Dalam hadits sahih diberitakan bahwa
Dajjal akan diikuti oleh pasukan Yahudi berjumlah 70.000 personel dari Isfahan.
Isfahan adalah nama kota terbesar ketiga di Iran. Isfahan saat ini menjadi
salah satu kota dengan komunitas Yahudi terbesar di Iran. Pertanyaannya,
bagaimana bisa komunitas Yahudi tumbuh di negara yang selama ini
digembar-gemborkan sebagai anti-Yahudi?
Merunut sejarah, kota-kota di Iran adalah
tujuan utama pelarian bangsa Yahudi saat Yerusalem Kuno dibumihanguskan
Kerajaan Babilonia sekitar 500 SM. Tak mengherankan, ketika Yahudi berhasil
menganeksasi wilayah Palestina untuk mendirikan negara Israel, mayoritas warga
Yahudi di wilayah pendudukan berasal dari kota-kota di Iran, terutama Tehran,
Isfahan, dan Hamedan. Warga Yahudi yang eksodus dari Iran diperkirakan mencapai
120.000 orang.
Walaupun telah berdiri negara Israel,
Iran tidak berarti ditinggalkan. Menurut Komite Yahudi Tehran, saat ini
komunitas Yahudi di Iran “tersisa” 25—30 ribu orang. Terbanyak di Tehran
sekitar 15 ribu orang. Bagi sebagian Yahudi, Iran memang dianggap tempat suci
karena mereka meyakini beberapa nabi dari bani Israil seperti Nabi
Daniel ‘alaihimassalam, dimakamkan di Iran.
Kota Isfahan sendiri, bagi Yahudi, punya
nilai sejarah yang tinggi. Selain dahulu adalah salah satu kota terbesar di
dunia, Isfahan adalah kota pengungsian pertama bangsa Yahudi pasca-pemusnahan
kota Yerusalem.
Isfahan, di abad pertengahan, sempat
menjadi ibukota negara pada masa Dinasti Shafawiyah (beragama Syiah) dan
Dinasti Seljuk. Walaupun jumlah komunitas Yahudi di Iran sekarang “hanya”
sekitar 30 ribu orang, tetapi mereka diberi kebebasan beribadah seluas-luasnya
oleh Pemerintah Iran, yang sekali lagi, konon katanya anti-Yahudi.
Wikipedia menyebut, ada 36 sinagog di
Iran, separuh di antaranya berada di ibu kota Iran, Tehran. Di ranah politik,
Yahudi bahkan punya wakil di parlemen Iran sejak lebih dari satu abad lalu.
Bandingkan dengan umat Islam yang
mencapai 20% dari jumlah penduduk Iran, namun mendapatkan diskriminasi yang
teramat kuat. Sekadar contoh, umat Islam sulit mendapatkan masjid untuk shalat
Jumat di hampir seluruh wilayah Iran. Di Ahwaz, yang sejatinya wilayah Arab,
pembunuhan dan pemenjaraan atas umat Islam atau ulamanya, sudah menjadi
pemandangan umum.
Selama ini kita memang dininabobokan oleh
opini yang berkembang bahwa Iran adalah negara anti-Yahudi. Opini yang selama
ini kita telan mentah-mentah. Tak banyak yang tahu bahwa sejatinya Iran
berkolaborasi dengan Yahudi untuk menghancurkan umat Islam. Munculnya agama
Syiah yang merupakan gado-gado “Islam”, Yahudi, dan Majusi, yang diciptakan
Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman, merupakan salah satu bukti yang
menguatkan “chemistry” ini.
Opini yang digoreng
media mainstream internasional yang dikuasai Yahudi nyatanya juga tak
pernah terbukti. Kegarangan Iran hanyalah gertak sambal. Belum ada sejarahnya,
Iran berkonfrontasi dengan Israel. Demikian juga AS dan sekutunya, tak pernah
terbukti menyerang Iran yang diopinikan sering menjadi sasaran kecurigaan AS
soal senjata nuklirnya.
