Wednesday, June 13, 2018

OKI Kutuk Partisipan Acara Israel, Giliran Otoritas Palestina Mengecam Yahya Staquf Ke Israel Dan Grand Mufti Yerusalem Sebut Kedatangan Yahya Staquf Ke Forum Zionis-Amerika Memalukan.


OKI Kutuk Partisipan Acara Israel

Jeddah- Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Dr. Yusuf Al Utsaimin mengutuk pihak-pihak yang berpatisipasi dalam konferensi Israel di Al-Quds. OKI menganggap bahwa menjadi partisipan mendorong kebijakan pendudukan Israel yang bertujuan untuk mengubah status hukum wilayah Palestina.
“Mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan semacam itu merupakan suatu kemunduran yang serius dari resolusi-resolusi pertemuan terakhir Dewan Luar Negeri OKI yang diadakan pada Mei 2018,” ungkap Dr. Yousef Al-Othaimeen pada Senin (11/06/2018) seperti dikutip dari laman www.oic-oci.org.
Dalam pertemuan terakhir Dewan Luar Negeri OKI pada Mei 2018, OKI menyerukan untuk tidak berpartisipasi dalam setiap pertemuan atau acara yang melayani tujuan Israel untuk melanggengkan penjajahan dan aneksasi kolonialnya Al Quds Al-Sharif.
Lebih lanjut, OKI menegaskan kembali bahwa Al-Quds adalah bagian integral dari wilayah Palestina yang dijajah Israel sejak 1967. OKI menekankan perlunya mengambil langkah-langkah penting seperti politik dan hukum, terhadap pejabat yang berpihak pada Israel.
Selain itu, Dr. Yousef Al-Othaimeen juga menyerukan semua Negara Anggota untuk mendukung rancangan resolusi perlindungan internasional terhadap penduduk sipil Palestina. Cara yang dilakukan dengan memberikan suara pada pertemuan khusus darurat Majelis Umum PBB.
Meski tidak ditujukan individu atau negara tertentu, peringatan tersebut dikeluarkan saat Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres Yahya Chalil Staquf menghadiri suara acara forum global yang diadakan oleh Komite Yahudi Amerika di Yerusalem.
Komite Yahudi Amerika (AJC) merupakan kelompok advokasi Yahudi yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan salah-satu organisasi advokasi Yahudi tertua. AJC menggelar Global Forum 2018 yang berlangsung di Al Quds dari 10-13 Juni 2018. Acara yang turut dihadiri oleh Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres KH Yahya Chalil Staquf itu bertujuan untuk menghormati 70 tahun berdirinya Israel.
Acara itu dibuka langsung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Yahya Chalil Staquf hadir sebagai pembicara terkait tema dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi. Dalam dialog itu, ia didampingi oleh Rabbi David Rosen, Direktur Hubungan Antaragama Internasional AJC.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Jon Muhammad

