau yang suci dan para shahabat beliau semuanya.
Wa ba’du :
Bahwasanya al-akh Asy-Syaikh Ali Ba Bakar –semoga beliau senantiasa diberi
taufiq oleh Allah- telah menunjukkan kepada saya sebuah tulisan kecil perihal
sufisme di Hadramaut dan sungguh sangat mengejutkan saya apa-apa yang beliau
nukil dari kitab-kitab mereka yang disertai dengan penyebutan juz dan
halamannya, berupa kisah-kisah dan riwayat-riwayat yang dienggani oleh Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang bertauhid (kepada Allah), serta
apa-apa yang disebutnya itu berupa penisbatan keistimewaan-keistimewaan
Rububiyyah kepada makhluq, diantaranya :
1. Meniupkan ruh pada benda-benda mati, padahal Allah berfirman : (yang
artinya)
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Qs.
Al-Israa’ : 85)
2. Menghidupkan orang-orang yang telah mati, padahal Allah U berfirman :
(yang artinya)
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala suatu, (Qs. Al-Hajj : 6)
3. Mengatakan kepada sesuatu “Kun Fayakun” (jadilah maka terjadilah)!
padahal Allah berfirman tentang diri-Nya : (yang artinya)
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Yasiin : 82)
4. Mendakwahkan mengetahui ilmu ghaib, padahal Allah berfirman : (yang
artinya)
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul
yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin : 26-27)
5. Menyembuhkan orang-orang yang sakit, padahal Allah berfirman melalui ucapan
Ibrahim al-Khalil : (yang artinya)
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (QS. Asy-Syuaara’ :
80)
6. Jaminan surga bagi para murid (orang yang mau mengikuti tarekat mereka,
pent). Dan penghapusan berbagai dosa-dosanya dari lauhil mahfudh, serta hal-hal
yang serupa dengan keenam hal tersebut diatas.
Semua ini dan lainnya dari berbagai kisah-kisah dan riwayat-riwayat lain
tidak berdasarkan pada dalil-dalil naqli (al-Qur’an dan Hadits) dan tidak pula
diterima oleh akal, semua itu dinukil oleh asy-Syaikh Ali Ba Bakar (Ali Ba
Bakar bin Yahya, pent) dalam tulisannya ini.
Kisa-kisah dan riwayat tersebut adalah kekufuran yang nyata, tidak
diragukan lagi oleh seorang muslim yang bertauhid. Riwayat-riwayat tersebut
tidak boleh diyakini dan tidak boleh diriwayatkan kecual untuk memperolok-olok
dan membantah.
Dan tidaklah kondisi manusia disana (di Hadramaut) sampai demikian
melainkan disebabkan oleh hawa nafsu, kebodohan dan jauhnya dari (ajaran)
al-Qur’an dan as-Sunnah.
Namun saya berbeda pendapat dengan peulis buku ini (Syaikh Ali Ba Bakar bin
Yahya) dalam masalah yang sering disebutnya berulang-ulang bahwa semua yang
disebutnya (berupa penyimpangan) didorong oleh keinginan materialis murni atau
propaganda untuk pemasaran dan penggiatan pariwisata religi guna menarik para
wisatawan semaksimal mungkin seperti yang beliau ungkapkan.
Dan tentunya orang-orang yang menjadi objek dalam (riwayat dan kisah-kisah
itu) berlepas diri dari apa-apa yang dinisbatkan (disandarkan) kepada mereka :
sebab para Rasul dan Nabi pun telah didustakan atas nama mereka. Dan hendaknya
para cucu dan pengikut mereka (para habib yang disebutkan dalam dongeng-dongeng
itu, pent) berlepas diri pula dari riwayat dan kisah-kisah itu serta menafikan
penisbatannya kepada kakek dan panutan mereka itu serta tidak boleh
meriwayatkannya untuk membenarkannya.
Dan kewajiban anak terhadap ayah-ayah mereka minimal menafikan kekufuran
dari mereka serta membersihkannya dari mereka. Sikap ini termasuk perbuatan bir
(bakti) terhadap ayah-ayah mereka. Sebab bukan merupakan kebanggaan sedikitpun
tatkala kakek seseorang mendakwakan mampu menghidupkan orang-orang yang telah
mati, atau mengetahui yang ghaib atau ia bias menyatakan pada sesuatu “jadilah
maka jadilah sesuatu itu”. Wa ‘I yaadzu billah (kita mohon perlindungan dari
Allah dari itu semua).
Dan sesungguhnya saya mengajak semua anak-anak para Saadah (para Sayyid)
baik yang berada di Hadramaut dan yang di luar Hadramaut untuk kembali pada
kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya saw kakek/Datuk mereka Muhammad bin Abdillah
sesuai dengan manhaj (jalan) para salaf pendahulu mereka yang shalih, Abu
Bakar, Umar, Utsman dan Ali r.anhum serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik.
MUQADDIMAH
Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar al-Haddar
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Kami mengucapkan shalawat
dan salam kepada “yang diutus” bagi alam semesta, Nabi kita Muhammad, keluarga
dan para sahabat beliau semuanya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan
mereka dan melaksanakan sunnah mereka sampai hari kiamat.
Amma ba’du :
Bahwasanya saya telah membaca tulisan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar yang diberi
judul “Hadzihi Hiyash Shufiyyah fi Hadramaut” (Membongkar kedok sufisme di
Hadramaut) maka kudapati buku tersebut sangat bagus pada bidangnya dan isinya
sangat bermanfaat. Tulisan tersebut telah menelanjangi mereka para sufi itu
tentang hal-hal yang mereka dakwakan berupa kekeramatan, menyingkap aib mereka
dan menjelaskan berbagai kesesatan mereka dan kami berlepas diri kepada Allah
dari itu semuanya.
Dan meskipun saya sepakat dengan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar tentang apa-apa
yang beliau ceritakan perihal orang-orang sesat itu, namun saya berbeda
dengannya tentang sebab yang menyebabkan mereka terjerumus dalam keadaan ini.