Iran memang demikian kondusif sebagai
“kawah candradimuka” pasukan militan Yahudi akhir zaman. Semoga yang selama ini
mengatakan bahwa Islam dan Syiah hanya beda mazhab, segera kembali punya akal,
agar tidak menjadi bagian dari pendukung pasukan Dajjal
والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Sekilas
Tentang Iran
Iran mempunyai nama resmi Islamic
Republic of Iran (Jomhori-e Islami-e Iran). Republik Iran berdiri secara resmi
pada 1 April 1979. Teheran menjadi ibukota untuk Iran, negara yang berpenduduk
70,4 juta jiwa menurut sensus tahun 2007. Agama resmi yang dianut adalah ajaran
Syiah Itsna Asyariah. (Website Kemenlu RI)
Pada zaman dahulu, seluruh wilayah Iran
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia. Persia sendiri adalah imperium
adikuasa yang telah berdiri 1.000 tahun lebih. Hanya dalam 10 tahun setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, imperium Persia
runtuh dan lenyap. Kekaisaran Persia berhasil ditaklukkan oleh para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Di dalam referensi sejarah, surat yang
dikirim oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Kaisar
Persia, malah dirobek-robek. Surat tersebut berisikan ajakan untuk masuk Islam.
Kaisar Persia merasa terhina dengan hal itu. Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian mendoakan supaya Kekaisaran Persia menjadi
hancur lebur, sebagaimana surat beliau dirobek-robek. Akhirnya Kekaisaran
Persia memang benar-benar hancur.
Sejak itu, agama Islam yang murni masuk
dan diterima oleh penduduk Persia. Selama hampir 9 abad, Islam yang dianut oleh
penduduk Iran adalah Islam dengan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan tidak
sedikit ulama-ulama Islam berasal dari wilayah Iran.
Masa berganti masa, sebagaimana wilayah
lain, Iran pun mengalami berbagai peristiwa besar. Peristiwa yang kemudian
cukup memengaruhi masa depan Iran adalah kekuasaan Raja Ismail ash-Shafawi atas
Iran. Pada 906 H (1500 M), Ismail ash-Shafawi menguasai Iran dan memaksakan
keyakinan Syiah Itsna Asyariyah (Imam 12) sebagai ideologi negara.
Setiap orang yang tidak meyakini ideologi
tersebut akan dibunuh. Akhirnya, terjadilah pembantaian kaum muslimin secara
besar-besaran. Ismail ash-Shafawi mengaku bahwa tindakan tersebut dilakukan
atas perintah dari 12 Imam. Penduduk Iran dipaksa untuk mendengar cercaan dan
cacian terhadap tiga khalifah, yaitu Abu Bakr, Umar, dan Utsman.
Pada masa Ismail ash-Shafawi,
sekolah-sekolah berpemahaman Syiah didirikan secara masif. Masjid-masjid Sunni
dihancurkan dan diubah fungsinya. Setiap khatib dan penceramah diharuskan untuk
mencaci-maki para sahabat; Abu Bakr, Umar, dan Utsman karena dianggap telah
merampas hak kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Sejak saat itulah, Syiah menjadi agama
resmi di Iran dan mayoritas penduduknya beragama Syiah.
Dendam Persia Terhadap Islam
Cobalah bayangkan! Persia adalah sebuah
imperium yang berdiri dan berkuasa secara turun-temurun selama lebih dari 1.000
tahun. Persia dengan agama Majusinya dan kitab Zoroaster-nya, tentu telah
melekat kuat pada jutaan penduduknya. Hal itu tentu akan menyisakan pengikut
fanatik yang memendam dendam terhadap Islam, Arab, dan para pemimpinnya.
Ambil contoh adalah panglima Islam
bernama Khalid bin Walid. Beliau adalah panglima terdepan yang ditunjuk oleh
Khalifah Abu Bakar untuk menaklukan Persia. Pasukan Persia yang lebih banyak
dalam jumlah selalu dapat dikalahkan oleh pasukan Islam di bawah komando Khalid
bin Walid. Lebih dari 100.000 tentara Persia tewas disebabkan peperangan
melawan pasukan Khalid. Artinya, berapa banyak anak, istri, dan keluarga yang
mendendam?
Persia dalam menjalankan dendam, berpikir
dengan keras. Jika melalui pertempuran secara langsung, sejarah tentu tidak
dapat mereka lupakan, yakni pasti kalah. Karena itu, cara yang ditempuh adalah
dengan merusak Islam dari dalam. Mereka menggunakan isu cinta kepada Ahlul Bait
untuk menciptakan kekacauan di dalam Islam. Mengenai hal ini, Pembaca dapat
menelaah kembali kajian-kajian tentang Syiah pada Majalah Asy
Syariah yang telah terbit sebelumnya.
