Monday, March 12, 2018

Kenapa Erdogan Lembek (Tak Berdaya) Di Ghouta ? Karena Zona 'De-Eskalasi ' Jahat (Licence To Kill) Dan Barter Afrin Dengan Dua Penjahat Perang, Putin (Komunis Rusia) Dan Hassan Rouhani (Majusyi’ah Iran). Mereka Ekspansionis Non Arab Di Bumi Syam Seperti Bangsa Tartar.


Penghancuran Ghouta hasil konspirasi Busuk Rusia-Turki-Iran sebagai barter "Licence to kill" serangan Turki ke Afrin. Mereka "New Tar-tar" hanya memerangi Mujahidin Suni yang bertekad mengusir Bangsa Asing dari Bumi Syam !! Mereka buat konspirasi dg Komunis Rusia & Majusi Syi'ah Iran kelompok Mana yg harus dibinasakan. Di Ghouta semua Mujahidin Muslim ahlus sunnah memerangi Bashar, Komunis Rusia, MajuSyi'ah Iran, USA dan Turki !! mereka semua bukan Bangsa Syam (Arab) , yang dipuji Nabi.

Perang Suriah : “Hari Kiamat Tengah Berlangsung di Ghouta Timur”
2018-03-06
Konvoi truk bantuan kemanusiaan telah gagal membongkar pasokan untuk warga yang terperangkap di dalam Ghouta Timur Suriah, saat pesawat tempur Rezim Assad kembali membombardir wilayah tersebut, seperti dilansir dari Al Jazeera, Selasa, (6/3/18).
Ghouta Timur saat ini lebih tepat digambarkan seperti “Hari Kiamat” sejak pasukan rezim Assad dan sekutunya terus membombardir wilayah tersebut tanpa henti sejak pertengahan Februari lalu hingga hari ini yang sudah memakan waktu tiga minggu berturut-turut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pemboman di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 70 warga sipil sejak Senin malam, sehingga total 700 warga sipil di Ghouta Timur telah kehilangan nyawa akibat pembantaian massal yang dilakukan rezim Assad sejak 18 Februari lalu.
Warga Ghouta Timur, yang terletak di sebelah timur Damaskus, sebelumnya telah menyuarakan ketakutan terhadap serangan udara dan darat pasukan rezim Assad. Namun, seruan gencatan senjata PBB tidak mampu menghentikan pembantaian tersebut.
Serangan udara rezim Assad kembali dilancarkan saat 46 truk yang dikirim oleh Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC), Bulan Sabit Merah dan PBB berhasil melewati pos pemeriksaan yang dijaga rezim Assad.
Namun pekerja bantuan kemanusiaan mengatakan bahwa tentara Suriah menyita banyak pasokan di truk tersebut. Konvoi tersebut membawa perlengkapan bedah dan obat-obatan, serta 5.500 kantong makanan dan tepung untuk warga sipil Ghouta Timur.
Pejabat dari organisasi bantuan internasional mengkonfirmasi bahwa Rezim Assad telah mencegah sekitar 70 persen pasokan medis untuk disalurkan dan mencegah masuknya pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. (DH/MTD)
Sumber : Al Jazeera 
Rusia: 2018, Prioritas Kami Hancurkan Mujahidin Islam di Suriah
28 Desember 2017
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa prioritas utama Rusia di Suriah saat ini adalah menghancurkan Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS). Strategi ini digulirkan setelah perang terhadap Daulah Islamiyah (ISIS) selesai.
“Pertempuran menghadapi ISIS di Suriah telah selesai. Upaya utama dalam hal ini sudah berlalu. Maka, misis utama di Suriah saat ini adalah menghancurkan Jabhah Nusrah,” ujar Lavrov seperti dilansir kantor berita Rusia.
Sebelumnya, Kepala Staf Rusia Valery Girasimov mengklaim bahwa tentaranya telah membunuh enam puluh ribu elemen ISIS di Suriah sejak tahun 2015. Girasimov menekankan bahwa tujuan Rusia untuk tahun 2018 adalah untuk mengalahkan HTS.
Girasimov menambahkan bahwa pasukan HTS juga hadir di wilayah-wilayah zona de-eskalasi. Mereka dengan tegas menolak kesepakatan gencatan senjata.
Dalam proses politik, Lavrov mengatakan bahwa Moskow yakin bahwa konferensi nasional Suriah yang akan diadakan di Sochi pada akhir Januari nanti akan membantu Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan dialog langsung di Jenewa antara oposisi dan pemerintah. Konferensi itu, imbuhnya, untuk membentuk delegasi yang real dalam perundingan internasional.
Di sisi lain, faksi-faksi oposisi Suriah menolak adanya konferensi Sochi. Konferensi itu sendiri digelar dan difasilitasi oleh Rusia. Moskow berupaya menekan faksi-faksi oposisi melalui konferensi untuk masuk ke dalam sekenarionya.
Perlu diketahui, Rusia telah membentuk perkumpulan kelompok oposisi Suriah. Kelompok-kelompok ini dipimpin oleh para mantan perwira dan pejabat rezim Assad yang berafiliasi dengan Syiah. (Ki/Ram)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menelepon rekannya dari Rusia Vladimir Putin hari Senin (19/2), membahas konflik di Suriah.
Anadolu Agency melaporkan, kedua pemimpin sepakat mengenai kerja sama dan koordinasi dalam memerangi “terorisme.” (siapa terorisnya ? jahatnya si agan)
Mereka juga berbicara tentang kesepakatan tripartit bersama dengan Iran untuk mengurangi ketegangan di Provinsi Idlib di Suriah, demikian Kurdistan 24 melaporkan.
Perbincangan kedua pemimpin terjadi di saat tercapai kesepakatan antara Pemerintah Suriah dengan milisi Kurdi tentang situasi di Afrin, Suriah utara.
Kesepakatan itu mengenai penyebaran pasukan pemerintah Suriah di daerah kantong Afrin yang dikuasai Kurdi.
Sebulan lalu, militer Turki melancarkan Operasi Ranting Zaitun untuk memberantas milisi Kurdi yang oleh Pemerintah Ankara dianggap sebagai “teroris”.
Kesepakatan yang dicapai antara Kurdi dan Damaskus memiliki potensi untuk menghentikan operasi Turki di Afrin. Pasukan Turki didukung oleh faksi oposisi Tentara Suriah Merdeka (FSA). (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)

