Wednesday, April 1, 2020

Jamaah Dablegh (Pembangkang), Berlandaskan Dalil Dan Akal Yang Bathil.

Flipboard: Young Adults Come to Grips With Coronavirus Health Risks

Jama'ah Tabligh Termasuk Ahlul Bid'ah Dari Firqah Shufiyyah. Keanehan-Keanehan Kitab Tablighi Nishab (Fadhailul ‘Amal). Kebencian Dan Kedengkian Mereka Yang Sangat Dalam Kepada Imam-Imam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Muhammad Bin Abdul Wahhab Dan Lain-Lain.
Sekilas Penyimpangan Kitab Fadha’ilul A’mal Milik Jama’ah Tabligh

Adakan Tabligh Akbar, 3 Jamaah Masjid Jami Kebun Jeruk Positif Corona

Sekitar 300 orang anggota komunitas Jamaah Tabligh menjalani karantina di Masjid Jami Kebon Jeruk, Taman Sari, Jakarta Barat. Hal ini disebabkan adanya tiga orang anggota jamaah tabligh tersebut yang positif terpapar virus corona.
Tiga orang yang positif corona tersebut diketahui setelah sudin Kesehatan Jakarta Barat menggelar rapid test kepada para jamaah, kamis (26/3/2020). ketiga jamaah yang positif corona merupakan warga Medan, Sumatera Utara.
Camat Taman Sari, Risan mengatakan ada puluhan orang WNA yang turut dikarantina di dalam Masjid “Ada juga warga negara asing yang datang kesitu, seperti dari Pakistan, India, Thailand, ada kurang lebih 70-80 WNA, yang banyak India,” kata Risan.
Camat Taman Sari tersebut mengatakan, para jamaah berkumpul di Masjid Jami Kebun Jeruk pada 26 Maret 2020 untuk mengadakan tabligh akbar. Pesertanya berbagai kota seperti Medan, Jambi, Lampung dan luar negeri. “Mereka agendanya sudah terjadwal, misalnya lima hari di sini, nanti berangkat lagi ke Medan terus berangkat lagi, keliling dunialah,” kata dia.
Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi membenarkan bahwa Masjid Jami Kebun Jeruk merupakan salah satu tempat yang setiap hari ramai didatangi jamaah dari berbagai negara. “Masjid itu tempat orang berziarah untuk waktu yang cukup lama, dari Nusantara dan beberapa negara,” kata Rustam saat dikonfirmasi, Sabtu (28/3/2020).
Hal ini juga dikuatkan oleh Nur Iman, pengurus Masjid Jami Kebun Jeruk. Menurutnya masjid tersebut memang tidak pernah sepi dari jamaah yang berasal dari berbagai daerah bahkan luar negeri. “Bahkan Jumat dua minggu yang lalu (jumlah jamaahnya) sampai 3000 orang,” ujarnya. 
Kejadian ini tentu sangat disayangkan mengingat pemerintah telah sejak lama menghimbau masyarakat agar tidak mengadakan acara yang melibatkan banyak orang. MUI pun telah mengeluarkan fatwa agar masjid-masjid mengurangi kegiatannya bahkan MUI meminta masjid-masjid di daerah rawan Covid-19 untuk meniadakan shalat jumat.

5 Fakta Isolasi Ratusan Jemaah Masjid Kebon Jeruk, 3 Positif hingga 
Ada 78 WNA

Ratusan jemaah Masjid Jami Kebon Jeruk, Maphar, Tamansari kini berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP) virus Corona.
Status itu didapat setelah Sudinkes Jakarta Barat melakukan rapid test virus Corona kepada jemaah dan hasilnya terdapat tiga jemaah yang terkonfinrmasi Covid-19.
Kompas.com coba merangkum fakta-fakta yang membuat 183 jemaah Masjid Jami Kebon Jeruk menjadi ODP, sebagai berikut: 
1. Berawal dari ziarah
Komplek Masjid Jami Kebon Jeruk merupakan lokasi cagar budaya dan tempat ziarah bagi umat muslim.
Selain warga Jakarta, ada juga warga negara asing (WNA) asal Timur Tengah yang melakukan ziarah ke tempat tersebut.
"Masjid itu sudah sejak zaman dahulu, tempat orang berkunjung dan berziarah. Bukan dari Indonesia, termasuk dari ASEAN, bahkan Timur Tengah. Berziarah, berdiam beberapa waktu," ujar Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi, Senin (30/3/2020).
Selain itu, jemaah dan pemuka agama di sana juga kerap melakukan tablig dalam masjid. Sehingga, beberapa dari mereka ada yang bermukim di area masjid tersebut dalam waktu cukup lama.
"Di samping itu juga jemaah juga ada, ustaz juga ada mereka tablig dari rumah ke rumah. Dia bermukim di situ, sudah berlangsung puluhan tahun," sambung Rustam
Belakangan, pasca meluasnya penyebaran virus corona, pemerintah Indonesia melalui Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan imbauan agar warganya beribadah atau berdoa di rumah.
Meski sudah ada imbauan untuk menjaga jarak sosial, namun jemaah tetap berkumpul.
"Begitu ada peristiwa ini, kami dapat informasi masih banyak orang berkumpul. (Padahal) seruan Pak Gubernur tidak lagi berkumpul dan shalat berjemaah, maka saya datang ke sana," ucap Rustam. Setelah bertemu, seluruh jemaah menjalani rapid test dan hasilnya tiga orang positif Covid-19 dan dilarikan ke rumah sakit.