Setelah Raja Ismail ash-Shafawi berkuasa,
ajaran Syiah yang diciptakan oleh bangsa Persia sebagai alat untuk melampiaskan
dendam, menjadi ideologi resmi negara.
Namun, pengaruh Ismail ash-Shafawi juga
tidak bertahan selamanya. Gerakan-gerakan kekacauan tidak bisa dikatakan padam.
Berturut-turut yang menguasai Iran setelah Dinasti Shafawi adalah Dinasti
Ashfar, Dinasti Zand, dan Dinasti Qajar. Pada 1921, terjadi kudeta militer yang
dipimpin oleh Reza Shah Pahlevi.
Revolusi Iran pada 1979 adalah Revolusi
Syiah, walaupun dinamakan Revolusi Islam. Khomeini menjadi pelopor revolusi
Syiah. Keberhasilan Revolusi Syiah pada 1979 adalah upaya untuk mengokohkan
kembali ajaran-ajaran Syiah yang sempat menjadi besar dan ideologi resmi pada
masa dinasti Shafawiyah.
Kita bisa menemukan banyak kesamaan
antara ajaran Syiah—yang ditetapkan sebagai ideologi resmi negara Iran—dan
keyakinan kaum Majusi Persia. Berikut ini adalah beberapa contohnya.
Kultur agama Majusi Persia adalah
memosisikan kaisar dan keturunannya sebagai dewa atau tuhan.
Ajaran Syiah Itsna Asyariah (12 Imam) pun
demikian. Kaum Syiah memosisikan para imam mereka layaknya Rabb. Mereka
meyakini para imam mempunyai dan mampu melakukan hal-hal yang hanya mampu
dilakukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. (Lihat Majalah Asy
Syariah edisi 092)
Kaum Majusi Persia sangat membenci Abu
Bakr, Umar, dan Utsman. Sebab, pada masa beliau bertiga, Kekaisaran Persia
runtuh dan tumbang. Kebencian itu lebih kuat lagi terhadap sahabat Umar bin
al-Khaththab radhiallahu ‘anhu. Sebab, di masa kekhalifahan Umar,
Kekaisaran Persia benar-benar hilang dari percaturan dunia.
Kaum Syiah juga membenci Abu Bakr, Umar,
dan Utsman. Walaupun mereka beralasan karena beliau bertiga telah merampas hak
kekhalifahan dari Ali bin Abi Thalib, namun alasan tersebut hanya dibuat-buat
saja.
Kaum Majusi Persia sangat mengagungkan
Abu Lu’luah al-Majusi, orang yang telah membunuh Khalifah Umar dengan
menggunakan pisau beracun.
Kaum Syiah juga menghormati dan
memuliakan Abu Lu’luah tersebut. Kaum Syiah membangun sebuah kuburan untuk Abu
Lu’luah di kota Kasyan, Iran. Kuburan tersebut dibangun, direnovasi menjadi
megah, dan diagung-agungkan oleh kaum Syiah. Bahkan, sebagian kaum Syiah
menetapkan hari kematiannya sebagai salah satu hari besar yang patut dirayakan.
Kaum Majusi sangat menghormati dan
mengagungkan api, bahkan mereka menuhankan api.
Kaum Syiah dalam beberapa kegiatan
mereka, seperti hari raya Ghadir, juga menggunakan api sebagai rangkaian
perayaan tersebut.
Selain hal di atas, warisan kultur budaya
kaum Majusi Persia juga terus dipertahankan. Misalnya, bahasa resmi Iran adalah
bahasa Persia; penanggalan yang digunakan juga penanggalan Persia; Iran juga
menjadi pihak yang paling ngotot untuk menamakan teluk yang memisahkan antara
Persia dan Arab dengan Teluk Persia.
Bahkan, Hari Nairuz yang merupakan hari
raya kaum Majusi masih dipertahankan sebagai hari besar di Iran.
Oleh sebab itu, tidak salah jika kita
menyimpulkan bahwa banyak kesamaan antara negara Iran dan Kekaisaran Persia di
masa lalu.
Wallahul musta’an.Ditulis
oleh al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa’i
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته