Sejarah Bani Umayyah adalah
sebuah fase sejarah yang paling banyak diselipi berita-berita bohong dan
pengubahan. Oleh karena itu, kita dapati banyak tulisan-tulisan yang memberikan
kesan negatif dan kurang baik, padahal banyak sekali jasa Bani Umayyah yang
semestinya bisa ditonjolkan, seperti: penyebaran Islam secara besar-besaran
terjadi di berbagai belahan dunia: Islam mencapai Eropa melalui Musa bin
Nushair dan Thariq bin Ziyad, di wilayah Timur hingga ke Cina, Qutaibah bin
Muslim membuat jutaan hati manusia mencintai Islam, orang-orang Hindustan yang
akrab dengan berhala dan keyakinan-keyakinan animismenya dibuat mengenal tauhid
melalui Muhammad bin Qashim ats-Tsaqafi. Kemudian perkembangan dasar-dasar ilmu
pengetahuan, ilmu fikih, dll. Sangat banyak sekali perkembangan progresif
terjadi di masa ini, namun tampaknya sebagian penulis lebih senang menampilkan
sisi-sisi negatifnya.
Penonjolan poin-poin
negatif tersesebut antara lain disebabkan: penulisan sejarah yang banyak
terjadi di masa Abbasiyah, tersebarnya tulisan-tulisan sejarah yang dibuat oleh
orang-orang Syiah yang membenci Bani Umayyah, dan para orientalis turut
memanaskan suasana agar umat Islam membenci sejarah mereka dan menanamkan
keraguan terhadap pendahulu-pendahulu mereka.
Daulah Bani Umayyah
sama seperti daulah-daulah Islam lainnya, memiliki catatan putih dan hitam.
Mereka memiliki jasa-jasa yang besar terhadap kaum muslimin, namun juga
memiliki kesalahan. Di antara jasa besar Bani Umayyah adalah pada masa
pemerintahan mereka jumlah orang-orang yang memeluk agama Islam terbilang
fantastis. Dan dari sini saja, rasanya cukup membantah anggapan negatif
terhadap daulah ini. Hal ini menunjukkan keberhasilan Bani Umayyah mewujudkan
nilai-nilai Islam yang luhur di wilayah taklukkannya sehingga orang-orang
non-Islam tertarik dan berbondong-bondong memeluk Islam.
Jika diringkas,
penyebaran Islam yang dilakukan oleh Bani Umayyah mencakup empat wilayah besar.
Arah Barat yang berakhir di Eropa, Andalusia, Hindustan wilayah Pakistan dan
sebagian wilayah India, wilayah Cina di Timur, dan wilayah Kaukasus di Selatan
Afrika.
Buah dari penaklukkan
negeri-negeri ini, lahirlah tokoh-tokoh besar umat Islam dalam bidang fikih,
tafsir, sastra, kedokteran, geografi, teknik, kimia dan ilmu-ilmu lainnya.
Sebut saja Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, an-Nasai, ath-Thabari, Ibnu Khaldun,
adz-Dzahabi, dan lainnya, mereka semua adalah buah dari dakwah Islam Bani
Umayyah.
Pendapat Ulama Tentang
Bani Umayyah
Syaikhul Islam dalam
kitabnya Minhaju as-Sunnah mengkritik perkataan orang-orang
Syiah dan Mu’tazilah yang menganggap jeleknya keislaman Muawiyah bin Abu Sufyan
dan khalifah Umayyah secara umum. Beliau menyatakan, secara umum, para khalifah
Bani Umayyah tidak disifati dengan celaan. Secara umum, keislaman mereka baik,
mereka adalah orang-orang terpilih dari kalangan umat Islam. Muawiyah, kemudian
ayahnya Abu Sufyan dan ibunya Hindun binti Utbah adalah orang-orang yang baik
keislamannya (Minhaju as-Sunnah, 4:328). Kemudian Ibnu Taimiyah mendudukkan
perihal persitiwa terbunuhnya Husein bin Aliradhiallahu ‘anhu dan
riwayat-riwayat bohong dan berlebihan yang dibuat-buat oleh orang-orang Syiah
tentang peristiwa tersebut.
Menurut Ibnu al-Arabi,
catatan sejarah tentang Bani Umayyah banyak disusupi syubhat yang merusak
sejarah itu sendiri. Khalifah pertama Bani Umayyah yakni Muawiyah bin Abi
Sufyanradhiallahu ‘anhu adalah orang yang istimewa,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempercayainya sebagai
penulis wahyu Alquran, kemudian Abu Bakar mengangkat saudaranya Yazid bin Abu
Sufyan sebagai gubernur Syam (al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 234).
Ketika membahas
Muawiyah mengangkat Yazid menjadi khalifah, Ibnu al-Arabi menyebutkan bahwa
Yazid adalah seorang yang adil dan memang memiliki kapasitas sebagai khalifah
(al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 224-234). Ia juga mengingkari fitnah bahwa
Yazid adalah seorang peminum khamr, “Katanya Yazid adalah seoarang peminum
khamr. Saya katakana, tidak halal mengatakan yang demikian kecuali dengan dua
orang saksi. Diriwayatkan bahwa al-Laits bin Saad (ulama tabiut tabi’in) mengatakan,
‘Amirul mukminin Yazid bin Muawiyah wafat pada tahun…’al-Laits menyebut Yazid
dengan amirul mukminin (al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 227-228).
Ibnu al-Arabi tidak
hanya membahas generasi awal Bani Umayyah, bahkan lebih dari itu, Ibnu al-Arabi
pun meriwayatkan permasalahan fiqih dari khalifah Umayyah Abdul Malik bin
Marwan (al-‘Awashim min al-Qawashim, 249-251).
Sikap pertengahan para
ulama dalam menyifati Daulah Bani Umayyah tidaklah lantaran mereka cinta
terhadap Bani Umayyah melebihi hak mereka. Para ulama ini hanya berusaha
mendudukkan permasalahan pada tempatnya, menyanjung perbuatan baik mereka dan
memperingatkan dari kekeliruan mereka. Di antara mereka ada yang mengalami masa
pemerintahan Umayyah seperti Imam Ibnu Hazm dan Ibnul Arabi. Dua tokoh ulama
ini menyaksikan bagaimana jasa-jasa Bani Umayyah di Andalusia.
Bersamaan dengan
kebaikan yang mereka miliki, tentu saja Bani Umayyah memiliki kesalahan
sebagaimana orang lain memiliki kesalahan. Namun apabila dibandingkan dengan
jasa mereka terhadap umat Islam, maka tidak pantas kita katakan –secara umum-
Daulah Bani Umayyah adalah masa kegelapan atau kemunduran Islam, lebih pantas
kita katakana –secara umum- dakwah Islam kian tersebar di masa Daulah Bani
Umayyah.
Oleh karena itu,
janganlah kita termakan isu-isu dusta yang dibuat oleh orang-orang Syiah,
Mu’tazilah, dan para orientalis sehingga kita membenci sejarah emas pendahulu
kita. Yang buruk dari bagian sejarah mereka, kita katakana itu buruk, namun
kita tidak melupakan jasa-jasa baik mereka.
Disusun oleh Nurfitri
Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com