2. Ratusan jemaah diisolasi, termasuk 78 WNA Demi menjalanlan protokol bagi para ODP, ratusan jemaah diisolasi dalam masjid selama 14 hari mulai Kamis (26/3/2020). Bukan hanya WNI yang melakukan ziarah, tetapi juga ada warga negara asing yang turut menjadi ODP dalam klaster ini. Total ada 78 yang turut menjadi ODP dan harus menjalani isolasi. 

Mereka ikut diisolasi karena sempat bersama dengan tiga jemaah yang positif Covid-19. "Diisolasi sementara tidak boleh keluar sampai ada langkah selanjutnya, kami urus makannya. Jumlah jemaah foreign yang transit di Masjid Jami Kebon Jeruk, sebanyak 78 orang, terdiri dari; India 48 orang; Bangladesh 10 orang; Srilanka 4 orang; Thailand 10 orang; Palestina 5 orang; dan Pakistan 1 orang," kata Rustam.

3. Isolasi di masjid Empat belas hari bukan waktu yang singkat bagi para jemaah untuk berdiam diri di masjid tanpa keluar. Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Barat memastikan stok pangan bagi jemaah yang masuk dalam daftar orang dalam pengawasan (ODP) Covid-19 dan diisolasi di Masjid Jami Kebon Jeruk. Sudinsos Jakbar akan mengirim bantuan berupa makanan siap saji selama 14 hari ke depan, atau selama jemaah menjalani masa isolasi. "Hanya bantuan makanan siap saji, bantuan lain tidak ada," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Mursidin saat dihubungi Senin.
Makanan cepat saji dikirim setiap pagi, siang, dan sore, atau tiga kali dalam sehari. "Setiap pengiriman jumlahnya 200 nasi kotak," ucap Mursidin. Selain isolasi dalam masjid, opsi lain tang dipersiapkan oleh Pemkot Jakbar adalah dengan memindahkan jemaah ke Wisma Atlek Kemayoran yang juga RS Darurat Penanganan Covid-19.
4. Dibawa ke Wisma Atlet Kemayoran Wacana pemindahan para jemaah dari masjid ke Wisma Atlet Kemayoran akhirnya terealisasi.  Pada Jumat (27/3/2020) malam, jemaah mulai dipindahkan secara berkala dengan menggunakan bus dan diatur jarak duduknya agar tidak berdempetan. "Sebanyak 39 dibawa ke RS darurat, sisanya jadi 144 jemaah. Kami antar sampai ke sana. Di bus pun kami jaga jarak atau physical distancing," kata Rustam. Pemindahan ini bukan tanpa penolakan, ada beberapa penolakan dari pihak jemaah yang tidak ingin dipindahkan. Meski demikian, Pemkot selalu mengedepankan dialog dalam mencari solusi tersebut. "Kami upayakan terus supaya isolasi lebih baik, tempatnya ke Wisma Atlet, Kemayoran, tidak di masjid. Dan pemantauannya lebih enak di sana dibandingkan di masjid. Untuk tidur lebih enak. Ini terus-menerus kami berikan penjelasan kepada mereka," ujar Rustam. Demi menjamin situasi, kini pihak Pemkot bersama TNI dan Polri terus melakukan pengawasan di sekitar masjid.

5. Belum ada pemindahan jemaah lagi Camat Tamansari Risan Mustar mengatakan sampai sejauh ini belum ada proses pemindahan jemaah lagi dari Masjid Jami ke Wisma Atlet. "Iya yang kemarin dikirim (Jumat malam) sampai sekarang belum ada lagi, sembari ikuti atau intruksi pimpinan karena gugus tugas ditingkat kota saya jaga keadaan dilapangan," ucap Risan saat dihubungi, Selasa (31/3/2020). Kendati demikian, Risan mengatakan pihaknya tetap mengirimkan pelayanan tenaga medis untuk mengecek kesehatan para jemaah. "Makanya saya tadi kirim tim medis kesehatan untuk mengecek ada yang sakit atau enggak, enggak ada yang sakit," kata Risan.