Maka, bisa jadi karena kejahilan yang bertumpuk selama bertahun-tahun
menyebabkan mereka terjerumus dalam kondisi tersebut plus disebabkan sedikitnya
ulama Rabbani yang memiliki aqidah yang benar.
Kami memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang terbaik dan
sifat-sifat-Nya yang termulia semoga Dia mengembalikan kita dan mereka semua
kepada al-hak dan semoga dia mengilhami kepada kita petunjuk dan menampakkan kepada
kita bahwa yang hak itu hak serta menganugerahkan kepada kami untuk
mengikutinya dan menampakkan kepada kami bahwa yang batl itu batil serta
menganugerahkan kepada kami untuk menjauhinya. Sesungguhnya Dia-lah yang
mengurusi itu yang Maha Kuasa untuk melaksanakannya.
Ditulis oleh
Abu Bakar bin Haddar bin Ahmad al-Haddar
Hadramaut – Inat
Jumadul ula 1426 H.
Muqaddimah Asy-Syaikh Shaleh bin Bakhit bin Salim Muala Dawilah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah kepada kami untuk
memeluk agama Islam
“Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak
memberi kami petunjuk.” (QS. Al-A’raf : 43)
Demikian pula Dia telah mengajarkan kepada kita al-Hikmah (Sunnah
Rasulullah) dan al-Qur’an serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang
ditampakkan kepada manusia, dan mengenakan kepada kita pakaian ketaqwaan
sebaik-baik pakaian.
Aku memuji-Nya (Yang Maha Suci), aku bersyukur kepada-Nya, bertaubat dan
memohon ampun kepada-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang hak
kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah
dan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Aku bersaksi pula bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya dan
manusia terpilih diantara makhluq ciptaan-Nya. Dia adalah sebaik-baik manusia untuk
manusia, lentera yang menyala, cahaya serta pelita, rahmat dan kesejukan.
Semoga shalawat dan salam-Nya senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya
dan para shahabatnya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan mereka dan
mengikuti jejak mereka sampai hari kiamat kelak. Wa ba’du :
Bahwasanya bencana tashawwuf benar-benar telah merebak dan membesar di
Timur dan di Barat, menimpa berbagai belahan umat. Sampai-sampai hampir tiada
suatu lembah dan suatu bukitpun yang lengang dari bencana tasawwuf ini.
Tasawwuf ini, meskipun sebuah peringatan sial dan petunjuk kepada
penyimpangan. Namun demikian menurut orang-orang yang bodoh dan lalai ia adalah
tolak ukur/barometer bagi sebuah pembenaran dan pengakuan [sebuah kebenaran,
pent]. Dan bukan ini tempatnya untuk menjelaskan kebrobrokan barometer ini. Dan
cukuplah bagi saya ayat yang termaktub dalam al-Qur’an :
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS. Al-An’am : 116).
Dan firman Allah (yang artinya) :
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat
menginginkannya. (QS. Yusuf : 103)
Sebagaimana saya-pun tidak bermaksud dengan bala ini tashawwuf mawalid dan
hadrah karena hal itu terlalu kecil untuk menyingkap kepalsuannya dan
menjelaskan kebatilannya serta keterputusannya dari agama Allah dan petunjuk
Rasulullah. Dan tidak pula saya maksudkan dengan bala ini, tasawwuf suluk,
ar-riyadhah dan akhlaq, karena semua umat dimuka bumi ini ikut andil padanya,
ia dibutuhkan menurut pendapat orang-orang berakal dialam ini. Sementara
manusia dalam tasawwuf suluk, riyadhah dan akhlaq ada yang meremehkannya dan
ada pula yang bersungguh-sungguh [melaksanakannya].
Dalam masalah ini orang-orang yang mendapat taufiq dan mengikuti petunjuk,
mereka berjalan diatas jalan Al-habib Al-Musthafa yang mana beliau telah dibina
oleh Rabbnya sebaik-baik binaan dan mensucikannya serta mengindahkan.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qolam
: 4)
Sementara orang-orang selain mereka menaiki/menempuh jalan-jalan dan
madzhab-madzhab lain, lalu mereka-pun berbuat jelek dan berbuat baik, berbuat
yang benar juga berbuat yang salah.
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”.
(QS. Al-Israa’ : 84).
Dan tidak juga yang saya maksudkan dengan bala disini adalah tasawwuf
zuhud, karena orang-orang yang zuhud begitu mulia lagi bertakwa, begitu benar
lagi suci, mereka rela berlapar-lapar dan tidak mengenakan alas kaki serta
menyendiri dan mengasingkan diri dari manusia :
“Apabila ia berada di pos penjagaan-ketika perang- ia terus menjaga, dan
apabila ia di garis belakang pertahanan ia terus disana, apabila ia meminta
izin tidaklah diizinkan dan apabila memberikan perantara tidak diterima
perantaraannya”.
Mereka menganggap karomah sebagai sebuah peringatan dan ancaman,
penghormatan sebagai sebuah tipuan, pujian sebagai sebuah ujian dan fitnah,
walaupun mereka memperoleh itu semua.Barangsiapa yang mencintai mereka, maka
haruslah lebih mencintai kebenaran diatas cintanya kepada mereka, perkataan
mereka bisa diterima juga disa ditolak, mereka tidak mendakwakan bahwa diri
mereka ma’shum, dan tidaklah yang mengaku ma’sum kecuali ia termasuk pembohong
atau orang yang menyimpang.
Sesungguhnya yang aku maksudkan disini adalah sufisme yang merupakan sebuah
musibah dan ancaman , yang mana mereka [orang-orang tasawuf] tersebut
bersembunyi dari fenomena -fenomena yang telah kami singgung diatas. Yang mana
mereka itu menyembunyikan dalam hati mereka hal-hal yang bertentangan dengan
apa yang mereka tampakkan. Allah telah berfirman (yang artinya) :
“Dan sesungguhnya kamu dapat mengenal mereka dari hiasan perkataan mereka.”
