Habib Zein Al-Kaff Beberkan Cara Syiah Menipu
Kaum Muslimin
Syiah merupakan
aliran sesat dan menyesatkan. Keberadaan Syiah menjadi bahaya yang harus
selalu diwaspadai umat Islam di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Habib Ahmad
Zein Al-Kaff, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis
Tinggi NU Jawa Timur dalam acara kajian ilmiah bertajuk ‘Mengapa Syiah Bukan
Islam?’ di Gedung Al-Irsyad, Surakarta, pada Ahad, 2 Februari 2014.
Menurut Habib Zein, Syiah yang berkembang di
dunia ini ada tiga.Pertama, Syiah Zaidiyah yang banyak didapati di Yaman
Utara, hanya saja Syi’ah Zaidiyah ini tidak berkembang. Bahkan, banyak kelompok
Zaidiyah yang akhirnya memberikan loyalitasnya kepada Iran. Hal ini tidak lepas
dari gelontoran dana besar dari Negara Persia ini.
Kedua, Syiah Ismailiyah yang berkembang di
India dan Pakistan. Sekte Ismailiyah kemudian menelurkan sekte sesat lainnya, seperti
Syiah Nushairiyah dan Druze.
Ketiga, Syiah Imamiyah atau Ja’fariyah,
mereka biasa mengatasnamakan diri mereka dengan sebutan ‘Madzhab Ahlul Bait’.
Ajaran Syiah ini berpusat di Iran. Setelah revolusi 1979, mereka melakukan
ekspansi ajarannya ke negeri-negeri kaum muslimin termasuk Indonesia.
Ketua Yayasan Al-Bayyinat ini menyatakan bahwa
Syiah menjadi ajaran yang sangat kuat dan berbahaya karena mereka didukung
negara Iran.
“Iran menggelontorkan dana secara
besar-besaran, ada yang dihubungi langsung atau ada juga yang diundang ke Iran
kemudian ditunjukkan keberhasilan mereka.” ujar Habib Zein, seperti dilansir
dari an-najah.net pada Senin.
Sementara, ajaran Syiah juga berkembang di
Indonesia. Penganut Syiah di Indonesia adalah Syiah Imamiyah yang mengatakan
bahwa mereka memiliki 12 imam.
“Syiah yang ada di Indonesia adalah Syiah
Imamiyah atau Ja’fariyah yang biasa mengatasnamakan madzhab ahlul bait,”
katanya.
Tipuan Syiah
Habib Zein menegaskan banyak tokoh Islam yang
ditipu oleh Syiah. Syiah menawarkan pendekatan dan ukhuwah antara Sunni dan
Syi’ah. Namun di sisi lain, mereka menyembunyikan informasi ulama-ulama
Ahlussunnah di Iran dibunuh, dipenjara dan masjid ahlussunnah dirobohkan.
Padahal, sinagog dan gereja banyak didapati di Iran.
“Di Teheran itu banyak sinagog dan gereja,
tetapi masjid Ahlussunnah dirobohkan,” tegasnya.
Habib juga menjelaskan jika Iran gencar
memberikan beasiswa kepada kaum muslimin. Sayangnya, banyak orang yang
mengambil beasiswa tersebut tanpa melihat latar belakang siapa sponsor
beasiswanya. Sehingga, banyak alumni Iran ketika kembali ke Indonesia menjadi
murtad dari ajaran Islam dan menyebarkan ajaran Syiah.
Selanjutnya, tipuan lain yang sering digemakan
oleh Syiah adalah seruan kepada ahlussunnah untuk menjaga Ukhuwah Islamiyah.
Cara ini digunakan oleh kelompok Syiah ketika dalam kondisi minoritas. Namun,
hal itu tidak berlaku jika Syiah berkuasa atau penganutnya mayoritas, seperti
yang terjadi di Iran, Suriah dan Irak. Di wilayah tersebut, kaum muslimin
diintimidasi, didzalimi bahkan dibunuh.
“Ukhuwah Islamiyah itu bagus bisa dilakukan
jika sesama Islam seperti NU dengan Muhammadiyah, pengikut Madzhab Syafi’i dengan Madzhab Hanafi karena perbedaan mereka di dalam furu’ (hal-hal
cabang) bukan ushul (pokok ajaran). Berbeda dengan Syiah. Antara
Ahlussunnah dengan Syiah tidak bisa bersatu karena mereka itu berbeda dalam ushul.