Abaikan Ancaman Corona, Ribuan Jamaah Tabligh Hadiri Ijtima’ Dunia di Gowa

Kegiatan Ijtima’ Dunia 2020 Jamaah Tabligh Zona Asia di Gowa, Selawesi Selatan tetap akan dilaksanakan meski Pemerintah Kabupaten telah membatalkan izin rekomendasi kegiatan itu karana kekhawatiran memicu penyebaran virus Corona.
Menurut Kepala Dinas Kominfo Statistik dan Persandian Gowa Arifuddin Saeni, panitia pelaksana menolak surat resmi dari otoritas setempat untuk menunda pertemuan.
“Peserta masih berdatangan. Ada yang dari Thailand, Arab, India, dan Filipina,” kata Arifuddin dilansir dari Reuters, Rabu (18/3/2020).
Menurut panitia penyelanggara, Mustari Bahranuddin, ketika disinggung mengenai risiko peserta menyebarkan virus pada acara pada tersebut, pihaknya mengaku lebih takut kepada Tuhan,
”Karena semua orang manusia, kita takut penyakit, kematian. Tapi ada sesuatu yang lebih penting sekedar tubuh, yaitu jiwa,” ujarnya.
Dari data yang diperoleh redaksi Indopolitika, hingga Rabu (18/3/2020), jumlah warga negara asing (WNA) yang tiba di di Tenda Foreign Ijtima Dunia Zona Asia 2020 Kompleks Pesantren Darul Ulum, Desa Niranuang, Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa berjumlah 411 orang dari 9 negara. Dengan rincian sebagai berikut:
Pakistan : 58 orang.
India : 35 orang.
Malaysia : 83 orang.
Warga Negara Thailand : 176 orang.
Brunei : 1 orang.
Timor Leste : 24 orang.
Arab  saudi : 8 orang.
Bangladesh : 24 orang.
Philiphina : 2 orang.
Sementara jumlah WNI yang telah hadir sebanyak 8.283 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Nanggroe Aceh Darussalam : 12
Sumatera Utara : 35 orang.
Sumatera Barat : 130 orang.
Riau : 17 orang.
Jambi : 27 orang.
Bangka Belitung : 10 orang.
Bengkulu : 10 orang.
Lampung : 115 orang.
DKI Jakarta : 294 orang.
Banten : 19 orang.
Jawa Barat : 421 orang.
Jawa Tengah : 1.167 orang.
Jawa Timur : 260 orang.
Bali : 9 orang.
Nusa Tenggara Barat : 752 orang.
Nusa Tenggara Timur : 103 orang.
Kalimantan Barat : 23 orang.
Kalimantan Selatan : 733 orang.
Kalimantan Tengah : 90 orang.
Kalimantan Timur : 1.316 orang.
Kalumantan Utara : 192 orang.
Sulawesi Utara : 29 orang.
Sulawesi Tengah : 742 orang.
Sulawesi Tenggara : 120 orang.
Sulawesi Selatan dan Barat : 1.059 orang.
Gorontalo : 5 orang.
Maluku Utara : 27 orang.
28 Ambon : 2 orang.
Papua : 564 orang.
Jadi total peserta Ijtima Dunia yang sudah hadir di Lokasi saat ini sebanyak  8.694 orang. Sementara masih ada peserta yang tengah transit di Makassar dan semuanya akan merapat ke tempat Ijtima Dunia Zona Asia 2020.
Diketahui, acara yang di selenggarakan di Gowa ini diselenggarakan oleh komunitas yang sama dengan acara Tabligh Akbar di Malaysia beberapa waktu lalu. Saat acara berlangsung di Malaysia, jamaah yang hadir sekitar 19 ribu orang. [rif]

Antisipasi Corona, Polisi di Pamekasan Cek WNA Asal India

Penanganan percepatan pencegahan dan penanggulangan virus Corona Covid-19 dimaksimalkan oleh semua lapisan instansi di wilayah Polsek Pegantenan.
Kasihumas Polsek Pegantenan Bripka M.Ali Sobir , Kamis (02/04/2020) pukul 09.15 WIB bersama Kanit IK Aiptu Winardi dan Kanit Binmas Bripka Edo Satria melaksanakan pendampingan kepada Kabakesbangpol Imam Firdaus dan Imigrasi Huswan untuk mengecek keberadaan WNA (Warga Negara Asing) dari India yang berada di Pondok Pesantren Madukawan Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan untuk antisipasi wabah Covid-19.
Pengawasan dan pengecekan WNA India rombongan jamaah tabligh yang saat ini melakukan khuruj di wilayah Polsek Pegantenan beberapa minggu yang lalu sudah dilakukan pengecekan oleh tim medis untuk memastikan kondisi kesehatannya.
"Hasilnya semua negatif dan jamaah dalam keadaan sehat," ucap Kasihumas.
Kapolsek Pegantenan Pamekasan AKP H.Junaidi mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan oleh tim Covid Pegantenan sebagai upaya deteksi dini pencegahan Corona.
"Iya memang benar 10 orang WNA asal India sudah memasuki Pegantenan, namun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka para WNA ini diposkan di Ponpes Madukawan," jelasnya.
Kasi Humas menambahkan, petugas Imigrasi bersama tim mengecek kelengkapan administrasi WNA asal India yang merupakan Jamaah Tabligh di Ponpes Madukawan Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan tersebut serta mengecek satu persatu WNA sebanyak 10 orang, dan secara keseluruhan kondisi saat ini lengkap dan dalam keadaan sehat.
Dirinya juga memberikan himbauan agar para jamaah tetap mematuhi aturan pemerintah dan himbauan Kapolri agar tetap berdiam diri di mesjid.
"Jangan menyebar apabila ada yang sakit, segera melaporkan diri melalui petugas atau penanggungjawab di lapangan," ucapnya.
Jaga kesehatan dengan berjemur di bawah matahari untuk menangkal virus Corona. Jangan mengadakan kegiatan yang mengundang kerumunan orang, cukup taklim mutaalim di mesjid dan membentuk holaqah tersendiri.
"Kami dari Polsek Pegantenan siap memberikan pengawasan dan pelayanan kepada para jamaah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan keamanan para jamaah," tandasnya.

Mengapa Jamaah Tablig di Malaysia Banyak yang Terpapar Covid-19?

Ada yang menarik atas Lockdown nya Malaysia,  pasca tabligh akbar yang digelar awal bulan Maret tahun 2020 ini.  Dimana pasca Tabligh akbar virus corona merebak dan menginveksi hampir 500 peserta dan ratusan orang lain yang terlacak karena menyembunyikan informasi pribadi.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan jamaah tabligh,  karena gerakan agama yang tak menyentuh politik ini telah diikuti oleh jutaan orang dari seluruh dunia.

Gerakan kesadaran beragama,, memakmurkan masjid,  taklim,  dan pengorbanan sebagaimana para sahabat dalam mendakwahkan Islam ke seluruh negeri menjadi tulang punggung gerakan ini.  

Sehingga gerakan penyadaran akan agama yang dimulai oleh Maulana Ilyas AlKhandahlawy dari India ini diterima di seluruh dunia,  termasuk Israel.

