“Wahabi”, Black propaganda dan aroma
“Syiah Rafidhah” –
Sebetulnya mereka
yang senang atas gerakan wahabisasi ini adalah
kalangan orang – orang yang konsis kepada al Quran dan hadis, dimana
dan kapanpun. Sebab, gerakan wahabi itu merujuk kepada tuntunan bukan kepada
kebid`ahan, anti syirik dan senang tauhid. Mereka yang resah secara realita
hanya kalangan ahli bid`ah dan syirik atau syi`ah. Dan sekarang sering kita
membaca artikel yang sangat getol menyerang wahabi adalah artikel syi`ah. Lihat
artikel sbb:
Oleh: AM Waskito
penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”
penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”
Di pojok kawasan
Tebet, bermarkas sebuahmedia online, namanya Merdeka.com. Media
apa ini ya? Ia media online umum yang memuat aneka macam berita,
mulai dari politik, kasus sosial, gossip artis, gaya hidup, olah-raga,
otomotif, bisnis, dan lain-lain. Pokoknya sejenis media online umum,
tanpa ciri keislaman tertentu.
Tetapi
anehnya, media online yang koordinator liputannya bernama Anwar
Khumaini ini sepertinya memiliki kavling khusus untuk membahas isu-isu
seputar “Wahabi” dari perspektif orang-orang yang anti “Wahabi”. Banyak artikel
yang berbicara tentang isu “Wahabi” dengan nada nyinyir, ketus, stigmatif, dan
semacam black propaganda.
Uniknya, berita-berita
instan dari Merdeka.com menjadi rujukan banyak orang untuk memandang
isu “Wahabi”. Dalam sebuah perdebatan dengan seorang penganut Syiah, dia
merujuk berita dari situs online itu. Di forum FB ada yang memberikan link ke
sumber yang sama. Melalui email juga ada yang memberikan link ke situs
tersebut.
Di sini terasa
dilematik. Kalau kita anggap besar situsMerdeka.com ini, nanti akan
menjadi promo tersendiri. Tetapi kalau didiamkan saja fitnah-fitnah
atau black propaganda yang disebarkan, itu juga tidak benar. Mungkin
sekali waktu kita perlu mengingatkan kaum Muslimin akan bahaya situs “recehan”
semacam ini.
Salah satu artikel yang
dimuat dalam situs itu judulnya: ”Persekongkolan Bedebah Wahabi dan Bani
Saud.”Dari model judulnya saja, kita bisa mencium aroma permusuhan layaknya
kaum Syiah Rafidhah di balik tulisan ini.
Syiah Rafidhah dunia memang merasa perlu untuk memerangi
dakwah Salafiy sebab mereka ini dianggap sebagai musuh paling sengit bagi Syiah
Rafidhah. Agenda Syiah Rafidhah untuk menguasai
negeri-negeri Muslim akan selalu terhalang, selama masih bercokol “Wahabi”
disana.
Sayyid M. Saidi,
seorang tokoh Syiah Iran, pernah terus-terang menunjukkan kebenciannya kepada
“Wahabi”. Dia mengatakan: “Kami menghormati semua mazhab Islam kecuali Wahabi
karena mereka menentang dialog ilmiah, logis dan argumentatif. Mereka membunuh
Muslim tak berdosa dan merusak masjid-masjid dengan mengatasnamakan Islam.
Pesan kami kepada kaum Wahabi adalah jika mereka memiliki dalil untuk
membuktikan kebenaran mereka, maka sampaikan kepada orang lain sesuai dengan
logika, prinsip-prinsip, dan argumentasi, bukan dengan radikalisme dan
pembunuhan massal.” (hidayatullah.com, 23 September 2013).
Omongan sejenis ini kan tidak ada buktinya kalau
dikaitkan dengan tulisan-tulisan stigma yang terus diproduksi oleh kaum Syiah
seputar isu “Wahabi dan Saudi”.
Secara teori, mereka seperti pro dialog ilmiah dan
argumentatif; tetapi secara kenyataan mereka menghalalkan penghancuran Ahlus
Sunnah secara massif di negeri-negeri Muslim, seperti di Iran, Iraq, Suriah,
Afghanistan, dan lain-lain.
Sayyid Husein Al Mausawi, tokoh ulama Syiah yang
bertaubat, mereka bunuh. Dr. Ihsan Ilahi Zhahir asal
Pakistan yang sangat anti Syiah, juga mereka bunuh. Banyak ulama/da’i Ahlus
Sunnah juga mereka bunuh, pasca Revolusi Khomeini tahun 1979.
