Monday, May 18, 2015

"Ambisi Dan Bahayanya Syiah Jika Memenangi Perang Di Irak & Suriah"

by @SangPemburu99
Chirpified By @M4ngU5il

                                                 
                                              
Masih memantau perkembangan di Irak dan Suriah. Kota Ramadi (Irak) dan Palmyra (Suriah) di ambang kejatuhan ke tangan pasukan IS/ISIS.
#Palmyra dikenal sbg kota kuno di Suriah yg mewarisi sisa2 peninggalan kerajaan Romawi. Letaknya di tengah2 gurun. pic.twitter.com/PUAHYOd3wY
                                                       
                                             

Kalau #Palmyra sampai jatuh ke tangan ISIS, ini bakal jd pukulan berat bagi rezim Assad setelah jatuhnya kota Idlib & Jisr al-Shughour.

Beberapa waktu lalu kota Idlib dan Jisr al-Shughour telah jatuh ke tangan faksi2 pemberonrak Suriah di luar ISIS.

Biasanya bila ada kota/wilayah direbut pasukan oposisi, rezim Assad akan membalas dg menjatuhkan bom2 gentong yg banyak menelan korban sipil

Konflik di Suriah telah berlangsung selama 4 tahun. dan nampaknya rezim Assad mulai terlihat kewalahan mempertahankan benteng2 pertahanannya

Meski unggul dr segi persenjataan, pasukan Assad mengalami kekurangan personil krn mayoritas pasukannya adalah Syiah Nushairiyah.

Dan kita tahu penganut sekte Syiah Nushairiyah merupakan minoritas di Suriah (hanya 15%), namun mendominasi kekuasaan selama puluhan tahun.

Selama ini, kekurangan personil di pihak pasukan Assad berusaha ditutup dgn membentuk milisi2 terutama dari penganut Syiah dan Kristen.

Dan ada juga sebagian kecil penganut Sunni sekuler di Suriah yg mau bergabung dgn milisi 2 pro Assad.

Selain mengandalkan kekuatan dari dalam, rezim Assad juga mendapat bantuan personil dari luar negeri, antara lain dr Iran, Irak, & Libanon.

Sudah bukan rahasia lagi, Iran mengirimkan para penasihat militer dan personil pasukan Garda Revolusinya utk bertempur membantu rezim Assad.

Sdgkan Irak yg pemerintahnya didominasi Syiah lebih banyak mengirimkan pasukan non reguleralias milisi2 yg dibentuk dari org2 Syiah Irak.

Ada pun dari Libanon, yg terang2an membantu rezim Assad adalah pasukan Syiah 'Hizbullah' pimpinan Hassan Nashrallah.

Selain bantuan personil, rezim Assad juga mendapat bantuan persenjataan terus menerus dari rezim Iran dan Russia.

Dengan segala keunggulan persenjataan (terutama di udara) plus bantuan personil & persenjataan dr luar itulah rezim Assad msh bisa bertahan.

Dari "identitas" pihak2 yg membantu rezim Suriah tsb (Iran, Irak, Hizbullah, & Russia) kita sudah dapat membaca apa motivasi mereka.

Bagi rezim Iran, Irak, dan Hizbullah Libanon, motivasi mereka membantu rezim Assad jelas adalah karena faktor 'solidaritas sesama Syiah'.

Meskipun sekte Syiah yg dianut oleh rezim penguasa Iran, Irak, dan Hizbullah itu berbeda2, mereka tetap kompak bila lawannya adalah Sunni.

Mereka tentu tidak rela bila rezim Syiah yg selama puluhan tahun mendominasi kekuasaan di Suriah sampai jatuh. Inilah 'solidaritas Syiah'.

Jatuhnya rezim Syiah Suriah akan mengacaukan mimpi mereka membentuk 'poros Syiah' yg membentang dari Teluk Persia hingga pantai Mediterania.

Lalu apa motivasi Russia mendukung rezim Assad bertahan dari ancaman kejatuhan? Ini tentu berbeda dgn motivasi Iran, Irak, dan Hizbullah.

Jawabnya adalah krn rezim Suriah selama ini merupakan sekutu lama Russia yg punya arti sangat strategis bagi kepentingan Russia di kawasan.

Satu-satunya fasilitas pangkalan Angkatan Laut Russia di Laut Mediterania adalah di Tartus, Suriah. pic.twitter.com/uV0enzsL6l