Dua amalan penting berupa amalan infirodi(amalan pribadi),  dan amalan ijtima'i (amalan secara bersama-sama)  dilakukan sebagai dasar pokok untuk melanggengkan gerakan jamaah tabligh dari masa ke masa.

Perintah dari Amir yang ada di Nizhamuddin India,  kemudian diteruskan kepada para jamaah yang datang ke sana,  kemudian disosialisasikan ke seluruh dunia.

Di Indonesia markas jamaah tabligh ada di Kebon Jeruk Jakarta. Berbagai profesi mengikuti jamaah tabligh. Mulai dari rakyat jelata, polisi, tentara,  mahasiswa,  dosen,  pedagang kaki lima,  bahkan kalangan artis.  

Tujuannya adalah islahun nafs (memperbaiki diri)  dengan mencontoh amalan sebagaimana Nabi dan para sahabat.

Di tiap-tiap negara dan biasanya berpusat di ibukota Negara,  selalu ada pertemuan setiap pekan.  Di mana dari petemuan ini disampaikan targhib (motivasi)  dan tasykil (tawaran)  kepada orang-orang yang hadir agar bisa keluar di jalan Allah di masjid-masjid yang telah ditentukan. 

Meluangkan waktu untuk belajar dakwah dari masjid ke masjid selama 3 hari,  40 hari , 4 bulan,  dan 1 tahun bagi para ustad dan kiai yang memiliki kecukupan ilmu untuk berkorban meluangkan waktu dengan masa yang lebih lama.
Pertemuan juga dilakukan di masjid-masjid seluruh kota yang sudah dijadikan markaz. 
Setiap tahun,  sebuah negara termasuk Indonesia mengadakan pertemuan tahunan yang diikuti oleh para jamaah dalam negeri dan ditawarkan kepada warga negara dari seluruh dunia.  Lazim dinamakan jord atau ijtimak.

Dalam acara ini biasanya hadir tokoh-tokoh utama dari India dan Pakistan dan Bangladesh,  untuk menyampaikan tausiah,  nasehat-nasehat, dan ajakaan agar orang-orang mau memperbaiki diri dengan cara mau keluar khuruj  fi sabilillah sesuai dengan kemampuan. 
Bisa di dalam negeri bisa juga keluar negeri.  Bisa IPB (India Pakistan Bangladesh)  atau ke negeri jauh dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati.

Yang menarik dari acara pertemuan jamaah tabligh adalah berkumpulnya ribuan orang dalam satu tenda.  Biasanya selama tiga hari,  jum'at, sabtu, dan berakhir di hari minggu. Diakhiri dengan terbentuknya jamaah-jamaah yang siap berangkat untuk dakwah ke seluruh penjuru dunia.

Sejak kedatangan jamaah ke lokasi ijtimak, semua memang dilakukan secara berjamaah, berkumpul jadi satu di bawah tenda. 

Melakukan aktifitas selama acara berlangsung. Sholat berjamaah,  makan berjamaah,  tidur berjamaah,  dan memenuhi hajat seperti MCK di lokasi yang telah disediakan oleh panitia ijtimak.

Berkumpul dan bergerak bersama,  melakukan aktifitas bersama ribuan orang di tempat yang sama,  memang sebuah pengalaman tersendiri.

Lalu ketika Malaysia mengadakan ijtimak-- semua sudah dipersiapkan karena Malaysia sudah sering mengadakan acara ini selama puluhan tahun--merebaklah virus corona.

Yang tanpa disadari telah menjangkiti orang-orang yang hadir. Berkumpulnya orang banyak dalam waktu yang cukup lama membuat virus corona mudah menyebar.

Apalagi bersalaman,  berpelukan, makan dengan jari,  bahkan tidur berhimpitan dengan orang-orang disekelilingnya merupakan tanda keakraban.  Wajar bila  begitu banyak orang yang terpapar.

Peristiwa di Malaysia menjadi perhatian dunia.  Kita tidak dilarang untuk berkumpul apalagi dalam rangka menciptakan kebaikan.

Tapi bila sebuah perkumpulan, sesuai fakta menimbulkan mudharat, memang patut dicegah.

Sosial distancing  memang dirasa bisa mencegah penyebaran virus,  dan memotong rantai penyebarannya.  

Peristiwa di Malaysia menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.  Tak apalah hari ini kita menjadi pribadi-pribadi yang individualistis. Memikirkan diri sendiri, menjaga jarak dengan orang lain,  bahkan melakukan ibadah sendiri.  

Tapi suatu ketika saat wabah corona sudah mereda,  kita akan kembali bersama,  kumpul bersama,  makan bersama,  nonton pertandingan dan konser musik,  dan jalan-jalan lagi ke mall dan tempat wisata.

Saat ini kita hanya bisa menahan diri dan mencegah,  agar tidak melakukan hal-hal secara berkelompok dalam satu kendaraan,  satu tempat,  atau satu ruangan.  
Sebab kita ingin,  virus corona segera pergi dan mengembalikan kehidupan seperti semula.
https://www.kompasiana.com/amp/masnawir7439/5e7833cf7a6e63697654c682/mengapa-jamaah-tabligh-di-malaysia-banyak-yang-terpapar-covid-19


