Thursday, June 27, 2019

Fatwa MUI Tentang Salafi


Fatwa MUI Jakarta Utara “Salafi Bukan Kelompok Sesat”
(Nasehat atas ketergesa- gesaan MPU Aceh[1])
Pandangan MUI Jakarta Utara
Tentang Salaf / Salafi
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Kotamadya Jakarta Utara
Jl. Yos Sudarso No. 27-29 Telp. (021) 4357422, 4301124 Ext. 5375,
Fax. 4357422 Jakarta
——————————————————————————————
Pandangan Majelis Ulama Indonesia
Kota Administrasi Jakarta Utara
Tentang
SALAF/SALAFI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta Utara,

MENIMBANG :

a. bahwa pada akhir-akhir ini berkembang kajian-kajian salaf di beberapa daerah yang banyak masyarakat belum memahami makna salaf itu;
b. bahwa terjadi kesalah pahaman dalam memahami salaf; 
c. bahwa muncul vonis sesat kepada keberadaan kajian-kajian salaf; 
d. bahwa oleh karena itu, MUI Kota Administrasi Jakarta Utara perlu memberikan penjelasan tentang salaf/salafi, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.

MENGINGAT :

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat : 6)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al- Ahzaab [33] : 36)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisaa [4] : 59)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al-An’am [6] : 116)

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al-Mu’minuun [23] : 71)

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang- orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah [9] : 100)

Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ ، إِلاَّ مَنْ أَبَى » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seluruh ummatku masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah siapakah yang enggan?. Beliau menjawab: “Siapa yang ta’at kepadaku masuk surga dan yang ma’shiyat kepadaku maka ia enggan (masuk surga).” (H.R. Al-Bukhari)

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهم ( ما تمسكتم بهما ) كتاب الله وسنتي ولن يتفرقا حتى يردا على الحوض ) . أخرجه مالك مرسلا والحاكم مسندا وصححه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua hal kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengan keduanya, (yaitu) Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berpisah sehingga masuk ke telaga (Al-Kautsar). (H.R. Malik secara mursal dan Al-Hakim dengan sanad yang bersambung dan ia mensahihkannya)

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ حَدَّثَنَا أَوْ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَتْ مَلاَئِكَةٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ نَائِمٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا إِنَّ لِصَاحِبِكُمْ هَذَا مَثَلاً فَاضْرِبُوا لَهُ مَثَلاً . فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا مَثَلُهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا ، وَجَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً وَبَعَثَ دَاعِيًا ، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِىَ دَخَلَ الدَّارَ وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِىَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ . فَقَالُوا أَوِّلُوهَا لَهُ يَفْقَهْهَا فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا فَالدَّارُ الْجَنَّةُ ، وَالدَّاعِى مُحَمَّدٌ – صلى الله عليه وسلم – فَمَنْ أَطَاعَ مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم – فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ، وَمَنْ عَصَى مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم – فَقَدْ عَصَى اللَّهَ ، وَمُحَمَّدٌ – صلى الله عليه وسلم – فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ

Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, berkata: (suatu ketika) datang para malaikat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau tidur. Sebagian mereka berkata ia sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga. Mereka berkata: sesungguhnya teman kalian ini (Nabi Muhammad-penj) memiliki perumpamaan, maka jadikanlah untuknya perumpamaan. Sebagian mereka berkata ia sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga. Mereka berkata, perumpamaannya seperti orang yang membangun rumah, menyediakan hidangan dan mengundang orang untuk datang. Siapa orang yang menjawab undangan, maka ia akan masuk rumah dan menyantap hidangan. Yang tidak menjawab undangan maka tidak masuk ke dalam rumah dan tidak menyantap hidangan. Mereka berkata, jelaskan ma’na perumpamaan itu kepadanya agar ia memahaminya. Sebagian mereka berkata ia sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga. Mereka berkata rumah adalah (perumpamaan) surga, orang yang mengundang adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka siapa orang yang ta’at kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia ta’at kepada Allah. Siapa orang yang menentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah menentang Allah. Muhammad adalah pembela diantara manusia (antara yang ta’at dan yang menentang (H.R. Al-Bukhari)

MEMPERHATIKAN :

Keterangan dan penjelasan dari beberapa da’i salafi yang telah dikonfirmasi oleh pihak MUI Kota Administrasi Jakarta Utara.