(Muhammad : 30)
Allah juga berfirman (yang artinya) :
“Mengapa kamu mencampurkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan
kebenaran, padahal kamu mengetahui.” (Ali Imran : 71)
§ Sufisme yang berbentuk paganisme dan penyatuan aliran-aliran kepercayaan
syirik.
§ Sufisme yang meyakini “Al-Hulul” (Al-hulul menurut kaum sufi adalah :
Bahwasanya Allah memilih sejumlah tubuh manusia kemudian bersemayam (hulul)
disana sehingga tubuh-tubuh tersebut memiliki esensi ketuhanan, lepas dari
esensi ke”manusiaan”nya, seperti tubuh orang-orang yang arif dari kalangan para
wali dan orang-orang yang suci jiwanya. Ini adalah persangkaan kelompok
hululiyah, ‘abdul qoohir Al-Baghdadi menyebutkan bahwa hululiyah memiliki
sepuluh sekte yang berinduk kepada ekstremis rafidhah, Ibnu Taimiyah membaginya
kedalam dua kelompok, yang pertama : mereka yang menyebutnya sebagai hulul
khusus, ini adalah pendapat para penganut Kristen Nestorian dan ekstremis
rafidhah yang mengatakan bahwasanya Allah bersemayam di tubuh ‘Ali bib Abi
Thalib dan para imam Ahlilbait juga sebagian ekstremis lainnya yang mengatakan
bahwa Allah bersemayam di tubuh para waliNya .( Mu’jam Mushtotholah As-shufiyah
hal.86, Al-farqu bainal firoq 253,Majmu’ fatawa 2/171-172. Dinukil dari
Ma’aalimil jarh wa ta’dil karya Abu ‘Abdurrohman Muhammad Al-mahdi.) dan
meyakini bahwa Allah bersatu dengan makhluknya, dan paham-paham sufistik yang
lancang dan melenceng.
§ Sufisme yang penuh dengan kedustaan, khurofat (cerita-cerita bohong) dan
tercela .
Mereka datangi semua agama yang dianut semua manusia dan
pemikiran-pemikirannya dan meminta saling berlomba untuk menutup-nutupi ciri
asli agama-agama tersebut .
Setelah itu merekapun bergegas untuk memutar balikkan fakta, mencoba
meninjau kembali syari’at ini dan mendirikan lembaga-lembaga untuk kemudian
menjebak manusia kedalam faham tersebut.
Sebuah bentuk persaingan yang gila-gilaan dan melampaui batas. Yang mana
sebahagian dari mereka mengaku mampu untuk merubah apa yang tercatat di lauhul
mahfudz, yang lainnya mengaku mampu untuk memadamkan api neraka dan menutupnya.
Yang lainnya mengaku sebagai penyanding Allah dan dekat bersama-Nya di Arsy.
Maha suci Allah dari itu semua, sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar
dari ucapan dan perbuatan yang itu semua tidakklah mungkin muncul dari seorang
yang berakal apalagi dari seorang muslim yang beilmu lagi terhormat.
Dari Daud bin Sholih, ia berkata : Aku berkata kepada Abdurrahman bin Mahdi
: “wahai Aba Sa’id sesungguhnya di negara kita ini ada orang-orang sufi”.
Abdurrahman berkata : “Jangan sampai engkau dekati mereka, sesungguhnya kita
telah melihat diantara mereka kaum yang suatu hal [sufisme] telah menjadiikan
mereka gila sedangkan sebahagian yang lain telah menjadi zindiq.
Parahnya lagi, mereka menyandarkan perkataan batil dan perbuatan rusak
mereka kepada orang-orang terdahulu yang memiliki kemuliaan, seperti
penyandaran kebatilan dan pencampuradukan yang mereka buat kepada imam ahli
bait, semua itu adalah upaya untuk melariskan yang batil dan menghiasinya.
Adapun orang-orang yang benar dari kalangan Ahlulbait, maka mereka seperti
manusia lainnya yang mencari kebenaran dengan metode dari umat terbaik [yaitu
para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti dan meneladani mereka]. Para
ahlulbait itu mengikuti dan mencontoh dan mereka bukanlah orang-orang yang
membuat kebid’ahan dan mengada-ada dalam agama. Mereka adalah orang yang paling
bersemangat mengikuti sunnah dan paling memperhatikan serta terdepan membela
sunnah dan orang-orang yang mengikutinya, dari rumah-rumah mereka muncul
pengamalan terhadap sunnah dan dengan tenaga -tenaga mereka sunnah ini
ditampakkan.
Kemudian sesudah itu, mereka ini seperti manusia pada umumnya – selain
dalam hal yang Allah memberikan kekhususan bagi mereka -, diantara mereka ada
orang alim dan bodoh, ada yang diberi pentunjuk, ada juga yang sesat, ada yang
memperoleh hidayah, dan juga ada yang menyimpang, bahkan ada yang muslim dan
ada juga yang kafir,
“Barangsiapa yang lamban amal perbuatannya maka nasabnya tidak akan dapat
mendahuluinya” (Muslim 2699, dari Abu Hurairah)
Nasab mereka sebenarnya lebih tepat sebagai sebuah beban daripada sebuah penghormatan,
dan sikap mereka yang acuh tak acuh terhadap upaya untuk menyebarkan dan
membela sunnah akan menjerumuskan mereka kedalam kehinaan.
Adapun karomah maka ia adalah pokok bahasan tulisan ini, sebagaimana
pembahasan lainnya mengenai aqidah. Dimana manusia terbagi antara yang
berlebih-lebihan dan yang menyepelekan. Ada yang ke-timur dan ada yang
ke-barat, ada yang setuju dan ada yang mengingkari, masing-masing kelompok itu
tercela.