Giliran Otoritas Palestina Mengecam Yahya Staquf ke Israel

Otoritas Palestina melalui pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam kehadiran Yahya Staquf ke Israel. Ia dinilai telah melanggar hukum internasional dan resolusi relevan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Palestina menyebutkan bahwa Gus Yahya telah memberikan pukulan bagi Palestina dan Republik Indonesia. Padahal sebagai negara Islam terbesar di dunia, Indonesia terlibat aktif dalam membela Palestina, termasuk menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI kelima tentang Palestina dan Al Quds Al-Sharif tahun 2016 dan tuan rumah Konferensi Internasional tentang masalah Yerusalem pada tahun 2015.
“Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Negara Palestina mengutuk partisipasi delegasi ulama Indonesia dari Nahdlatul Ulama organisasi yang dipimpin oleh Yahya Staquf, Katib Aam Dewan Syuriah Nahdlatul Ulama, di AJC Global Forum di Yerusalem pada tanggal 10-13 Juni 2018,” tegas Kemlu Palestina pada Selasa (12/06/2018) seperti dikutip dari www.mofa.pna.ps.
Kehadiran Gus Yahya bertentangan dengan posisi pemerintah Indonesia atas penjajahan yang menimpa Palestina. Di mana Indonesia dan warganya berkomitmen menolak segala bentuk penjajahan dan mendukung Palestina menjadi negara merdeka dengan ibukota Al Quds.
“Pihak Palestina juga menganggap partisipasi Bapak Yahya Staquf sebagai “pribadi”, dan itu tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral Palestina-Indonesia, dan posisi Palestina dan rakyatnya yang menghargai dan menghormati Republik Indonesia dan rakyat yang ramah,” sambungnya.
Selain itu, Pihak Palestina menganggap forum yang dihadiri oleh Gus Yahya sebagai bagian dari kampanye Israel dengan menampilkan acara-acara berbau budaya dan dialog antaragama. Pasalnya Israel telah lama melakukan kejahatan dan pelanggaran terhadap Muslim dan Kristen di Palestina.
Belum lagi aturan Israel, penjajahan, dan negara yang diakui oleh negara Yahudi, mencerminkan kebijakan rasis dan kolonialis. Hal tersebut sangat bertentangan dengan wajah-wajah yang ditampilkan Israel dalam forum AJC.
“Mr Staquf seharusnya mengunjungi Yerusalem di bawah bendera Negara Palestina, berkoordinasi dengan pihak Palestina dan lembaga-lembaga spritual Islam dan Kristen. Bukan membiarkan Israel melanjutkan proyek normalisasi di wajah agama dan budaya,” tukasnya.
AJC merupakan kelompok advokasi Yahudi yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan salah-satu organisasi advokasi Yahudi tertua. The New York Times mengungkap, AJC secara luas dikenal sebagai “kepala organisasi Yahudi Amerika”.
Sebagai forum Yahudi kelas dunia, AJC Global Forum 2018 dihadiri oleh banyak tokoh Yahudi dan sejumlah tokoh-tokoh penting lainnya. Diantaranya, Nir Barkat (Wali kota Yerusalem), Dr. Tal Becker (Penasihat Hukum, Kementerian Luar Negeri, Israel), MK Naftali Bennett (Menteri Urusan Diaspora dan Menteri Pendidikan, Israel), Boyko Borissov (Perdana Menteri Bulgaria) Tamar Chugoshvili (Wakil Ketua Pertama Parlemen Georgia), Robert Dussey (Menteri Luar Negeri Togo), Avi Gabbay (Partai Buruh Israel), Fernando Gentilini (Perwakilan Khusus dari Uni Eropa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Sebastian Kurz (Kanselir Austria), MK Tzipi Livni (Co-Leader dari Partai Uni Zionis, Menteri Kehakiman (2013-14), Menteri Luar Negeri (2006-09), Israel), Nickolay Mladenov (Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Federica Mogherini (Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri & Keamanan), Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), Ron Prosor Abba Eban (Ketua Diplomasi Internasional di Pusat Interdisipliner Herzliya, Wakil Tetap Israel ke PBB 2011-2015), Reuven Rivlin (Presiden Negara Israel), Juan Manuel Santos (Presiden Kolombia) dan KH Yahya Chalil Staquf.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Syafi’i Iskandar

Grand Mufti Yerusalem Sebut Kedatangan Yahya Staquf Ke Forum Zionis-Amerika Memalukan

Syaikh Muhammad Husein, Mufti Besar Yerusalem dan Palestina, dengan keras menolak partisipasi beberapa tokoh agama Indonesia dalam konferensi lintas agama Zionis-Amerika di Yerusalem yang diduduki.
Dalam pernyataan pers, sebagaimana dilansir The Palestinian InformationCenter, Rabu (13/6/2018), Syaikh Husein menyebut konferensi itu sebagai bagian dari kampanye menyesatkan Israel yang sistematis yang dimaksudkan untuk mengelabui dan membuatnya tampak sebagai sebuah negara yang mengadvokasi perdamaian dan persesuaian antar agama.
Mufti Husein mengutuk kunjungan Yahya Staquf dan menyebutnya sebagai “kejahatan terhadap isu Palestina dan bertentangan dengan negara Muslim,”
Dia juga menyebut kunjungan tersebut mengabaikan gerakan boikot internasional terhadap pendudukan Israel dan praktik rasisnya, terutama setelah relokasi kedutaan AS ke Yerusalem.
Mufti juga mengecam kunjungan itu dan menyebutnya sebagai tindakan memalukan dan tidak dapat diterima, serta bertentangan dengan sikap pemerintah dan rakyat Indonesia yang mendukung rakyat Palestina dan tujuan mereka.