Kembali ke artikel Merdeka.com di atas. Di sana dijelaskan
beberapa poin, antara lain:
Muhammad bin Abdul Wahhab (sering dinisbatkan
pendiri “Wahabi”) oleh gurunya disebut bodoh, arogan, suka melawan; Muhammad
bin Abdul Wahhab menjalin aliansi dengan Muhammad bin Saud, aliansinya berlaku
sampai sekarang; Kerajaan Saudi menyokong penyebaran dakwah “Wahabi” US$ 2
miliar setiap tahun; dan menyebutkan beberapa pendapat sumir dari sebagian
ulama-ulama “Wahabi”.
Gaya tulisan demikian persis sekali seperti model tulisan Idahram
lewat buku-bukunya. Tidak ada niat dialog atau diskusi, selain menyebarkan
propaganda hitam belaka.
Nanti ujungnya mempromokan akidah
Syiah Rafidhah; supaya umat manusia kembali ke zaman penyembahan manusia kepada
manusia lainnya (baca: imam dan ulama Syiah), setelah Allah anugerahkan Tauhid
kepadanya. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Pendapat-pendapat yang sumir harus dilihat konteksnya secara lengkap, tidak
bisa “main crop” begitu saja. Ada kaidah yang berlaku, bahwa pendapat yang
mengandung syak (keraguan) harus dipulangkan ke pendapat yang tsabit
(teguh).
Kemudian tentang tuduhan bahwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah itu bodoh, arogan, keras kepala. Ya, tergantung siapa yang
memandang. Seorang ulama biasanya gurunya banyak; bisa puluhan, bisa ratusan. Kalau ada satu guru yang
mencela, mungkin guru-guru yang lain memuji.
Lalu aliansi Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad Al Saud pada tahun
1744 terus berlaku sampai sekarang. Hal ini dipertanyakan, sebab Kerajaan Saudi
itu sifatnya jatuh-bangun hingga tiga kali.
Ketika Saudi Jilid I dilenyapkan, maka semua perjanjian yang berlaku saat
itu otomatis berakhir. Begitu juga ketika Saudi Jilid II dilenyapkan, maka
perjanjian-perjanjian di dalamnya juga berakhir.
Sebenarnya, dukungan Kerajaan Saudi kepada dakwah “Wahabi”, hal ini semata
karena kesadaran mereka saja (atau pertimbangan politik karena melihat besarnya
pendukung dakwah Salafiy di Saudi). Jadi tidak mesti dikaitkan dengan aliansi
1744 tersebut, sebab bukan rahasia lagi bahwa seringkali terdapat perbedaan
persepsi antara ulama “Wahabi” dengan kebijakan kerajaan.
Sedangkan nilai dukungan Kerajaan Saudi hingga US$ 2 miliar (setara Rp. 18
triliun) per tahun; ya itu perlu dijelaskan kalkulasi keuangannya secara rinci,
tidak bisa “main teplok” begitu saja.
Mungkin situs Merdeka.com mau berbagi kepada masyarakat tentang
kalkulasi keuangan yang mereka ketahui. Termasuk juga mereka perlu membuat
perbandingan kalkulasi keuangan anggaran-anggaran dari Iran untuk membiayai dakwah
Syiah Rafidhah di Indonesia. Kalau mau fair, begitu kan?
Ya akhirnya, black propaganda seputar dakwah “Wahabi” ini perlu
kita jawab dengan komitmen “Laa ilaha illallah” yaitu untuk
menghidupan peradaban Tauhid dan membersihkan dunia dari segala bentuk
paganisme (kemusyrikan); dan“Muhammad Rasulullah” yaitu menghidupkan
Sunnah Nabi Saw dan menjauhi ajaran-ajaran bid’ah yang berpotensi merusak
Sunnah-nya. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.*
AM Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”
(hidayatullah.com)
[Kenapa
Aliran Syi'ah Rafidhah Paling Benci Pada Aliran Salafy?]
Syi’ah Rafidhah adalah aliran yang di belakang
berdusta, di depan berpura-pura. Betapa tidak, bukankah taqiyyah alias berdusta
adalah salah satu asas agama penganutnya?! Karena itu, ulama mereka tanpa
bergelar akademik formal pun, sebenarnya sudah bergelar profesor dalam bidang
dusta dan pura-pura. Di antara kedustaan: memalsukan hadits, memelintir nash,
menambah surat dalam Al-Qur’an dan masih banyak lagi.