Yang benar adalah (sikap tengah) berada diantara sikap berlebih-lebihan dan
menyepelekan. Hanya saja cacat yang ada pada orang-orang sufi dalam masalah
aqidah ini dapat ditinjau dari beberapa segi :
Pertama :
Mereka suka menggembar-gemborkan masalah karomah. Padahal seharusnya para
ahlul ‘ilmi memiliki rasa takut dan rendah hati – sebagaimana sikap para salaf-
seperti dalam perkataan Umar berikut ini ( Demi Allah.. seandainya aku memiliki
emas sebesar bumi ini, akan aku pergunakan untuk menebus diriku ini dari azab
neraka sebelum aku menghadap Allah)
Adapun mereka, hampir-hampir ada tidak akan mempercayai bahwa yang
berbicara tentang karomah ini adalah orang Islam, yang menyerah, mengagungkan
dan memuliakan untuk Allah Rabbul Alamin. Perhatikan perkataan Abu Yazid
al-Bustami ini, ketika ia berkata : Aku berharap agar kiamat itu terjadi,
sehingga tempat tinggalku ini terperosok kedalam neraka. Ada seorang bertanya :
Mengapa demikian wahai Abu Yazid ? Aku tahu bahwa neraka akan padam jika
melihatku sehingga aku menjadi anugerah untuk penghuni neraka yang lain,
jawabnya.
Kedua :
Mereka bermain-main dan bersenda gurau dalam masalah karomah ini, bahkan
seringkali hanya untuk memuaskan selera dan hawa nafsu saja . seakan-akan salah
seorang diantara mereka di restoran atau hidangan, ia meminta apa saja yang
diinginkannya.
An-nuuri berkata : Ketika aku berada disebuah kolam, ada beberapa orang
mendatangiku dan mereka berkata : kami datang kesini untuk memancing ikan ,
lalu mereka berkata kepadaku : Wahai Abu Hasan (An-Nuuri), tunjukkan kepada
kami ikan seberat 3 pound, tidak lebih dan tidak kurang, sebagai hasil ibadah
dan kesungguhanmu dalam beramal ! Akupun berkata kepada waliku : Seandainya
engkau tidak memberikanku seekor ikan seperti yang mereka pinta maka aku akan
menceburkan diriku kedalam kolam ini, lalu keluarlah seekor ikan dan ketika aku
timbang ternyata beratnya 3 pound tepat.
Hal seperti ini terjadi karena kebodohan mereka terhadap hikmah dibalik
karomah itu sendiri, padahal tujuan dari karomah adalah guna menolong agama
Allah, menegakkan sunnah serta mengokohkan agama ini. Bukannya sebagai gurauan,
pemuasan terhadap hawa nafsu, pamer otot, menakut-nakuti umat ataupun untuk
memperoleh kedudukan dan melariskan objek-objek wisata rohani/religi.
Ketiga :
Penjiplakan cerita tentang karomah, silahkan anda melihat buku-buku
peninggalan sufisme dari masa dan tempat yang berbeda-beda niscaya anda akan
melihat bagaimana “karomah” mereka ini hanya berkisar seputar permasalahan yang
sama, nama dan tempatnya berbeda namun kejadiannya serupa, hal ini dapat anda
temukan pada sufisme yang biasa di Hadramaut, Sudan, Mesir atau Maroko bahkan
dimana-mana saja.
Keempat :
Menisbatkan karamah dengan dugaannya : (Diantara mereka ada yang melihat
seberkas cahaya di angkasa. Jika terjadi pada bulan Ramadhan maka ia akan
berkata : Aku telah melihat lailatul qadar sedangkan jika terjadi pada selain
bulan Ramadhan maka ia akan berkata pintu langit telah terbuka untukku).
Mungkin saja sesuatu yang diinginkan itu terjadi, lalu ia menyangka hal itu
sebuah karamah, padahal bisa saja kejadian yang ia lihat itu sebagai sebuah
ujian atau tipu daya Iblis. Seorang yang berakal tentulah tidak akan
mempercayai sepenuhnya hal tersebut walaupun hal itu adalah karamah. Ini semua
adalah buah dari sikap terlalu berlebih-lebihan mereka terhadap karamah,
sehingga mereka menjadikan tujuan pengikut mereka mencari karamah, padahal yang
diperhatikan orang-orang shalih itu adalah mencari keistiqamahan bukan mencari
karamah.
Ibnul Jauzi berkata : Iblis telah memasukkan perangkapnya kepada suatu
kelompok manusia, dimana mereka membuat dongengan-dongengan tentang
karamah-karamah para wali untuk menyokong keadaan mereka, padahal kebenaran
tidak membutuhkan sokongan dari kebatilan, dan Allah akan menyingkap perbuatan
mereka ini melalui para ulama-ulama sunnah.
Mereka akan terus menerus seperti itu sampai-sampai mereka mengaku memiliki
sesuatu yang sebenarnya khusus dimiliki oleh Allah saja. Seperti mengetahui
hal-hal ghoib dan dapat mengetahui isi lauhul mahfud dan dapat membacanya,
serta mengatur alam semesta beserta galaxinya, atau mereka berbuat keharaman
lalu mengatakannya sebagai karamah.
Ibnul Jauzi melanjutkan : dari Abdul Aziz al-Baghdadi ia berkata : aku
membaca hikayah-hikayah sufisme, suatu hari aku naik atap, tiba-tiba aku
mendengar suara berkata :
“Dan Dia-lah yang melindungi orang-orang yang shalih” (al-Araf : 196)
Aku menoleh, namun tidak kujumpai suatu apapun, lalu aku meloncat dari atap
dan berdiri di udara.