Seluk Beluk Jemaah Tabligh yang Diduga Percepat Wabah Corona 
di India dan RI

Komunitas Jemaah Tabligh, salah satu organisasi Islam terbesar di Asia Selatan, di ibukota India, New Delhi diduga menjadi kantung penyebaran virus corona usai menggelar acara akbar yang disambangi ribuan orang.
Otoritas India melaporkan berhasil melacak 128 kasus COVID-19 yang berkaitan dengan acara tersebut. Tujuh peserta sudah dinyatakan meninggal dunia.
Kepolisian India akhirnya menutup paksa kantor pusat organisasi di area pemukiman muslim di New Delhi, Nizamuddin. Acara yang digelar antara 13 dan 15 Maret itu dihadiri oleh setidaknya 7.600 warga muslim India dan 1.300 wisatawan asing, termasuk dari Malaysia dan Indonesia.
Polisi menemukan sekitar 2.000 orang masih menetap di asrama milik organisasi Jemaah Tabligh ketika hendak menutup paksa. Menteri Kesehatan New Delhi, Satyendra Jain mengklaim pihaknya menemukan sebanyak 24 orang penghuni asrama positif tertular virus corona, demikian laporan Aljazeera.
Harian The Hindu mengabarkan, Kementerian Dalam Negeri India akan memasukkan ratusan pengunjung asal Indonesia ke dalam daftar hitam imigrasi. "Mereka datang ke sini dengan visa wisata. Tapi mereka malah berpartisipasi dalam konferensi agama. Ini adalah pelanggaran aturan keimigrasian," kata seorang pejabat Kemendagri di New Delhi.
Abaikan kebijakan pemerintah India
Pemerintah India sudah mengambil kebijakan dramatis buat menghadang penyebaran virus Corona. Pada 11 Maret, ketika angka penularan masih berjumlah belasan, Kementerian Luar Negeri sudah mencabut semua visa kunjungan dari luar negeri, dan dua hari kemudian menghentikan arus kunjungan dari Bangladesh, Nepal, Bhutan dan Myanmar.
Namun arahan untuk membatalkan acara besar atau kumpulan orang dalam jumlah besar, diabaikan sebagian tokoh agama, termasuk Kepala Jemaah Tabligh, Maulana Saad. Dia dikabarkan memerintahkan jemaahnya untuk tidak menaati arahan pemerintah. "Jika Anda berpikir akan meninggal dunia jika berkumpul di Masjid, maka saya katakan tidak ada tempat yang lebih mulia untuk meninggal dunia," kata dia dalam sebuah rekaman audio yang bocor ke media, lapor India Today.
Kepolisian New Delhi mengaku sedang menyiapkan dakwaan kriminal terhadap petinggi Jemaah Tabligh lantaran dianggap membahayakan keselamatan orang lain. Saat ini India mencatat 32 angka kematian dari 1.251 kasus penularan Covid-19.
Siapa Jemaah Tabligh?
Jemaah Tabligh adalah organisasi Sunni yang didirikan di utara India oleh Maulana Mohammed Ilyas Kandhlawi pada tahun 1926. Organisasi ini tumbuh subur sebelum pemisahan India dan Pakistan, dan kini memiliki pengikut di 80 negara.
Organisasi memiliki kantor pusat di New Delhi, Markaz, berupa gedung bertingkat lima berisikan sebuah masjid dan asrama yang mampu menampung 5.000 orang. Sebagian anggotanya adalah pendakwah yang berkeliling negeri secara rutin.
Jemaah Tabligh mengimpikan masyarakat Madani serupa di era Nabi Muhammad. Organisasi puritan ini menolak ajarannya dikaitkan dengan salah satu Madzhab Sunni. Meski mendakwahkan damai, gerakan ini ikut membidani kelahiran sel teror di beberapa negara.
Mantan Presiden Pakistan, Farooq Ahmad Khan Leghari dan Mohammed Rafiq Tarara diyakini sebagai simpatisan Jemaah Tabligh, termasuk juga mantan Presiden India, Dr. Zakir Hussain.
Berjejak di Nusantara
Menurut Farish Ahmad Noor, Guru Besar Studi Islam di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Jemaah Tabligh tiba di Indonesia pada 1955. Dalam bukunya, Islam on the Move: The Tablighi Jama'at in Southeast Asia, gerakan ini tercatat menggunakan Masjid Jami Kampung Jeruk sebagai markas pertama di Indonesia.
Hingga kini masjid tersebut masih digunakan oleh Jemaah Tabligh.
Ironisnya akhir Maret silam Pemerintah DKI Jakarta mengisolasi sekitar 182 jemaah di masjid tsb lantaran adanya dugaan penularan virus corona. Dalam sebuah uji cepat, ditemukan tiga orang anggota jemaah mengidap COVID-19. Sebagian yang dikarantina merupakan warga negara asing.
CNN Indonesia melaporkan hingga akhir Maret silam sebanyak 73 WNA masih mengisolasi diri di dalam masjid. Menurut berita harian Kompas, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, simpatisan Jemaah Tabligh asal Indonesia yang berada di luar negeri akan ditempatkan dalam status orang dalam pemantauan (ODP).
Pemerintah mencatat saat ini ada 1.456 anggota Jemaah Tabligh yang tersebar di seluruh Indonesia. Diketahui, 731 orang tengah berada di India. Salah satu pusat penyebaran gerakan ini adalah Pesantren Al-Fatah di Temboro, Jawa Timur, yang juga berfungsi sebagai episentrum dakwah di Asia Tenggara, terutama di Thailand dan Malaysia, tulis Farish Noor dalam bukunya tersebut.
Uniknya, meski banyak dikaitkan dengan gerakan terror di Asia Selatan, Jemaah Tabligh, menikmati kedekatan dengan organisasi besar Islam di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Sekjen MUI pusat Amirsyah Tambunan misalnya mengatakan, ideologi Tabligh tidak jauh berbeda dengan sikap MUI secara umum.
Hal serupa dikatakan Hidayat Nurwahid, saat itu masih menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ketika diwawancara Farish Noor. "Ada banyak spekulasi soal Tabligh. Apa mereka itu teroris? Atau ekstremis? Saya kira semua itu omong kosong, karena Tabligh tidak politis dan sebabnya tidak berbahaya buat siapapun," kata dia.
rzn/as (dari berbagai sumber)

Terulang Lagi, Ibadah Jamaah Tabligh Memicu Zona Merah Corona 
di India dan Pakistan

Kelompok ini menggelar ijtima di New Delhi. Sebelumnya, ibadah massal jamaah tabligh di Malaysia dan Indonesia berakibat adanya pasien positif covid-19. Satu masjid di Jakarta Barat sampai diisolasi.