Keaslian aqidah Rafidhah adalah borok, dan
kesungguhan ritual Rafidhah adalah buruk. Namun, keduanya ditutupi mukena putih
kebaikan. Covernya ‘Cinta Ahlul Bait’, atau semacamnya.
Dan Salafy -main jujur-jujuran- adalah aliran
satu-satunya (ya, satu-satunya) yang paling konsisten membuka mukena-mukena
mereka. Tampaklah keburukan aslinya wajah-wajah mereka.
Individu atau golongan yang tidak berintisab
dengan Salaf mungkin tidak terima dengan paragraf sebelum ini. Mereka akan
menggugatnya. Silahkan menggugat, tapi buktikan sekarang: ‘Aliran apa sekarang
yang paling konsisten membuka borok-borok Syi’ah? Aliran Anda sendiri? Buktikan
seberapa banyak dan seberapa konsisten!’ Gugatan mereka terhadap kenyataan ini
bukan karena ini bukan kenyataan, melainkan karena:
–> Mereka sudah terlanjur sinis dengan yang
disebut Salafy, atau:
–> Mereka tahu golongan mereka sendiri lesu sangat dalam memerangi Syi’ah,
atau malah jangan-jangan:
–> Mereka tahu bahwa beberapa tokoh atau awam dari golongan mereka malah
main mata dengan Syi’ah.
Nah, karena ‘Salafy’ (atau biasa mereka sebut
‘Wahabi’ saking tidak terimanya) rajin membongkar syubhat atau kekufuran Syi’ah
Rafidhah, maka ia menjadi aliran yang paling paling dibenci.
Andai, andai saudara-saudara kita dari
Ikhwanul Muslimin -misalnya-, adalah golongan yang paling menonjol dan nomor
wahid dalam memerangi Syi’ah, pasti Syi’ah akan menjadikan IM sebagai pusat
kebencian. Tetapi, karena itu tidak terjadi alias hanya permisalan saja di
status ini, maka tidak terjadi. Dan semoga kita semua dapat bersama-sama
bekerja sama belajar bersama mulai dari perkara kecil hingga besarnya agar
dapat membentengi diri dan kaum muslimin dari Syi’ah Rafidhah, tidak peduli
entah dia ternisbatkan pada Salaf, atau Ikhwan, atau Muhammadiyyah, atau
Nahdliyyah, atau Persis, atau apapun itu namanya.
[Ketika Tersingkap, Seketika Mengamuk]
Jika orang jahat tersingkap kejahatannya,
setelah berlarut tersembunyikan ia, maka orang jahat tersebut akan mengamuk,
atau minimal melawan. Dan orang yang paling dia lawan sungguh-sungguh adalah
orang yang paling menyingkap kejahatannya.
Begitu pula dengan Rafidhah, aliran yang
bawahnya, atasnya, asasnya dan cabangnya penuh dengan virus-virus bid’ah,
khurafat dan kufur. Mereka tidak bisa menyingkap kejahatan Ahlus Sunnah karena
pada dasarnya Ahlus Sunnah tak punya kejahatan. Ahlus Sunnah (kita semua
-alhamdulillah-) pada dasarnya mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah tanpa menganggap
ada kemakshuman terpatri pada siapapun setelah wafatnya Nabi Muhammad
-shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Begitu pula dengan pemuja kubur, atau golongan
yang sedari dahulu dekat sekali (atau bahkan sudah terlanjur basah tenggelam
dalam) syubhat kebid’ahan bahkan kesyirikan. Ketika diberikan pada mereka
bayaan dan penjelasan yang sejelas-jelasnya dari kalam Allah, kalam Rasul, dan
juga kalam para ulama pengikut kalam keduanya, dengan pemahaman generasi
terbaik atau pengikut murni generasi terbaik, tiba-tiba mereka kesurupan. Yang
tadinya tak pernah membaca kitab tebal dan merasa cukup dengan kitab Muqarrar
golongannya, tiba-tiba jadi rajin baca kitab-kitab tebal. Bukan mencari
kebenaran tujuannya, melainkan mencari-cari bagaimana kebenaran itu bisa sesuai
hatinya.