Komentar saya : ini kedustaan serta mustahil, dan akal akan meragukan
kedustaan ini, kalaupun kita menganggap benar maka loncatnya ia dari atap
adalah haram, dan dugaannya bahwa Allah akan menolong orang yang melakukan hal
terlarang adalah hal batil, Allah berfirman (yang artinya) :
“Dan janganlah dirimu menjatuhkan kedalam kebinasaan” (al-Baraqah : 195)
Bagaimana mungkin orang seperti ini adalah seorang yang sholeh, sedangkan
ia menyelisihi Tuhannya? Maka dapat diperkirakan bahwa barangsiapa yang
memberitakan hal-hal seperti ini maka maka ia dari golongan mereka?! Telah
menyempal dalam tubuh sufisme ini suatu kelompok yang serupa dengan mereka dan
bersikap sama dengan mereka dalam permasalahan karomah dan dakwaan-dakwaan
mereka lainnya yang mereka ini menunjukkan kepada orang-orang awam berbagai
kedustaan yang membuat hati orang awam ini mati.
Kelima :
Mereka menjadikan “karomah” sebagai syarat ataupun tanda sebuah kewalian,
dan mengantarkan sikap pengagungan dalam hati terhadap orang diberikan karomah,
dan melegitimasi, mengkultuskan dan menyetujui apa yang mereka katakan dan apa
yang mereka perbuat.
Ibnu Taimiyah berkata : Kebanyakan manusia mengalami kerancuan dalam
masalah ini, sehingga ia menyangka seorang tokoh tertentu adalah wali Allah,
dan wali Allah tersebut dapat diterima seluruh perkataan maupun perbuatannya,
walaupun bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah, sehingga orang ini mengikuti
tokoh tersebut dan menyelisihi apa yang Rasulullah diutus dengannya, padahal
Allah telah mewajibkan kepada seluruh manusia agar membenarkan ajaran yang
disampaikannya dan mentaati perintahnya, dan Allah juga telah menjadikan
Rasulullah sebagai pembeda antara wali Allah dan musuh-musuhNya, antara
penghuni surga dan penghuni neraka, dan antara orang-oarang yang bahagia dan
yang celaka, barangsiapa yang mengikutinya maka ia adalah wali Allah yang
bertakwa dan tentaranya yang berjaya, serta hamba-hambanya yang sholeh, dan
barangsiapa yang tidak mengikutinya maka ia termasuk musuh-musuh Allah yang
merugi dan pendosa. Sikap orang seperti ini (yang menyelisihi Allah dan
rasulNya namun malah mengikuti tokoh ini) akan menjerumuskannya kedalam dua hal
ini : yang pertama, kedalam bid’ah dan kesesatan, kedua, kedalam kekufuran dan
kemunafikan, maka orang seperti ini layak mendapat ancaman dari firman Allah
(yang artinya) :
“Dan (ingatlah) hari(ketika itu) orang-orang yang dzalim menggigit kedua
tangannya(( menyesali perbuatannya)) seraya berkata “aduhai kiranya (dulu) aku
mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku kiranya aku
tidak menjadikan sifulan itu sebagai teman karibku. Sesungguhnya ia telah
menyesatkan aku dari Al-qur’an ketika al-qu’an itu datang kepadaku, dan adalah
syaitan itu tidak mau menolong manusia (al-furqon 27-29 )
Ibnu taimiya melanjutkan : Segala orang yang dianggap wali Allah yang
menyelisihi ajaran Rasulullah, dan ia diikuti dalam perbuatannya yang
menyelisihi syariat itu, dan ia menetapkan bahwa dirinya adalah wali Allah,
padahal seorang wali Allah itu tidak akan menyelisihi perintah Allah sedikitpun,
seandainya orang ini termasuk diantara wali-wali Allah yang terkemuka, seperti
para sahabat dan tabi’in (orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik), maka
Allah tidak akan menerima amalan-amalan mereka yang menyelisihi al-Qur’an dan
sunnah, lalu bagaimana halnya jika ia tidak termasuk wali Allah?
Anda akan menjumpai sebagian dari mereka yang pijakan mereka dalam meyakini
bahwa ia adalah seorang wali adalah tersingkapnya kepada mereka perkara-perkara
masa depan, atau kejadian-kejadian supranatural seperti menyantet orang hingga
mati, atau ia mampu terbang di udara menuju kota mekkah atau tempat lainnya,
atau kadang-kadang berjalan diatas air, memenuhi ceret dari udara, atau
berbicara hal-hal gaib, atau dapat menghilang dari pandangan manusia, atau ketika
seseorang memohon pertolongan kepadanya padaha ia tidak disitu atau bahkan
telah mati kemudian pemohon tersebut melihatnya mendatanginya dan mengabulkan
permohonannya, atau memberitahukan manusia tentang barang-barang mereka yang
dicuri, keadaan orang yang tidak ada dihadapan mereka, atau orang yang sakit,
dan berbagai perkara lainnya. Yang menunjukkan bahwa pelakunya merupakan wali
Allah, padahal para wali Allah (yang sebenarnya) telah bersepakat dan
mengatakan bahwa jika ada seseorang yang mampu terbang atau berjalan diatas air
janganlah kita tertipu, sampai kita menyaksikan sejauh mana ia mengikuti sunnah
Rasulullah, mengerjakan perintahnya dan menjauihi apa yang dilarangnya.
Karomah para wali Allah sesunggahnya lebih agung dari itu semua, ini adalah
masalah supranatural, bisa saja pelakunya adalah seorang wali Allah atau bisa
saja ia adalah musuh Allah, hal-hal tersebut bisa saja dimiliki oleh
orang-orang kafir, orang musyrik, ahli kitab dan orang-orang munafik, dan bisa
saja dimiliki oleh para ahli bid’ah bahkan oleh syaitan, maka tidak boleh
menduga bahwa barangsiapa yang memiliki sebagian kemampuan tersebut sebagai
wali Allah, namun hendaklah seorang wali Allah itu diakui dengan sejauh mana
sifat, perbuatan maupun keadaannya yang lain yang sesuai dengan al-Qur’an dan
Sunnah, dan mereka dapat dikenali berdasarkan cahaya iman dan al-Qur’an yang
mereka miliki dan dengan hakikat keimanan yang ada dalam hati mereka serta
syari’at-syari’at Allah yang mereka tampakkan.