Pasca Pembicaraan Erdogan-Putin, Suriah Batalkan Pengiriman Tentara ke Afrin (Barter dengan Goutha)

Selasa, 20 Februari 2018
Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pemerintah Suriah telah membatalkan rencana mereka untuk mengirimkan tentara ke wilayah Afrin. Erdogan mengakui pembatalan rencana Damaskus ini terjadi setelah dia melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
"Penyebaran tentara Suriuah dihentikan dengan serius kemarin, dihentikan," kata Erdogan kepada wartawan setelah menyampaikan pidato di parlemen, seperti dilansir Reuters pada Selasa (20/2).
Ketika ditanya apakah pengerahan tersebut dihentikan setelah dirinya melakukan pembicaraan dengan Putin, Erdogan mengatakan pembatalan rencana itu dilakukan setelah dia berbicara dengan Putin. "Ya, itu dihentikan setelah pembicaraan tersebut," ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Turki, Bekir Bozdag menuturkan jika Suriah mengirimkan tentara mereka ke Afrin, maka malapetaka akan menimpa tentara Suriah tersebut.
"Berita tentang kesepakatan antara YPG (milisi Kurdi) dan pemerintah Suriah untuk mengirim pasukan ke Afrin telah muncul. Kami mengikuti laporan ini. Informasi 
tersebut belum dikonfirmasi kepada kami melalui jalur resmi. Sejauh yang kami Ketahuilah, tidak ada yang membicarakan pengiriman pasukan pemerintah Suriah ke sana saat  ini," ucap Bozdag.
"Jika pemerintah Suriah masuk (Afrin) untuk mendukung YPG, ini akan membuka jalan bagi sebuah malapetaka menghampiri mereka," sambungnya.

Presiden Erdogan Bahas Ghouta Timur dengan Rouhani dalam Panggilan Telepon (dengan penjahat perang ???)