Acara doa bersama (ijtima) yang diadakan kelompok Jamaah Tabligh di New Delhi ditengarai menjadi pemicu klaster penularan terbesar virus corona di India dan Pakistan. Pihak berwajib di kedua negara mengerahkan tim khusus guna melacak nama-nama jamaah yang menghadiri acara tersebut. Pemerintah New Delhi telah mengidentifikasi masjid di Distrik Nizamuddin sebagai salah satu pusat zona merah pandemi corona Negeri Sungai Gangga.

Ibadah Jamaah Tabligh di New Delhi tersebut, dari kajian pakar, terbukti memicu kasus positif Covid-19 di sedikitnya enam negara bagian India, yakni Tamil Nadu, Andhra Pradesh, Delhi, Telangana, dan Maharashtra. Total jumlah kasus positif virus corona India kini mencapai 1.300 orang, dan lebih dari 50 pasien meninggal. Dokter menyebut ijtima tersebut sebagai "momen penularan massif."

Kematian pasien akibat virus corona telah tercatat di Telangana, Srinagar, Andaman, dan Kepulauan Nicobar. Media setempat mengabarkan sekitar 2.500 orang berkumpul di New Delhi pada 10 Maret lalu. Para jamaah, sebagian berasal dari negara Asia lain termasuk Indonesia, kemudian pulang ke daerahnya masing-masing.
"Dari penelusuran kami, lebih dari 3.000 orang berkumpul di masjid Jamaah Tabligh antara 10 dan 15 Maret lalu," ujar petinggi kepolisian Delhi saat diwawancarai India Today. "Di antaranya, ada warga negara Indonesia, Yordania, Yaman, Arab Saudi, Tiongkok, Ukraina, Malaysia, Sri Lanka, Afghanistan, dan Bangladesh. Setelah lockdown berlangsung, sebagian besar jamaah pulang tapi masih ada 1.600 orang terlantar di Distrik Nizamuddin, Delhi, dan ada lebih dari 200 warga negara asing bertahan di masjid tersebut." Saat ini, Masjid Jami' di Nizamuddin sudah dibersihkan dan diisolasi dari dunia luar.
Jamaah Tabligh adalah gerakan Islam Sunni yang condong pada mazhab Deobandi, yang berpusat di Pakistan. Dalam situasi normal, pengikutnya cinta damai, berperilaku sederhana, enggan berpolitik, mementingkan dakwah dari pintu ke pintu, serta kerap menggelar pertemuan maupun ibadah anggota lintas negara. Sayangnya, akibat situasi pandemi covid-19, kebiasaan Jamaah Tabligh menggelar ijtima memperparah penularan virus.
Bulan lalu, ijtima di Malaysia terlanjur memicu gelombang penularan covid-19. Acara empat hari di Malaysia dihadiri 16.000 orang, memicu "lonjakan kurva penularan corona terbesar di Asia Tenggara." Pasca pertemuan tersebut, Malaysia menutup perbatasan, dan kasus positif Covid-19 mulai ditemukan di negara seperti Brunei dan Thailand.
Acara serupa di Gowa, Sulawesi Selatan, sempat dibatalkan. Itupun sebagian jamaah ada yang tertular ketika transit di Jakarta, sehingga Masjid Kebon Jeruk terpaksa diisolasi dan 144 jamaah di dalamnya dipantau aparat Indonesia.
Kelompok Jamaah Tabligh cabang New Delhi telah ditandai sebagai zona merah virus corona oleh kementerian kesehatan India. Sekitar 300 jamaah menunjukkan gejala COVID-19 dan mereka dibawa ke rumah sakit untuk dites. Sementara 700 lainnya telah dibawa ke pusat karantina.
Menurut surat kabar lokal India, total ada 824 anggota Jamaah Tabligh berkewarganegaraan asing, yang datang menggunakan visa turis dan mengikuti ijtima pada 10-15 Maret. Daftar nama itu telah dibagi oleh pemerintah india kepada negara masing-masing WN asing tersebut.
Juru bicara Jamaah Tabligh merasa kegiatan ibadah mereka tidak melanggar aturan hukum apapun. Mereka berjanji menanggung akomodasi jamaah asing setelah pemerintah pusat India menerapkan aturan lockdown 21 hari secara mendadak.
"Ada rumor di media sosial bahwa orang-orang yang mengidap Covid-19 berkumpul di masjid kami. Ada kabar juga bahwa ada yang sampai meninggal," ujar kelompok Jamaah Tabligh lewat pernyataan tertulis. "Dalam situasi seperti itu, tidak ada opsi lain bagi markas Jamaah Tabligh Nizamuddin selain mengakomodasi tamu asing yang terdampar dengan memberi pencegahan medis sesuai anjuran ahli, hingga situasinya menjadi kondusif bagi mereka untuk pulang atau pihak yang berwenang untuk memindahkan mereka."
Aparat hukum di Pakistan langsung menutup madrasah pusat Jamaah Tabligh di Lahore. Tempat-tempat lokasi pertemuan rutin mereka di Pakistan juga ikut ditutup sementara. Sekitar 143 anggota Jamaah Tabligh di Pakistan telah positif tertular Covid-19 dan tiga di antaranya meninggal. Di saat yang sama, pihak kepolisian Delhi menuntut kelompok ke jalur hukum, tersebut karena melanggar Undang-Undang Penanggulangan Penyakit Menular 1897.