Karena itu, seorang teman, yang mengetahui
dengan baik beragam permasalahan antara kedua kutub atau kedua kubu tersebut,
berkata, “Kehadiran Salafy ada keberkahan tersendiri. Jadi, teman-teman
kami tiba-tiba mulai menelaah kitab-kitab besar. Andai golongan semacam Salafy
tidak ada, tetaplah kami seperti ini.”
Sebenarnya penisbatan terhadap Salafy itu
bukan hak khusus bagi orang-orang khusus dari golongan khusus; melainkan untuk
siapapun dari kaum Muslimin yang sadar dan memang berusaha mengikuti jejak kaum
salaf yang diwartakan oleh Nabi kita sebagai sebaik-baik generasi. Siapapun,
dari manapun. Jikalau ada seorang yang sudah berusaha menujunya dan berjalan di
atas jalur tersebut tergelincir sesekali, maka siapalah kita tak pernah
tergelincir.
Dan, untuk mengikuti manhaj Salaf, Anda tidak
harus ikut organisasi khusus, mencatat nama, harus berteman dengan orang
tertentu dan harus punya logo tertentu. Anda hanya diwajibkan untuk berusaha
mengetahui (mengilmui) nya, mengamalkannya, mendakwahkannya. Klaim ‘saya adalah
Salafy’ tidaklah wajib dan tidaklah pula terlarang. Yang terlarang adalah
klaimnya saja, padahal tiada usaha. Dan apalah arti klaim atau apalah arti
dianggap sebagai ‘Salafy’ jika ternyata keseharian kita tak mencerminkannya?!
Namun,
jika seseorang ingin menjadi seorang pro-Syi’ah, ia tak harus berikrar pula
bahwa ia adalah seorang Syi’ah. Cukuplah menjadi simpatisan. Cukuplah membela
Basyar Asad atau membela ulama yang membela Basyar Asad. Cukuplah juga Anda
sinis terhadap suatu golongan karena kesinisan mereka terhadap Syi’ah.
Karena, untuk membela Syi’ah Rafidhah, tidak
harus menjadi pemeluknya. Jadilah simpatisannya.
Jadi, tidak semua orang yang terkesan membela
Syi’ah Rafidhah lantas layak disebut sebagai orang Syi’ah. Karena mungkin saja
ia hanya simpatisan yang tidak tahu apa-apa tentang Rafidhah sementara hatinya
memang menginginkan tidak ada pertengkaran. Yang semacam ini, kita selalu
doakan kebaikan padanya dan semoga Allah berikan ilmu padanya dan pada kita
untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil. Namun, adakalanya simpatisan
Rafidhah itu sebenarnya TAHU kegilaan aliran kufur tersebut, namun disebabkan
hiqd (kedengkian) atau intiqaam (dendam) atau memang ghill (kebencian) terhadap
aliran Salafy, maka yang seperti inilah yang disukai oleh ulama-ulama Rafidhah,
sehingga saya pernah mendengar seorang dari mereka berkata (melalui rekaman
yang tak jauh dari ini maknanya):
“Di antara masyarakat Sunni, ada orang yang
asalnya bukanlah orang kami (Syi’ah), namun mereka membantu dan membela kami di
hadapan orang-orang Sunni. Merekalah sebenar-benar orang Syi’ah!”
(Saya tidak concern Anda tidak terima golongan
Anda tidak disebut sebagai golongan yang paling melawan Syi’ah; sebagaimana
tidak concern-nya ulama-ulama golongan Anda terhadap serangan Syi’ah pada Ahlus
Sunnah. Bisakah kelak kita semua bekerjasama melawan Syi’ah? Harus bisa!)
Ya! Harus bisa!
(nahimunkar.com)
Mempreteli
Syi’ah Rafidhah
Kenapa
Syi'ah Rafidhah Paling Benci pada Salafy?
Ilustrasi: Kota Qom di Iran mencatat angka tertinggi kedua penderita
AIDS.Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa
satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom
juga tercatat sebagai kota yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan
yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya
penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun
Nairuz”./ fairuz-ahmad
Mau main jujur-jujuran atau main bohong-bohongan?
Kalau mau main jujur-jujuran, Syi’ah Rafidhah paling
benci pada Salafy, atau yang biasa sebagian orang sebut ‘Wahabi’, atau yang
kini malah dituduh sebagai ‘Takfiry’, atau yang sebagian ulama Rafidhah sebut
sebagai ‘Bakry’, atau ‘Umary’, atau ‘Nashiby’; yang ketiga sebutan terakhir
lebih condong dimutlakkan pada keumuman Ahlus Sunnah (istilah umum, mencakup
seluruh aliran non-Ahlusy-Syi’ah).