2018-03-07
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk membahas krisis Suriah yang sedang berlangsung dan upaya untuk menerapkan gencatan senjata di Ghouta timur.
Kedua pemimpin tersebut menggarisbawahi bahwa kesepakatan bersama antara Turki, Iran dan Rusia sangat diperlukan untuk pelaksanaan gencatan senjata di Suriah, seperti dilansir dari media Turki, Daily Sabah, Rabu, (7/3/1
Presiden Erdoğan dan Rouhani juga membicarakan tentang kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan di wilayah Ghouta Timur dan menyerukan penyelesaian secepatnya untuk mengakhiri krisis tersebut.
Kedua pemimpin tersebut juga membahas rencana pertemuan tiganegara di Istanbul, yang rencananya akan diadakan antara Turki, Iran dan Rusia pada 4 April mendatang.
Turki, Rusia dan Iran adalah negara penjamin yang menerapkan zona de-eskalasi di Suriah pada Desember 2016, yang mengusulkan perundingan Astana, di Kazakhstan disaat bersamaan dengan perundingan Jenewa, Swiss untuk perdamaian di Suriah pada akhir 2017 lalu.
Ketiga negara tersebut sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di provinsi utara Idlib dan sebagian wilayah tetangga Latakia, Hama dan Aleppo. Namun pada saat itu tidak membahas Ghouta Timur, yang baru ditargetkan oleh rezim Assad sejak 18 Februari lalu. (DH/MTD)
Sumber : Daily Sabah 

Presiden Turki, Rusia, Iran Siap Bertemu, Bahas Apa?

Kamis, 08 Feb 2018
Presiden Turki dan Rusia sepakat untuk mengadakan pertemuan trilateral dengan Iran mengenai Syria di Istanbul. Ini menurut sumber kepresidenan Turki.
Sejauh ini belum ada informasi mengenai waktu akan diadakannya pertemuan tersebut. Melalui telepon, Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin membahas Syria terutama Afrin dan Idlib.
Erdogan juga memberikan informasi mengenai Operasi Ranting Zaitun yang diluncurkan untuk membasmi teroris PYD/PKK dan Daesh dari Afrin, Syria pada 20 Januari lalu.
Kedua pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan titik pengamatan baru di zona deeskalasi Idlib.
Seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis, (8/2), Idlib yang berada di utara Syria dan dekat dengan perbatasan Turki dinyatakan sebagai zona deeskalasi. Ini berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dicapai tahun lalu di Astana, Ibu Kota Kazakhstan.
Namun, rezim Syria telah berulang kali melanggar kesepakatan tersebut dan terus menargetkan daerah pemukiman di zona yang dikuasai oleh oposisi seperti Idlib.
Erdogan dan Putin juga membicarakan situasi kemanusiaan di Ghouta Timur. Mereka menegaskan tekad untuk bekerja sama dalam hal-hal yang berkaitan dengan Syria.
Pada 22 November, Erdogan, Putin, dan Presiden Iran Hassan Rouhani bertemu di Kota Sochi, Rusia untuk membahas kemajuan yang dicapai dalam perundingan damai Astana dan perubahan pada zona deeskalasi di seluruh Syria.(ina/ce1/iml/met/JPC)


Menteri Luar Negeri Iran, Rusia dan Turki mengadakan pembicaraan mengenai Suriah di ibu kota Kazakhstan, Astana, Jumat (16/3).
Perundingan itu diadakan hampir sebulan sejak pasukan Pemerintah Suriah yang didukung Rusia menggempur Ghouta Timur, daerah kantong oposisi yang terkepung di pinggiran Damaskus.
Situasi kemanusiaan yang mengerikan di Ghouta Timur kemungkinan akan menjadi agenda pembicaraan oleh Menteri Mohammad Javad Zarif dari Iran, Sergei Lavrov dari Rusia, dan Mevlut Cavusoglu dari Turki.
Sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan ,situasi di lapangan akan dipertimbangkan dalam pembicaraan, serta keberhasilan dan kesulitan dalam proses deeskalasi, demikian Nahar Net melaporkan.
Pertemuan ketiga negara diperkirakan akan membahas Suriah untuk terakhir kalinya pada pertemuan puncak yang melibatkan presiden ketiga negara di Istanbul 4 April mendatang. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)

Rusia Percepat Pengiriman Sistem Rudal S-400 ke Turki
(untuk perang dengan siapa ? KSA ?)