Kalau Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad itu masih satu rumah, berbeda dengan Syiah”
tegasnya.
Ia menambahkan, Syiah juga menggunakan
tokoh-tokoh yang telah dicuci otaknya untuk mengajak dengan menggunakan metode taqrib(pendekatan
Sunni dan Syiah, red). “Taqrib ini mereka pakai tatkala mereka minoritas. Hal
(taqrib) ini tidak terjadi di Iran,” tambahnya. [sdqfajar]
Habib Zein Al-Kaff: Habib yang Jadi Syiah,
Pengkhianat Rasulullah
Di Indonesia, para
cucunda keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, kerap dijuluki
Habib. Gelar ini begitu disakralkan oleh sebagian kalangan umat Islam. Namun,
para Habib yang mengikuti ajaran Syiah sejatinya adalah para pengkhianat Ahlul
Bait.
Hal itu disampaikan oleh Ust. Habib Ahmad Zein
Alkaff, Pengurus Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi
NU Jawa Timur, dalam Kajian Ilmiah ‘Mengapa Syiah Bukan Islam?’ di Gedung
Al-Irsyad, Surakarta, Ahad, 2 Februari 2014.
Habib Zein menegaskan bahwa menggeneralisir
semua Habib itu Syiah merupakan sebuah kesalahan. Karena di dalam lingkungan
para habaib, ahlubait (cucunda keluarga Nabi, red) yang menjadi Syi’ah
tidak digolongkan sebagai Habib. Bahkan, menurut literatur sejarah, para
pendahulu mereka dari kalangan habaib berhijrah dari Bashrah -negeri yang
subur- menuju Hadramaut -negeri yang tandus- dalam rangka menyelamatkan anak
keturunannya dari fitnah Syiah yang berkembang di Bashrah.
“Kalau ada Habib yang menjadi Syiah, maka telah
berkhianat kepada datuknya (Rasulullah Saw). Kalau ada Habib tidak berjalan
diatas jalan Habib dia bukan Habib, tetapi mereka mantan Habib,” tegasnya
seperti dikutip Kiblat.net dari an-najah.net pada Senin.
Ketua Yayasan Al-Bayyinat memaparkan bahwa
Syiah telah melakukan kedustaan. Syiah mengklaim mencintai ahlulbait padahal
dalam tindakannya sama sekali tidak mencerminkan kecintaan terhadap
Ahlulbait.
Mengapa Syiah bukan Islam?
Untuk mengetahui kesesatan Syiah, tokoh MUI
Jawa Timur ini menganjurkan pada aktifis Islam untuk merujuk kepada kitab-kitab
induk mereka. Sebagaimana kalau kita ingin mengkaji ahlussunnah maka harus
memakai kitab-kitab ahlussunnah, demikian pula kalau kita ingin mengkaji
kristenisasi, komunimisme maka juga harus menggunakan kitab-kitab mereka.
Habib Zain menjelaskan bahwa Syiah bukan Islam
karena aqkidah mereka bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Pertama, karena
rukun iman Syiah berbeda dengan rukun Islam. Rukun iman Syiah ada 5, sementara
rukun Iman umat Islam ada 6. “Konsekuensi dari keimanan ini maka saling
mengkafirkan, Syiah mengkafirkan ahlussunnah dan ahlussunnah mengkafirkan
Syiah,” ungkapnya.
Kedua, perbedaan dalam rukun Islam. Kalau
rukun Islamnya orang Syiah itu shalat, shaum, zakat, haji dan wilayah.
Sedangkan rukun Islamnya ahlussunnah itu syahadatain, shalat, puasa, zakat, dan
haji. Sama konsekuensinya saling mengkafirkan.
Ketiga, menurut ajaran Syiah, Al-Qur’an
yang dibaca kaum muslimin sudah mengalami muharraf (penyelewengan,
red), bisa ditambah dan dikurangi. Padahal Allah secara tegas telah mengatakan,
“Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami pula yang
menjaganya.” Kitab-kitab Syiah mengatakan bahwa Al-Qur’an telah berubah baik
ditambah maupun dikurangi. Bahkan, menurut Syiah, Al-Qur’an yang asli berjumlah
17.000 ayat, tiga kali lipat dari Al-Qur’an yang ada saat ini.