Dan kalau mau main jujur-jujuran, di antara aliran-aliran
yang ada dalam kontemporer Islam, yang sebenarnya paling dekat dengan aliran
Syi’ah Rafidhah (entah sengaja atau tidak) adalah aliran Tasawwuf; yakni jenis
keumuman Tasawwuf yang bergelimang dengan ritual-ritual baru bahkan keyakinan
batil.
Keseragaman Rafidhah dan Tasawwuf ada di beberapa
gambaran. Mulai dari suka main macam-macam ke kuburan, berlebihan dalam
mengagungkan para imam atau wali, glamour dalam masalah hadits-hadits palsu,
berbangga dengan kebid’ahan (yang katanya sebagian bid’ah adalah hasanah),
mendahulukan tradisi nenek moyang yang tak valid dalam agama dibandingkan dalil
yang valid dalam agama, hingga dari segi perlawanan terhadap apa yang disebut
kini aliran ‘Salafy’, atau ‘Wahabi’ (kata mereka), atau sebutan lainnya.
Tentu
banyak yang tidak terima Salafy disebut Ahlus Sunnah.
Tentu mereka tidak terima Salafy disebut Salafy, tetapi ‘Wahabi’ instead.
Tidak cukup dengan perendahan itu, maka tambahlah dengan sebutan ‘Takfiry’,
‘Khawarij’, ‘Bakry’, ‘Umary’, ‘Nashiby’ dan seterusnya. Yang penting: Salafy
tidak boleh disebut Salafy. Ya sudah, silahkan.
Diterbitkan pada 03 June 2013
PENGAKUAN SYAIKH AL-QORDOWI : ULAMA SAUDI
LEBIH PAHAM DARI PADA DIRINYA
(oleh : Syaikh Abdurrahman Dimasyqiyah hafizohulloh)
Syaikh Al-Qordhowi berkata :
مشايخ
السعودية كانوا أنضج مني لأنهم عرفوا حقيقة ما يسمى "حزب الله"
في حين
كنت أدافع عنه إنه حزب الشيطان
"Para ulama Saudi mereka lebih matang dari pada saya, karena mereka
mengetahui hakekat kelompok yang disebut Hizbullah, di saat aku membela
kelompok tersebut, sesungguhnya kelompok tersebut adalah Hizbus Syaithon"
(Al-Qordhowi juga berkata : "Aku beberapa lama menentang para ulama Saudi
dan demi Allah aku dulu membela dan mengajak untuk menolong Hasan Nasrullah
(penolong Allah), padahal ia adalah penolong syaitan, ia menamakan kelompoknya
dengan hizbullah akan tetapi hakekatnya adalah hizbut Thooguut, hizbus
Syaitan), mereka adalah pendusta…" silahkan lihat pernyataan beliau
di http://www.youtube.com/watch?v=sWBF9Pd3A04, lihat juga http://m.al-marsd.com/c-72534/, lihat juga http://m.eramuslim.com/berita/dunia-islam/qardhawi-bagaimana-mungkin-100-juta-syiah-di-seluruh-dunia-mengalahkan-muslim-17-miliar.htm)
Syaikh Al-Qordhowi hidup dalam kebingungan dan kebimbangan. Beliau memiliki sikap-sikap
yang berubah-rubah dan kontradikitif, terutama yang berkaitan dengan syi'ah.
Terkadang beliau berkata ايران لنا فيها
قدوة حسنة "Iran adalah teladan yang baik bagi kita", terkadang
beliau berkata, لا تتدخلي يا ايران في شؤون مصر "Wahai Iran
janganlah engkau ikut campur urusan Negara Mesir", diwaktu yang lain ia
berkata, لا يجوز دعوة السني الي التشيع ولا حتى دعوة الشيعي إلى التسنن "Tidak boleh
mendakwahi seorang sunni kepada ajaran syi'ah, dan demikian pula bahkan tidak
boleh mendakwahi seorang syi'ah kepada ajaran sunnah".