Dengan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala,

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PANDANGAN MUI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA TENTANG SALAFI

Pertama : Penjelasan tentang apa itu SALAF/SALAFI

1.Salaf/salafi tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat yang telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga Salaf/salafi bukanlah merupakan sekte atau aliran sesat sebagaimana yang berkembang belakangan ini.
2.Salaf/salafi adalah nama yang diambilkan dari kata salaf yang secara bahasa berarti orang-orang terdahulu, dalam istilah adalah orang-orang terdahulu yang mendahului kaum muslimin dalam Iman, Islam dst. mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.
3.Penamaan salafi ini bukanlah penamaan yang baru saja muncul, namun telah sejak dahulu ada.
4.Dakwah salaf adalah ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan menggunakan pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Kedua : Nasehat dan Tausiyah kepada masyarakat

1.Hendaknya masyarakat tidak mudah melontarkan kata sesat kepada suatu dakwah tanpa diklarifikasi terlebih dahulu.
2.Hendaknya masyarakat tidak terprovokasi dengan pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab.
3.Kepada para da’i, ustadz, tokoh agama serta tokoh masyarakat hendaknya dapat menenangkan serta memberikan penjelasan yang obyektif tentang masalah ini kepada masyarakat.
4.Hendaknya masyarakat tidak bertindak anarkis dan main hakim sendiri, sebagaimana terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Akhir 1430 H (08 April 2009).
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
Ketua Umum,
ttd
QOIMUDDIEN THAMSY
Sekretaris Umum,
ttd
Drs. ARIF MUZAKKIR MANNAN, HI
FN:
Untuk lebih jelasnya, Silahkan download fatwa MUI Jakarta Utara pada alamat berikut: (Fatwa MUI Jakarta Utara “Salafi Bukan Kelompok Sesat”)

Untuk Pendengki Salafi Dan MPU Aceh, Bisa Jawab 5 (Lima) Pertanyaan Yang Paling Mendasar Dibawah Ini ?
Index “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah , Murabbi Agung”
Index “Al-Muhaddits Syaikh Al-Albani Rahimahullah”

MUI Pusat: Tidak Ada Fatwa Pelarangan Wahabi Salafi

Anggota Komisi Pengkajian dan Fatwa MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA menegaskan bahwa MUI tingkat pusat ataupun daerah-daerah tidak pernah mengeluarkan fatwa pelarangan dan penyesatan terhadap Wahabi Salafi.
Sebelumnya muncul sebuah surat edaran palsu mengatasnamakan Kemenag Kanwil Jawa Barat meminta masyarakat mewaspadai Ajaran Wahabi Salafi Ekstrim di Wilayah Bandung dan sekitarnya.
Selain mengatasnamakan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat, surat itu juga mencatut nama Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
“Tidak ada fatwa itu,” katanya kepada Kiblat.net melalui pesan singkat, pada Jumat (4/12).
Fahmi menambahkan, adanya penentangan terhadap Wahabi baru terjadi sebatas di Aceh. “Yang ada oleh MPU Aceh,” ujarnya.
Seperti diketahui, SE bertanda tangan kepala kantor Kanwil Kemenag tersebut telah meresahkan banyak masyarakat. Pasalnya, di dalam surat itu nama ulama yang dihormati masyarakat Bandung, KH Athian Ali Dai dikait-kaitkan dengan ISIS.
Berdasarkan penjelasan Kepala Bagian Tata Usaha (TU) Dr. HM. Athoillah, Kanwil Kemenag Jawa Barat pernah mengeluarkan surat edaran dengan nomor, tanggal, dan tujuan yang sama persis dengan yang ada dalam surat palsu tersebut. Namun isi surat tersebut kemudian dipalsukan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Aslinya, surat dengan nomor Kw 10.1/2/Kp.04.2/2195/2015 tertanggal 22 April 2015 itu berisi himbauan cuti bersama dalam rangka peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60, yang akan digelar di Bandung saat itu. Surat yang ditandatangani oleh Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat itu ditujukan kepada Kepala Bagian TU, para Kepala Bidang dan Pembimas di lingkungan Kanwil, serta Kepala Kantor Kemenag Kota Bandung.
Reporter: Bilal Muhammad
Editor: Fajar Shadiq

Salafi Bukan Wahabi, Perbedaan Fatal Antara Salafi 
Dengan Wahabi

Serta Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Salafi, Dan Penentangan Salafi Terhadap Wahabi Yang Sesat Dan Menyesatkan

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh..

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ ﴿٦

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Al-hujuraat : 006.