Sebagaimana di Malaysia dan Indonesia, Jamaah Tabligh di India maupun Pakistan panen kritik dari organisasi Islam lain lantaran ngotot menyelenggarakan pertemuan akbar, biarpun sudah diperingatkan risikonya.

Sesuai dugaan, insiden ini kembali menyulut timbulnya sentimen Islamofobia di India, yang masih tersisa dari konflik sektarian antara umat Hindu dan Muslim bulan lalu. Bahkan tagar #CoronaJihad sempat trending, dan banyak warga India menyalahkan komunitas muslim secara keseluruhan sebagai biang kerok penyebaran virus corona di India. Omar Abdullah, mantan Gubernur Jammu & Kashmir, sampai bikin twit, mengingatkan masyarakat betapa sentimen Islamofobik "lebih berbahaya daripada virus manapun."

Insiden ini bukanlah pertama kalinya aturan social-distancing dilanggar di India. Di Uttar Pradesh, Gubernur Yogi Adityanath malah mengikuti acara ibadah di Ayodhya saat sudah diputuskan lockdown 21 hari oleh pemerintah pusat. Banyaknya orang yang ingin pulang kampung setelah lockdown membuat kebijakan social distancing semakin sulit diterapkan di India.
Follow Pallavi Pundir di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India

Meminimalisir Risiko Penularan Corona dari Ibadah Massal Bukan Kebijakan Anti Agama

Melanggar Kebijakan Lockdown India, Amir Jamaah Tabligh Maulana Saad Terancam Pidana

Kepolisian New Delhi tengah menyelidiki dugaan kasus pelanggaran kebijakan Lockdown oleh Amir Jamaah Tabligh Maulana Saad Kandahlavi. Di saat Kepolisian Delhi mengirimkan pemberitahuan kepada Jamaah Tabligh untuk mematuhi peraturan, Maulana Saad mengatakan kepada anggotanya untuk tidak khawatir dengan virus corona (COVID-19).
Dalam klip pertama yang diposting di saluran YouTube Delhi Markaz, Saad terdengar mengulangi pendirian sebelumnya bahwa virus corona (COVID-19) tidak akan mempengaruhi umat Islam. Saad menegaskan bahwa masjid adalah tempat terbaik untuk mati jika ada orang yang terinfeksi oleh virus.
Namun, dalam audio kedua yang dirilis beberapa jam kemudian, Maulana Saad menarik kembali pernyataannya dan sebagai gantinya meminta anggota Jamaah Tabligh untuk mengikuti pedoman pemerintah dan menghindari pertemuan bersama.
“Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di dunia adalah akibat dari kejahatan umat manusia. Kita harus tetap di rumah, itu adalah satu-satunya cara untuk menenangkan murka Allah,” kata Maulana Saad, seperti dilansir dari Times of India, Jumat, (3/4/2020).
Maulana Saad kemudian mengatakan dia sedang menjalani karantina atas saran dokter. “Seseorang harus mengikuti saran dokter dan bekerja sama dengan administrasi. Di mana pun anggota kami, mereka harus mengikuti perintah administrasi. Karantina sendiri, di mana pun Anda berada. Itu tidak bertentangan dengan Islam atau Syariah,” ujar Saad.
Polisi Delhi kemudian mengirim tim ke kediamannya di Muzaffarnagar di mana anggota keluarganya menerima pemberitahuan yang meminta Maulana Saad untuk bergabung dengan polisi menyelidiki adanya pembangkangan massal terhadap kebijakan lockdown India melawan COVID-19. Keluarga Saad kemudian memberi tahu polisi bahwa pengacara Saad akan menghubungi mereka.
Dalam laporan FIR yang telah teregistrasi, Kepolisian bersama tim yang dipimpin oleh hakim sub-divisi kota dan pejabat departemen kesehatan Delhi telah mengunjungi gedung Markaz Nizamuddin pada 26 dan 30 Maret dan menemukan hampir 1.300 orang tinggal di tempat itu dengan mengabaikan social distancing (jaga jarak aman). Polisi mengatakan tak satu pun dari mereka menggunakan masker atau menggunakan hand sanitiser. (DH/MTD)
Sumber : Times of India | Redaktur : Hermanto Deli

Enam Jamaah Tabligh Akbar di Masjid Nizamuddin New Delhi Meninggal 
Akibat Corona