Kamis, 15 Maret 2018
Moskow siap mempercepat pengiriman sistem rudal pertahanan udara S-400 ke Ankara seperti yang diminta Turki. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov usai menyambut kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
”Sebagai tanggapan atas permintaan mitra Turki kami untuk mempercepat pengiriman yang direncanakan semula, kami bereaksi positif,” kata Lavrov mengatakan kepada wartawan di Ibu Kota Rusia, Moskow, pada hari Rabu. 
Namun diplomat top Moskow itu menolak mengumumkan tanggal pasti pengiriman sistem rudal pertahanan udara mutakhir itu. ”Pelaksanaan kesepakatan S-400 adalah salah satu isu yang sekarang dibahas secara praktis oleh para spesialis,” ujarnya. Dengan demikian, dia merasa tak berhak mengungkapkannya kepada publik.
Moskow dan Ankara menandatangani sebuah kesepakatan senilai USD2,5 miliar untuk pengadaan S-400 Triumph Rusia—yang oleh NATO dinamai sebagai SA-21 Growler—pada bulan Desember. 
Vladimir Kozhin, ajudan Presiden Vladimir Putin untuk kerja sama industri pertahanan mengatakan bahwa penyerahan pertama sistem pertahanan udara canggih itu kepada Turki dijadwalkan dimulai pada awal 2020. Kozhin seperti dikutip Rossiya 24, mencatat bahwa Rusia telah mengakomodasi keinginan Turki untuk mempercepat pelaksanaan kontrak.
”Semakin cepat Turki menerima (sistem rudal S-400) semakin baik. Pekerjaan berlanjut sampai akhir ini,” kata Cavusoglu dalam sebuah pertanyaan, seperti dikutip Hurriyet Daily News, Kamis (15/3/2018).
Kesepakatan itu memicu ketegangan antara Turki dan sekutu NATO-nya, Amerika Serikat. Washington dengan gigih menentang kesepakatan tersebut, memperingatkan Ankara pada bulan Oktober bahwa keputusannya membeli sistem pertahanan Rusia akan menghadapi konsekuensi.
Militer AS memperingatkan sistem pertahanan buatan Rusia yang dibeli Ankara tidak dapat dioperasikan dengan infrastruktur NATO.
Dalam skenario terburuk, Washington telah mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada sekutunya di Timur Tengah tersebut. Sanksi merujuk pada Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang ditandatangani pada bulan Agustus dan ditujukan untuk menghambat ekspor senjata Rusia.
Tapi, pemerintah Presiden Tayyip Erdogan bersumpah untuk tetap teguh pada kesepakatan tersebut meski mendapat tekanan dari AS.
Pada hari Selasa lalu, Cavusoglu menekankan bahwa keanggotaan Turki di NATO tidak menjadikannya sebagai bawahan AS.
”Turki adalah anggota NATO, tapi kami adalah negara merdeka, kami bukan negara satelit,” kata Cavusoglu. ”Turki memiliki hak dan kebebasan yang sama seperti anggota NATO lainnya yang membeli senjata dari pihak ketiga.”
Dia juga menepis kekhawatiran bahwa sistem tersebut dapat digunakan dalam operasi militer Turki melawan Kurdi. Menurutnya, S-400 hanya akan dikerahkan sebagai sistem pertahanan jika Turki diserang.

Ekpansi Asing Pengacau Negara Arab (Timur Tengah) : Rafidhah Majusi Iran, Turki, Komunis Rusia, Kufar Barat.

UEA Ingatkan Erdogan : “Turki Seharusnya Menghormati Kedaulatan Negara-negara Arab”

2018-03-10
Uni Emirat Arab (UEA) mengingatkan Presiden Erdogan untuk menghormati kedaulatan negara-negara Arab di tengah semakin memanasnya krisis Teluk antara Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Qatar yang sudah memasuki bulan ke-9 sejak awal juni 2017 lalu.
“Harus diakui bahwa hubungan Arab dan Turki saat ini tidaklah dalam kondisi yang baik. Kami mengingatkan Ankara untuk kembali pada posisi netral sebagaimana semula. Turki harus mempertimbangkan kembali kebijakannya dan menghormati kedaulatan negara-negara Arab,” ungkap Dr. Anwar Gargash, Menteri Luar Negeri UEA, seperti dilansir dari Al Arabiya,Sabtu, (10/3/18).
Gargash juga mengingatkan kepada Ankara untuk berhubungan dengan negara-negara saudaranya di dunia Arab dengan bijak dan rasional. “Dukungan yang diberikan kepada mereka-mereka yang menyebabkan kekacauan di kawasan ini bukanlah merupakan pendekatan yang rasional,” ungkap Gargash menyoroti kedekatan Turki-Iran dan Qatar.
“Dunia Arab tidak akan membiarkan siapapun berusaha untuk ikut campur dalam situasi yang tidak permanen ini. Dengan demikian, kami memperingatkan tetangga-tetangga kami di kawasan ini ketika berurusan dengan Arab untuk membedakan antara fakta dan mitos,” tegas Gargash.
Saat ini, hubungan antara Arab Saudi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dilaporkan sedang berada pada posisi terendah, seperti dikutip dari Al Jazeera. Turki memberikan dukungan penuh terhadap Qatar saat Arab Saudi dan tiga negara Arab lainnya memberlakukan blokade terhadap Qatar. (DH/MTD)
Sumber : Al Arabiya  