Wahai hamba – hamba ALLAH, kiranya saya menulis artikel ini untuk memurnikan pemahaman pada ummat muslim yang menyamakan antara wahabi dengan salafi, kekurangan pengetahuan tentang sesuatu itu adalah menjadi penyebab timbulnya fitnah ditengah – tengah ummat Muslim yang berfaham salafi, sehingga banyak di antara kita baik dari golongan yang mengaku akhwat dan juga ikhwan yang menyatakan bahwa salafi adalah sama halnya dengan wahabi. Seumpama beberapa bulan yang lalu terdapat yang mengaku sebagai seorang akhwat dari sebuah jejaring social facebook yang menyindir blog ini dan berkata bahwa blog ini mengandung faham wahabi. Bahkan juga yang sangat memprihatinkan sekali, bahwa terdapat salah satu website atau situs islam yang pada judulnya mengatakan “Arab Saudi adalah Negara Wahabi” karena Arab Saudi yang dikenal bermanhaj salafi. Masha ALLAH. Sungguh..seumpama sebuah virus, wahabi telah merasuki jantung hati Islam dengan mengatasnamakan salafi padahal sesungguhnya palsu dan bertentangan dengan kaidah ajaran Islam yang sesungguhnya, menjadi noda kotor dalam secarik kain yang putih dan demikianlah kenyataan yang ada.Manhaj Salaf, As-salaf, Al-Salaf, salafiyah di ambil dari kata Salaf yang berarti “orang-orang terdahulu” (pendahulu), seumpama kata Salafushshalih yang berarti orang – orang shalih sebagai pendahulu orang-orang Muslimsesudahnya, baik dari  sisi  ilmu, keimanan,  keutamaan  atau  jasa  kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang  yang mendahului kamu, yaitu nenek moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan. Oleh karenanya maka  generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut dengan salafush  shalih (pendahulu  yang  baik/Shaleh).”  (Lisanul  ‘Arab,  9/159,  dinukil dari Limadza, hal. 30).
Seperti terdapat dalam sebuah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada puterinya Fathimah radhiyallahu ‘anha.  Beliau bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik salafmu adalah aku.”(HR. Muslim). “sebaik-baik Salafmu” Artinya sebaik-baik pendahulu. (lihat Limadza, hal. 30,  baca juga  Syarah  ‘Aqidah  Ahlus  Sunnah  wal  Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, hal.7)
Apabila para ulama akidah membahas dan menyebut- nyebut kata salaf maka yang mereka maksud adalah salah satu di antara 3 kemungkinan berikut :
Pertama, para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua, shahabatdan murid-murid mereka  (tabi’in).
Ketiga, shahabat, tabi’in dan juga para Imam yang telah diakui kredibilitasnya di dalam Islam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan berjuang membasmi bid’ah (lihat Al Wajiz, hal. 21).
Berikut adalah rincian yang memberdakan antara wahabi dengan salafi, dengan rincian yang sangat membedakan pemahaman yang jauh dan bertolak belakang antara keduanya.
1. Manhaj ulama As-Salaf yang sebenarnya adalah ulama Islam yang hidup dalam lingkungan 300 Hijriah yaitu  Tanzih yang mensucikan Allah dari persamaan dengan makhluk-Nya. Sedangkan pemahaman Wahhabi menyamakan Allah dengan makhluk. Maka Wahhabi tidak layak dilsebut sebagai Salafi.
2. Aqidah ulama As-Salaf yang sebenarnya pada ayat-ayat mutasyabihat dan hadith-hadith mutasyabihat adalah tidak berpegang dengan yang zahir maknanya tetapi ditolak makna zahirnya dan dinafikan segala perumpaan Allah dengan makhluk. Manakala aqidah Wahhabi adalah berpegang kepada yang zahir makna ayat-ayat mutasyabihat dan hadith-hadith mutasyabihat yang membawa kepada persamaan Allah dengan makhluk kemudian ditambah lagi Wahhabi yang menyifatkan Allah kepada seluruh sandaran yang bukan sifat pada hakikatnya. Maka Wahhabi tidak harus dinamakan sebagai As-Salaf.
3. Ulama As-Salaf yang sebenarnya adalah ulama Islam yang hidup dalam 3 kurun pertama yaitu ulama yang pernah hidup pada zaman sebelum 300Hijrah. Manakala Wahhabi muncul pada lingkungan 1111Hijrah. Amat jauh perbedaan antara yang benar dan yang batil. Maka Wahhabi tidak boleh dinamakan sebagai Al-Salaf.
4. Dakwah ulama As-Salaf yang sebenarnya adalah tidak mengkafirkan umat Islam sesama individu maupun khalayak ramai selagi seseorang itu muslim dan tidak melakukan perkara yang membatalkan keislamannya. Manakala Wahhabi mengkafirkan ulama Islam dan umat Islam tanpa hak secara umum tanpa had dan seluruhnya dikafirkannya. Maka Wahhabi diharamkan daripada mempergunakan nama Salaf.
5. Feqah ulama Al-Salaf adalah tidak jumud dan tidak sempit serta tidak menghukum amalan umat Islam yang mempunyai dalil sebagai bid’ah sesat. Manakala Wahhabi berfeqah secara jumud, sempit dan suka menghukum seluruh amalan umat Islam khasnya yang mempunyai dalil sebagai Bid’ah Sesat dan Syirik. Maka Wahhabi tidak sepatutnya dinamakan sebagai Salafiyyah.
Berikut juga turut saya lampirkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang salafi, klik gambar untuk memperbesar tampilan :


https://tausyah.wordpress.com/Fatwa-1Fatwa MUI
Fatwa MUIFatwa MUI

Dengan harapan, semoga dengan artikel ini dapat lebih meluruskan pemahaman ummat Islam tentang Manhaj Salaf. Dan tidak serta merta menuduh salafi adalah sesat apalagi mengkafirkannya. Wallahu A’lam Bish Showab
Artikel ini disadur dari berbagai sumber, dan andaikata artikel ini belum cukup menjelaskan tentang salafi, untuk lebih lanjut silahkan download dan baca ebook “Salah Kaprah Salafi” pada menu Download-Ebook Tausiyah di atas. Jazzakallahu Khairaan Katsiron