Dan saya menukil perkataan diatas secara panjang lebar karena begitu
berharga dan menyeluruh. Karena dalam masah ini yang terlarang bukanlah cerita
tentang karomah-karomah, walaupun cerita tersebut dipenuhi dengan kemungkaran,
akan tetapi yang terlarang adalah syariat-syariat, istighasah-isthigasah,
ziarah-ziarah, pengkultusan, perayaan-perayaan, mimpi-mimpi, dongeng-dongeng
yang dibangun dari karamah-karamah itu, mereka membesar-besarkan keanehan
hal-hal tersebut dan menyibukkan manusia dengannya demi mempopulerkan
kesyirikan-kesyirikan serta kebidahan-kebidahan yang mereka lakukan,
“Maka hati-hatilah kalian terhadap mereka.” (at-Thaghabun : 14)
Syaikh Ali Babakar – semoga Allah memberinya taufiq – dalam karya beliau ini
memfokuskan pembicaraannya mengenai sejumlah cerita-cerita dusta, khurofat,
propropaganda-propaganda sufi, dan kemungkaran-kemungkaran yang mereka
nisbatkan atau mereka jiplak, atau riwayat-riwayat dengan sanad yang majhul.
Beliau mebongkar itu semua, yang semua itu menunjukkan bahwa sikap beliau, saya
yakini sejalan dengan perkataan ibnu jauzy : Seandainya cerita-cerita tersebut
benar datang dari orang-orang shalih maka kita harus menolaknya jika tidak
sejalan dengan “al-haq”, apalagi kalau hal tersebut hanya dusta belaka, maka
kita harus memperingatkan manusia dari hal tersebut, dan sikap seperti ini
berlaku kepada siapapun juga….Allah Maha Mengetahui bahwa ketika kami
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan tersebut semata-mata hanyalah untuk
menyucikan syari’at, dan karena didorong oleh rasa cemburu terhadapnya dari
berbagai bentuk pengkhianatan, bukan karena didorong oleh rasa benci kepada
para pelaku penyimpangan tersebut, karena sesungguhnya kami melakukan ini semua
dalam rangka memenuhi amanah ilmiah, para ulama senantiasa menerangkan
kesalahan masing-masing mereka dengan tujuan menerangkan kebenaran dan bukan
bertujuan menampakkan aib orang yang salah, dan perkataan orang bodoh yang
mengatakan seperti ini tidak dianggap : “Bagaimana dia membantah fulan yang
zuhud”. Karena tunduk itu adalah kepada syariat agama dan bukan tunduk kepada
seseorang, bisa jadi seseorang itu termasuk dari kalangan para wali Allah dan
calon penghuni surga namun ia mempunyai kesalahan-kesalahan, maka keadaannya
itu tidak menghalangi untuk dijelaskan ketergelincirannya …..dst.
Banyaknya orang-orang yang berkeyakinan salah seperti ini bukanlah hal
penting bagi pengarang kitab ini, – menurut dugaan saya – namun tujuan
pengarang kitab ini hanyalah menyingkap penyimpangan mereka, serta menunjukkan
kebatilan mereka kepada orang-orang yang mempunyai fitrah yang lurus dan akal
yang sehat, yang tertipu dengan ucapan dan hiasan kata-kata mereka, adapun
mereka itu adalah seperti apa yang di hikayatkan oleh Ibnul Jauzi tentang
syaikh mereka al-Qusyairi, yang berkata : “Hujjah-hujjah sufisme lebih nyata
dari hujjah siapapun, dan kaidah-kaidah madzhab mereka lebih kuat dari
kaidah-kaidah madzhab manapun, karena manusia itu bisa jadi ia pengikut
al-Qur’an dan sunnah atau sebagai pendewa akal pikiran, para syaikh dari
golongan sufiyah lebih tinggi derajatnya dari apa yang telah disebutkan ini.”
Mereka itu tidak berakal, dan tidak mempunyai dasar, bagaimana mungkin
petunjuk diharapkan dari orang yang menyingkapkan keadaannya dengan
perkataannya yang jelek, semoga Allah menjaga syariat ini dari kejelekan
kelompok ini.
Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan hari esok dan berkumpul bersama
para imam yang memperoleh petunjuk dan selamat dari jalan yang sesat, maka ia
harus berpegang pada kitabullah, mengamalkannya, dan hendaknya mengikuti
Rasulullah dan para sahabatnya, dan dan hendaknya melihat ajaran Rasulullah dan
para sahabatnya, dan janganlah ia membenci ajarannya baik melalui ucapan maupun
perbuatan, dan hendaknya ia menjadikan segala ibadah dan kesungguhannya di atas
sunnah Rasulullah dan para sahabatnya, dan berperilaku dengan akhlak mereka,
dan sesantiasa semangat untuk berjumpa dengan mereka, karena sesungguhnya jalan
yang mereka tempuh adalah jalan yang lurus, yang Allah mengajarkan kita untuk
memohon jalan yang lurus ini, dan menjadikan sholat kita berisikan permintaan
terhadapnya, Allah berfirman
” Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang yang telah
engkau beri ni’mat atas mereka, bukan jalannya orang orang yang engkau murkai
dan bukan pula jalan orang orang yang tersesat. Amin (Al-fatihah 6-7)
Barangsiapa yang meragukan bahwa Rasulullah berada diatas jalan yang lurus,
sungguh ia telah keluar dari agama ini dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.
Dan barangsiapa yang mengetahui hal tersebut dan meyakininya serta ridho
terhadap Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagi
nabinya, dan ia mengetahui bahwasanya Allah telah memerintahkan kita untuk
mengikuti nabi-Nya, melalui firmanNya
“Ikutilah ia (Muhammad) niscaya kalian akan memperoleh petunjuk (Al-a’raf
158 ),
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut.