Keempat, mereka mengklaim imam-imam mereka
lebih mulia daripada Rasulullah SAW. Menurut Syiah, Imam mereka mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi di atas Rasulullah Saw. “Seseorang yang mengaku
lebih afdhol dari para Rasul, telah keluar dari Islam, inilah akidah
Islam,” tegas Habib Zein.
Kelima, mereka mencaci para sahabat.
Bahkan, mereka mengkafirkan para sahabat kecuali yang empat orang saja.
“Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah ridha kepada
mereka dan mereka pun ridha Allah sebagai Rabb mereka,” ujarnya.
Ulama NU kelahiran tahun 1941 ini mengingatkan
agar umat Islam mewaspadai perkembangan Syiah di Indonesia. Karena jika tidak
diwaspadai maka apa yang terjadi di Irak, Iran, Yaman, Bahrain akan juga bisa
terjadi di bumi nusantara ini.
Untuk mengingatkan bahaya Syi’ah, beliau
mengutip Hadits dari Rasulullah SAW: “Apabila timbul fitnah atau bid’ah, dimana
sahabat-sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan
untuk menyampaikan ilmunya. Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah
tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Allah dan dari Malaikat serta dari
seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun
amalan sunnah tidak akan diterima Allah”.
Umat Islam akan dituntut pembelaannya manakala
Rasulullah SAW, para sahabatnya, beserta istri-istrinya dicacimaki oleh
siapapun, termasuk Syi’ah.
“Kalau seandainya kita tidak marah ketika
istri-istri Rasulullah SAW, mertua Rasulullah SAW, menantu Rasulullah dan juga
para sahabatnya dicacimaki dan dikafirkan maka diragukan kecintaannya kepada
Rasulullah Saw. Jangan mengaku cinta, jika tidak ada buktinya,” pungkasnya.
[sdqfajar]
Anung Al-Hamat: Seluruh Umat Islam Tolak
Kesesatan Perayaan Asyura Kaum Syiah
Ketua Forum Study
Sekte-Sekte Islam (FS3I) Ustadz Anung Al-Hamat menilai pernyataan bahwa umat
Islam yang menolak keberadaan Syiah hanya dari kalangan yang dicap Wahabi
merupakan kekeliruan dalam melihat fakta, karena penolakan terhadap ajaran
Syiah adalah sikap semua kalangan Ahlus Sunnah wal jamaah.
“Penolakan kesesatan perayaan Asyura yang
diadakan kalangan Syiah dilakukan oleh semua umat Islam. Jadi, tidak tepat jika
hanya Wahabi yang dianggap menolak Asyura,” katanya kepada Kiblat.net di
Jakarta, pada Sabtu (1/11), saat menyikapi ulah pengikut Syiah di jejaring
media sosial yang menuduh Wahabi sebagai pihak yang menentang Syiah.
Menurutnya, hal ini bisa dibuktikan dengan
penolakan ulama Madura dan Jawa Timur terhadap ajaran Syiah. Sementara, Ulama
Madura dan Jawa Timur dikenal bukanlah kalangan Wahabi.
“Bukti lainnya bahwa Syiah ditolak umat Islam
adalah MUI Sampang Madura dan Jatim fatwa sesat berkaitan dengan Syiah,” tegas
Anung.
Seperti diketahui, puluhan aktivis Islam
menggelar aksi simpatik di masjid Baiturrahman Simpang Lima, Semarang usai
shalat Jumat, (31/10). Para aktivis yang menamakan dirinya Gerakan Islam Bela
Ahlul Bait dan Sahabat (GIBAS) ini membagi-bagikan CD dan buletin kesesatan
sekte Syiah.
Mereka juga menolak perayaan Asyura kaum Syiah
di Semarang yang rencananya akan digelar pada Senin, 3 November 2014 di
Kompleks PRPP (Jateng Fair) di Jalan Anjasmoro, Tawang Mas Semarang.
GIBAS juga memberikan pernyataan sikap terkait
perayaan Asyura, mereka menolak jika kelompok Syiah diberikan izin untuk
mengadakan acara yang berpotensi memecah belah persatuan umat Islam itu.
Sementara itu, sebuah akun facebook bernama
Saleh Aljufri nampak memosting sebuah foto seseorang yang sedang merobek-robek
selebaran artikel anti Syiah yang dibagikan oleh GIBAS. Dalam postingan
tersebut, akun al Jufri menuliskan kalimat ‘Wahabi Tolol’