Setidaknya ada enam orang yang menghadiri acara jamaah tabligh akbar di masjid Nizamuddin New Delhi yang terletak di negara bagian Telangana, India meninggal dunia setelah dinyatakan positif terjangkit virus corona (COVID-19). Pada pekan lalu, seorang ulama yang menghadiri acara itu juga telah meninggal di Srinagar, sebuat kota yang terletak di sebelah utara India.
Seperti dilasir dari publikasi NDTV, Selasa (31/3/2020), keenam jamaah tabligh yang wafat di Telangana tersebut. Dua diantaranya meninggal di Rumah Sakit Gandhi dan lainnya meninggal di Rumah Sakit Apollo, Rumah Sakit Global, di Nizamabad dan di Gadwal.
Tim khusus pun telah mengidentifikasi masyarakat yang pernah melakukan kontak dengan enam jamaah tersebut. Mereka telah dipindahkan ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatannya dan dirawat.
Setidaknya, 10 orang Indonesia yang pergi ke Telangana setelah acara tersebut juga sempat dinyatakan positif corona. Pada Senin (30/3/2020) kemarin, Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk India kemudian mendapatkan kabar terkait kesembuhan sejumlah WNI tersebut. Namun, 10 WNI yang sudah sembuh itu disebut masih harus menjalani karantina lanjutan.
Sedangkan pada Ahad (29/3/2020) malam, kepolisian New Delhi dan tim medis juga pergi ke daerah New Delhi Selatan setelah diketahui banyak orang yang menunjukkan gejala terinfeksi virus corona. Daerah itu kini telah disegel untuk mengantisipasi penyebaran virus corona yang lebih massif.
Kepolisian sebenarnya telah berusaha meyakinkan penyelenggara kegiatan jamaah tabligh tersebut untuk pergi dari daerah itu sejak 24 Maret lalu. Namun, jamaah banyak yang terdampar di sana karena kebijakan lockdown nasional.
Pada pertengahan Maret lalu, lebih dari 2.000 jamaah tabligh dari berbagai negara, termasuk dari Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, dan Kirgistan, menghadiri pertemuan Jamaah Tabligh di Masjid Nizamuddin. Kemudian, sebanyak 1.400 jamaah bertahan di masjid yang dikenal sebagai markas Jamaah Tabligh dunia tersebut.
Sedangkan 300 jamaah telah dibawa ke rumah sakit untuk diuji virus corona di New Delhi dan ditempatkan dalam isolasi. Sembilan jamaah dan istri dari salah satu dari mereka juga telah dites positif di kepulauan Andaman dan Nicobar. (mga/NDTV)

Ratusan Jamaah Tabligh Dikarantina di Masjid Hyderabad

Sebanyak 210 orang jamaah tabligh telah dikarantina di Masjid Noor Qasimabad guna menghindari penyebaran wabah virus corona jenis baru (Covid-19). Terdapat dua orang warga China telah dikirim ke Rumah Sakit Sipil Hyderabad di mana satu orang dilaporkan terinfeksi virus corona.
Dilansir di Business Recorder, Selasa 31 Maret 2020, sebanyak 208 orang jamaah tabligh telah diisolasi di masjid di mana tempat tes Covid-19 dilakukan kepada mereka. Selain itu, delapan orang diduga positif Covid-19 telah dikirim ke pusat karantina yang didirikan di Rumah Sakit Pemerintah Kohsar, Latifabad melalui ambulans.
Pengawas medis rumah sakit memberi tahu delapan orang ini adalah penduduk Hyderabad. Sebagaimana diketahui, Hyderabad merupakan salah satu wilayah yang tak luput dari penyebaran virus Covid-19 di India.
Belum lama ini Pemerintah India telah menerapkan kebijakan lockdown yang berujung ricuh. Tak sedikit warga yang justru berkerumun menyerbu toko-toko makanan usai kebijakan lockdown dinyatakan pemerintahnya.(republika.co.id)

Berpotensi Sebar Virus Corona, India Tutup Mabes Jamaah Tabligh

Otoritas India menutup markas besar jamaah tabligh di New Delhi, Selasa (31/3). Keputusan itu terjadi karena kelompok tersebut tetap menggelar pertemuan yang bisa memicu penyebaran virus corona.
Melansir Republika.co.id, jamaah tabligh melakukan pertemuan di markas mereka pada akhir pekan lalu di New Delhi. Sebelumnya, puluhan jamaah dinyatakan positif terkena virus corona dan setidaknya tujuh orang meninggal.
"Sepertinya protokol jaga jarak sosial dan karantina tidak dipraktikkan di sini," kata Pemerintah Kota New Delhi dalam sebuah pernyataan.
Pihak berwenang menyatakan, banyak Muslim yang mengunjungi markas lima lantai itu untuk melakukan pertemuan. Ratusan orang memenuhi gedung tersebut. Padahal, pemerintah telah mengumumkan melakukan jaga jarak sosial dan menghentikan aktivitas di luar rumah.
"Para administrator melanggar kondisi ini dan beberapa kasus pasien corona positif telah ditemukan. Dengan tindakan kelalaian yang parah ini, banyak nyawa terancam. Ini tindakan kriminal," ujar pernyataan tersebut.
Salah satu pengurus pusat Jamaah Tabligh, Musharraf Ali, mengatakan mereka telah mencari bantuan dari polisi dan pemerintah kota untuk menangani orang-orang yang berdatangan. Namun, lockdown yang telah diberlakukan membuat segalanya semakin sulit.
"Dalam keadaan yang memaksa seperti itu, tidak ada pilihan, selain mengakomodasi pengunjung yang terdampar dengan tindakan pencegahan medis yang ditentukan sampai situasi menjadi kondusif untuk pergerakan mereka atau pengaturan dibuat oleh pihak berwenang," kata Jamaah Tabligh dalam sebuah pernyataan.
India telah melaporkan 1.251 kasus virus corona dengan 32 di antaranya telah meninggal. Namun, pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan, India bisa saja menghadapi lonjakan besar yang dapat membanjiri sistem kesehatan masyarakat yang lemah.
Jamaah Tabligh juga mengadakan pertemuan bulan lalu di Masjid Seri Petaling di Kuala Lumpur, Malaysia. Acara yang mereka adakan telah menjadi sumber ratusan infeksi virus corona di seluruh Asia Tenggara.