Dan sabda Nabi (yangartinya) :
“Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah
khulafaurrasyidin sepeninggalku, gigitlah sunnah dengan gigi geraham kalian,
dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam agama), karena hal itu
adalah bid’ah dan setiap bid’ah tempatnya di neraka”
Dan sabda beliau (yang artinya) :
Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan sejelek-jelek perkara
adalah perkara baru (dalam agama)
Lalu bagaimana halnya dengan orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri dari
jalan Nabi, dan berpaling darinya setahap-setahap, dan mencari jalan penyampai
kepada Allah dengan selain jalan Nabi, dan mengharap ridha Allah dengan
menempuh selain jalannya?
Apakah dia melihat jalan yang lebih memberi petunjuk dari Jalan Nabi? Dan
mengikuti petunjuk manusia yang lebih mulia dari Rasulullah?
Sekali-kali tidak, ia tidak akan mendapatkan selain jalan Allah kecuali jalan
syaitan, dan ia tidak akan sampai tanpa jalan Allah melainkan akan mendapatkan
kemurkaan Allah, Allah berfirman :
“Dan inilah jalan-Ku yang lurus ikutilah dia, dan janganlah kalian
mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikanmu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa” (al-An’am : 153)
Dan diriwayatkan dari Nabi bahwasanya beliau menggaris garis yang lurus,
lalu bersabda : inilah jalan Allah. Dan beliau menggaris garis yang lain, dan
bersabda :
Ini adalah jalan-jalan syaitan, setiap jalan itu ada syaitan yang menyeru
untuk menempuhnya, barangsiapa memenuhi seruan syaitan untuk menempuh jalan
itu, maka akan dilemparkan kedalam api neraka. (HR Ahmad dan Nasai)
Nabi memberitahukan bahwa selain jalan Allah adalah jalan-jalan syaitan,
barangsiapa menempuhnya maka akan dilemparkan dalam api neraka, adapun jalan
Allah yang telah ditempuh Nabi dan para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat, Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha pada Allah, dan Allah sediakan bagi mereka surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai dan itulah kemenangan yang besar, maka barangsiapa
menempuhnya pasti bahagia, dan barangsiapa meninggalkannya pasti akan jauh.
Dan jalan Rasulullah, beserta sunnah, ahklak, sejarah beliau, beserta
ibadah-ibadah dan keadaan beliau sudah mashur d kalangan ulama, nampak jelas
bagi orang yang cinta untuk mengikuti dan menempuh manhaj beliau, dan kebenaran
itu jelas bagi orang yang menghendaki petunjuk dan keselamatannya :
“Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk
dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang
pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (al-Kahfi : 17) (Kitab “Fi
dzammi ma a’lanahu ahlut tashawwuf” hal 18-21)
Dan pengarang kitab ini – semoga Allah memberi petunjuk kepadanya – meminta
kepada kami al-fakir untuk menulis muqaddimah ini lantaran kencintaannya kepada
ahli bait, dan kecemburuannya atas mereka karena kebatilan, kebid’ahan dan
khurafat telah tersebar dengan nama mereka, sekaligus lantaran keinginannya
untuk menjelaskan hakikat kedudukan mereka di tengah banyaknya
keyakinan-keyakinan, ucapan-ucapan serta garis keturunan yang ada.
Ya Allah perlihatkanlah yang haq itu berupa yang haq dan berilah kami rezki
untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah yang batil itu batil dan berilah kami
rezki untuk menjauhinya, dan janganlah kebatilan itu menyelubungi kami sehingga
kami tersesat
Dan semoga shalawat, salam serta barakah tercurahkan kepada Muhammad bin
Abdillah, keluarga, sahabat dan siapa yang menolongnya.
Shaleh bin Bakhit bin Salim Maula Dawilah
26/1/1424 H
(bersambung Insya Allah)
Rujukan:
Adz-Dzakhirah edisi 17 & 18
Sumber: Salafindo.com
Habib bermanhaj Salaf ( salafi)
1. Habib Syaikh Abu Bakar bin Haddar
al-Haddar (Ketua Yayasan Sosial Adhdhamir al-Khairiyah di Tariim)
2. Habib Syaikh Aiman bin Salim
al-'Aththos (Guru Ilmu Syari’ah di SMP dan Khatib di Abu ‘Uraisy)
3. Habib Syaikh Hasan bin Ali al-Bar
(Dosen Kebudayaan Islam Fakultas Teknologi di Damam dan Imam serta khatib di
Zhahran.
4. Habib Syaikh Husain bin Alawi
al-Habsyi (Bendahara Umum ‘Muntada al-Ghail ats-Tsaqafi al-Ijtima’I di Ghail
Bawazir)
5. Habib Syaikh Shalih bin Bukhait Maula
ad-Duwailah (Pembimbing al-Maktab at-Ta’awuni Li ad-Da’wah wal Irsyad wa Taujih
al-Jaliyat, dan Imam serta Khatib di Kharj).
6. Habib Syaikh Abdullah bin Faishal
al-Ahdal (Ketua Yayasan ar-Rahmah al-Khairiyah, dan Imam serta Khatib Jami’
ar-Rahmah di Syahr).
7. Habib Syaikh DR. ‘Ishom bin Hasyim
al-Jufri (Ustadz Musaa'id Fakultas Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam di
Universitas Ummu al-Qurra’, Imam dan Khotib di Mekkah).
8. Habib Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir
as-Segaf (Pembina Umum Mauqi’ ad-Durar )
9. Habib Syaikh Muhammad bin Abdullah
al-Maqdi (Pembina Umum Mauqi’ ash-Shufiyah, Imam dan Khotib di Damam).
10. Habib Syaikh Muhammad bin Muhsi
al-Baiti (Ketua Yayasan al-Fajri al-Khoiriyah, Imam dan Khotib Jami’ ar-Rahman
di al-Mukala).