Hadits Shahih Tentang Peperangan Besar Di Negeri Syaam Dan Keutamaannya, Terutama Damaskus Dan Ghuuthah. Nabi Nabi  : ‘Benteng Kaum Muslimin Pada Hari-Hari Peperangan Dahsyat/Besar Adalah Damaskus”
http://lamurkha.blogspot.co.id/2018/03/hadits-shahih-tentang-peperangan-besar.html?m=0
Jangan Terpedaya "Gema Islam" Erdogan. Fakta, Dia (Bangsa Turki) Bersama Bangsa Majusi Iran (Syi’ah) Dan Bangsa Rusia (Komunis, Ortodoks) Berkonspirasi Membunuhi Ahlus Sunnah Syams (Arab). Apa Haknya Mereka (Bertiga) Mendefinisikan “Para Mujahidin Ahlus Sunnah Bangsa Arab Syam” Yang Harus Dibinasakan (License To Kill) ? Silahkan Bantah Fakta-Fakta Dibawah.
Kejahatan Keji Mengerikan Ali Khamenei Dan Hassan Rouhani Terhadap Ahlus Sunnah Di Suriah, Irak, Yaman Dan Iran, Serta Destruktif Disetiap Musim Haji. Mereka Gerombolan Qum Kelompok Takfiri Tulen. Bersama Erdogan (Turki) Dan Putin (Komunis Rusia), Mengisolasi Dan Membantai Mujahidin Sunni Terkuat Syam.
Subhanallah Walhamdulillah, Mujahidin Ahlus Sunnah (Non-Sekuler) Syam Bisa Bertahan Tujuh Tahun Menghadapi Ekpansi Bangsa Asing Adi Kuasa Komunis Rusia- Kufar Barat- Majusyi’ah Iran- Tentara Rezim Bengis Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad- Turki.
Konferensi Sochi, Manifestasi Kesepakatan Busuk Erdogan (Turki), Putin (Komunis Rusia), Hasan Rouhani (Syi’ah Iran) Untuk Menjajah Syam (Suriah). Mereka Mengeliminir Kekuatan Oposisi Paling Dominan (Mujahidin Ahlus Sunnah Syam). Hanya Antek-Antek Erdogan (FSA Sekuler) Yang Bisa Dipaksa Hadir Sebagai Barter Serangan Ke Afrin.
Mumtaz ! Sebut Rusia Sebagai Musuh, Oposisi Suriah Tolak Hadir Di KTT Sochi (Rusia). Si Endorgan Menggunting Dalam Lipatan, Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Iran Ikut Membantai Mujahidin Ahlus Sunnah Syam !
Kebohongan Erdogan Soal Jerusalem (Al Quds). Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Syiah Iran Mengkavling Syam, Mengisolir Mujahidin Ahlus Sunnah Dan Mengamankan Jagal Terkeji Bashar Asaad. Bisa Dipercaya ?
Kepada Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami), Arrahmahnews Dan Media Rafidhah Lainnya , Silahkan Bantah Ratusan Artikel Dibawah Ini Secara Ilmiyah, Sistematis Dengan Counter Data Yang Rasional ! Propaganda Pendukung Rafidhah Bashar Assad Dimedsos Tidak Berkualitas (Sampah).
Raja Yordania : Memuji Kepemimpinan Raja Salman Bin Abdul Aziz ,Yang Belum Pernah Kita Lihat Sebelumnya Di Timur Tengah, Berhasil Membatasi Gerak Iran Di Timur Tengah.