Lalu ia menunggangi hawa nafsunya –dan dia menyangka bahwa dirinya pantas untuk
memimpin kaum muslimin-, bahkan agar ia menjadikan dirinya pemimpin para ulama
maka iapun segera mendirikan "Persatuan Ulama Muslimin", ia
menjadikan dirinya sebagai pemimpin dan menjadikan wakilnya seorang syi'ah
rofidhoh dari Iran yaitu Ayatullah At-Taskhiri. Dan nama wakilnya tersebut
sesuai dengan hakikat orangnya (makna At-Taskhiri adalah yang dikuasakan) yaitu
ia adalah dikuasakan untuk kepentingan Iran, dimana jika beliau Al-Qordhowi
meninggal maka jadilah seorang syi'ah rofidoh dari Iran ini menjadi pemimpin
ulama kaum muslimin…??!!
Akan tetapi pada hari
ini beliau Syaikh Al-Qordowi telah mengucapkan pengakuannya yang hakekatnya
merupakan pukulan terhadap fatwa-fatwa beliau yang lalu…
Sesungguhnya kami berterima kasih kepada Syaikh Al-Qordhowi atas pengakuannya
bahwa para ulama saudi lebih matang daripada beliau, karena para ulama Saudi
telah mengetahui hakikat Hizbullah yang sesungguhnya.
Akan tetapi sungguh indah jika beliau Syaikh Al-Qordowi –yang sudah berusia
lanjut dan akan berpisah dari dunia yang hina ini- juga mengakui bahwasanya
para ulama Saudi lebih matang daripada dirinya tentang hukum haramnya riba,
haramnya music, haramnya berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram),
haramnya nikah seorang wanita muslimah dengan lelaki kafir, haramnya mendoakan
rahmat bagi orang-orang kafir yang meninggal, haramnya persaudaraan boneka
dengan orang-orang kafir, yang semua ini melemahkan aqidah al-walaa' wal baroo'
dan mendatangkan kemurkaan Allah, takala beliau menjadikan Fir'aun, Abu Lahab,
dan George Bush merupakan saudara-saudara bagi Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam..
Sungguh sangat indah jika beliau syaikh Al-Qordhowi juga mengakui kesalahannya
yang telah melukai perasaan satu setengah milyar kaum muslimin tatkala beliau
siaran langsung di hadapan kamera lalu berdoa kepada Allah agar Allah
merahamati Paus (pengusung) salib dan akidah trinitas, dan aqidah Allah punya anak,
dan beliau juga berdoa agar Allah menganugerahkan kepada umat Nasrani
"Paus yang lebih baik" dalam rangka berkhidmah kepada salib dan
trinitas…
Yang sesungguhnya merugi (akibat fatwa-fatwa beliau yang menyimpang-pen) adalah
orang-orang awam yang mengikuti fatwa-fatwanya yang menghalalkan
perkara-perkara yang haram. Betapa banyak wanita muslimah yang akhirya rido
dinikahi oleh lelaki nasrani dengan dalih fatwanya Syaikh Al-Qordhowi…, betapa
banyak muslim pemiliki café di Kanafa dan Amerika yang menjual bir karena fatwa
beliau… betapa banyak kaum muslimin yang melakukan transaksi riba lalu membeli
sebuah rumah atau dua dan tiga rumah dikarenakan fatwa beliau…
Yang semakin membuat jengkel adalah setiap waktu beliau Syaikh Al-Qordhowi
senantiasa mencari-cari kesempatan untuk mencela salafiyin dengan perkataannya,
terkadang beliau mencela salafiyin yang tidak paham fikih realita
(kontemporer), terkadang beliau membanggakan fatwa Syaikh Abdullah bin Judai'
yang menghalalkan music (karena Abdullah bin Judai' dahulu salah satu da'i
salafiyin) yaitu Abdullah bin Judai' telah bertaubat dari salafiyah sehingga
menghalalkan music.
Betapa tersakitinya kaum muslimin dengan perkataan beliau أنا شخصيا
أستمع لفيروز وفائدة احمد وأم كلثوم "Saya sendiri mendengarkan nyanyia
Fairus, Faidah Ahmad, dan nyanyian Ummu Kaltsum".
Seandainya beliau juga sadar dari kesalahan-kesalahannya yang lain dan mengakui
bahwasanya para ulama Saudi lebih matang dari pada beliau tentang fikih mereka
tentang hukum-hukum Islam dan dalam mengenal halal dan haram.
Ditulis oleh : Abdurrahman bin Muhammad
Dimasyqiyah pada 22 Rojab 1434 H. (Diterjemahkan dan diringkas oleh Firanda
Andirja)
www.firanda.com