11. Habib Syaikh Muhammad Sami bin
Abdullah Syihab (Dosen di LIPIA Jakarta)
12. Habib Syaikh DR. Hasyim bin ‘Ali
al-Ahdal (Prof di Universitas Ummul Qurra’ di Mekkah al-Mukarramah Pondok
Ta’limu al-Lughah al-‘Arabiyah Li Ghairi an-Nathiqin Biha)
Sumber: (http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2009/03/08/78397.html), atau di (http://www.islamfeqh.com/News/NewsItem.aspx?NewsItemID=1002), atau di (http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=164925).
Pertama : www.dorar.net , sebuah website yang dimiliki dan dikelola oleh Habib 'Alawi
bin 'Abdil Qoodir As-Saqqoof. Dalam web ini para pembaca bisa melihat sepak
terjang beliau dalam berdakwah di atas manhaj salaf dan memberantas bid'ah.
Bahkan dalam website beliau ada
penjelasan tentang bahwa nasab As-Syaikh Abdul Qoodir Al-Jailaani dan juga
As-Syaikh Ahmad Ar-Rifaa'i bukanlah termasuk Ahlul Bait. Karena dalam rangka
melariskan pemahaman yang sesat maka kaum sufi menisbahkan kedua Syaikh ini
kepada Ahlul Bait. (silahkan lihat : http://www.dorar.net/enc/firq/2400)
Kedua : www.alsoufia.com, website ini dimiliki dan dikelola Habib Muhammad bin Abdillah
Al-Maqdiy. Dalam web ini sangat nampak bagaimana usaha Habib Muhammad Al-Maqdy
untuk membantah bid'ah sufi.
Ketiga : alalbayt.com, dalam web ini juga para pembaca yang budiman bisa melihat betapa
banyak Ahlul Bait yang berjuang membela sunnah leluhur mereka dan memberantas
ajaran baru (bid'ah) yang tidak pernah dilakukan oleh leluhur mereka. Bahkan
para pembaca akan dapati bagaimana Ahlul Bait wahabi membantah Ahlul Bait Sufi
dan Ahlul Bait Syi'ah
Demikian juga kami sangat berharap para
pembaca untuk menelaah kitab-kitab berikut yang ditulis oleh para habib wahabi
untuk membantah para habib sufi.
Pertama : kitab نسيم
حاجر في تأكيد قولي عن مذهب المهاجر, karya Mufti Hadromaut
Habib Al-'Allaamah Abdurrohman bin Abdillah As-Saqqoof (wafat tahun 1375 H),
yang kitab ini sungguh menggoncang para sufi di kita Hadromaut di Yaman.
Silahkan mendownloadnya di (http://www.soufia-h.com/soufia-h/book/naseem-hajer.rar). Adapun resensi buku ini bisa dilihat di (http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=171629)
Kedua : Kitab التصوف
بين التمكين والمواجهة, karya Habib Muhammad bin
Abdillah Al-Maqdi. Silahkan mendownload kitab tersebut di (http://d1.islamhouse.com/data/ar/ih_books/single3/ar_altasouf_bain_altamkeen.pdf),
Ketiga : Kitab إلى
أين أيها الحبيب الجفري؟, ini adalah kitab karya
Habib Doktor Kholduun Makkiy Al-Hasaniy yang disusun untuk membantah Habib Ali
Al-Jufri. Kitab ini sangat penting dan memiliki keterkaitan dengan Habib
Munzir. Karena Habib Ali Al-Jufri dan Habib Munzir sama-sama berguru kepada
guru yang sama yaitu Habib Umar bin Hafiizh, yang Habib Umar bin Hafiiz inilah
yang pernah dihadirkan oleh Habib Munzir di Jakarta dan digelari sebagai
Al-Musnid.
Habib Umar bin Hafiz inilah yang memberi
kata pengantar bagi kitab Muridnya Habib Al-Jufri yang berjudul معالم
السلوك للمرأة المسلمة yang telah dibantah oleh
Habib Doktor Kholduun Makky Al-Hasaniy.
Habib Doktor Kholduun Makky Al-Hasaniy
berkata di pengantar kitabnya tersebut :
"Dan gurunya Habib Umar bin Hafiizh
telah memberikan kata pengantar terhadap buku ini, ia telah memuji kitab dan
penulisnya (Habib Ali Al-Jufri) dengan pujian yang sangat tinggi. Bahkan sang
guru telah menyifati buku tersebut dengan menyatakan bahwa buku tersebut adalah
nafas-nafas (tulisan-tulisan) yang penuh keberkahan dan peringatan-peringatan
yang mulia… telah dialirkan oleh Allah pada lisan Habib Al-Jufriy. Dan sang
guru telah memuji Allah atas dimudahkannya dicetaknya kitab ini.
Jadi kitab ini adalah karya As-Syaikh
Habib Al-Jufry dan telah diberkahi dan diberi pengantar oleh gurunya Habib Umar
bin Hafiizh. Dengan demikian maka Habib Al-Jufry bertanggung jawab atas
perkara-perkara yang ia tuliskan dalam buku ini" (lihat kitab Ila aina
Ayyuhal Habiib Al-Jufriy hal 17).
Silahkan mendownload kitab ini di (http://www.4shared.com/document/bw_ToTWs/____.html)
Habib Al-Jufri ini memiliki
kesalahan-kesalahan fatal dalam masalah aqidah, bukan di sini perinciannya.
Akan tetapi sekedar untuk wawasan maka silahkan lihat (http://www.youtube.com/watch?v=wPSbtto9wmM&feature=related).
Dan lihat cara ibadahnya (http://www.youtube.com/watch?v=EhO2OfBFZns&feature=related)
Dan Al-Jufriy ini juga suka mencela para
ulama wahabi dan merendahkan mereka, sama seperti teman sejawatnya Habib
Munzir. Silahkan lihat (http://www.youtube.com/watch?v=WBLWOOCJRrg).