Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيل الْمُجْرِمِينَ ...
“... Dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” {Al-An'am : 55}
Al-Imam Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya :
أي : ولتظهر طريق المجرمين المخالفين للرسل ، وقرئ : " وليستبين سبيل المجرمين " أي : وليستبين يا محمد - أو يا مخاطب - سبيل المجرمين
“Yaitu supaya jelas jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa yang menentang para Rasul. Menurut qira‘ah yang lain, Ayat ini dibaca sabiila sehingga artinya menjadi demikian : “Dan supaya kamu jelas terhadap jalan orang-orang yang berdosa”. Artinya agar kamu jelas hai Muhammad; atau hai orang yang diajak bicara terhadap jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa.” [Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3/263-264]
Sesungguhnya termasuk dari perkara-perkara yang sangat penting
pada Ahlus Sunnah yaitu memperingatkan jalan-jalan Ahlul Bid’ah. Dan pada
pembahasan kali ini khususnya rafidhah mengenai jalan tadlis dan talbis mereka
terhadap Ahlus Sunnah yang diantaranya adalah dengan melihat kesamaan nama
antara seorang ‘Alim dari Ahlus Sunnah dengan dedengkot mereka untuk
kemudian mereka berkata “Telah berkata Imam A, telah berkata Imam B,
(dengan perkataan yang mendukung ‘aqidah busuk mereka) dan ia adalah Imam
dari Imam-Imam Ahlus Sunnah!”. Padahal orang-orang yang mereka sebut bukan
dari Ahlus Sunnah, melainkan justru murni beraqidah Rafidhah.Al-Imam Al-Alusiy berkata :
ومن مكايدهم أنهم ينظرون في أسماءِ المعتبرين عند أهلِ السنةِ فمن وجدوهُ موافقاً لأحدٍ منهم في الاسمِ واللقبِ أسندوا روايةَ حديثِ ذلك الشيعي إليه ، فمن لا وقوف له من أهلِ السنةِ يعتقدُ أنهُ إمامٌ من أئمتهم فيعتبرُ بقولهِ ويعتدُ بروايتهِ
“Dan diantara tipu daya mereka (Rafidhah) adalah bahwa mereka
melihat pada nama-nama ‘Ulama yang muktabar di sisi Ahlus Sunnah. Maka
siapa pun yang mereka dapati memiliki kesesuaian/kesamaan dengan seseorang dari
kalangan mereka (Rafidhah) pada nama dan laqob, maka mereka menyandarkan
riwayat hadits orang Syi'ah tersebut kepadanya. Maka orang yang tidak mengerti
dari Ahlus Sunnah akan meyakini bahwa ia adalah seorang Imam dari Imam-Imam
Ahlus Sunnah lalu memuktabarkan perkataan dan riwayatnya.” [Mukhtashar At-Tuhfah Al-Itsna ‘Asyariyyah hal. 32]
Dan salah satu tipu daya mereka tersebut adalah dengan
menyandarkan kedustaan atas nama Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy. Mereka
berdusta atas nama beliau dengan bertopengkan ulama mereka yang memiliki
kesamaan nama dan tempat dengan Imam Ibnu Jarir (Sunniy). Terdapat dua
Ibnu Jarir Ath-Thabariy, yang satu Sunniy dan yang satu lagi adalah
Rafidhiy. Nama keduanya beserta nama kunyah dan nama ayah keduanya adalah
sama, dan tempat asalnya pun juga sama. Maka cermatilah perbedaan keduanya.
1. Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy -Sunniy- (224-310 H / 839-932
M)
Beliau bernama Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Katsir. Kunyahnya adalah Abu Ja’far. Al-Imam Al-Jalil Al-Mufassir Al-Muarrikh
Al-Faqih Al-Mujtahid, penulis sejumlah karya-karya besar, yang paling masyhur
adalahJami‘ul-Bayan atau yang lebih dikenal dengan nama Tafsir
Ath-Thabariy. Beliau dari penduduk Amuly, bagian dari daerah Thabristan,
karena itulah sesekali beliau disebut sebagai Amuli selain dengan sebutan yang
masyhur dengan Ath-Thabariy.
Al-Imam Adz-Dzahabiy berkata mengenainya :
الإمام الجليل، المفسر أبو جعفر،... من كبار أئمة الإسلام المعتمدين
“Al-Imam Al-Jalil Al-Mufassir Abu Ja'far, ... termasuk dari
kalangan Imam besar Islam yang muktamad.”[Mizanul I’tidal 3/498-499]
Beliau berkata juga :
كان ثقة ، صادقا ، حافظا ، رأسا في التفسير ، إماما في الفقه والإجماع والاختلاف ، علامة في التاريخ وأيام الناس ، عارفا بالقراءات وباللغة ، وغير ذلك
“Beliau adalah seorang yang tsiqah, jujur, hafizh, sesepuh dalam
ilmu Tafsir, Imam dalam ilmu Fiqh, Ijma’ serta (hal-hal) yang
diperselisihkan, yang sangat ‘alim tentang sejarah dan harian
manusia, seorang yang‘arif tentang ilmu Qira’at dan bahasa, serta yang
lainnya.” [Siyar A’lam
An-Nubala 14/270]
Al-Imam Ibnu Khuzaimah berkata :
ما أعلم على الأرض أعلم من محمد بن جرير
“Aku tidak mengetahui di bumi ini yang lebih berilmu daripada
Muhammad bin Jarir.” [Al-‘Ibar, 1/460]
Al-Imam Ibnu Katsir berkata :
كان أحد أئمة الإسلام علمًا وعملاً بكتاب الله وسُنَّة رسوله
“Beliau adalah salah satu dari Imam Islam yang berilmu dan beramal
dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (shallallaahu ‘alaihi wasallam).” [Al-Bidayah wa An-Nihayah 11/146]
Dan masih banyak lagi pujian dari para Imam terhadap beliau. Nama
beliau dan kedudukannya dalam keilmuan sudah tidak asing lagi dengan
karya-karyanya yang begitu harum dan membahana di dunia Islam. Sudah banyak
pula yang memaparkan biografi besar beliau. Maka kita cukupkan pembahasan
mengenai biografinya hanya agar diketahui perbedaannya dengan sosok berikutnya
yakni Ibnu Jarir Ath-Thabariy Ar-Rafidhiy.
2. Ibnu Jarir Ath-Thabariy -Rafidhiy- (411 H)
Yang kedua ini adalah seorang Rafidhiy, dia bernama Muhammad bin
Jarir bin Rustum Ath-Thabariy.
Al-Imam Adz-Dzahabiy berkata mengenai biografinya :
محمد بن جرير بن رستم
أبو جعفر الطبري . قال عبد العزيز الكتاني : هو من الروافض ، صنف كتبا كثيرة في ضلالتهم ، له كتاب : " الرواة عن أهل البيت " وكتاب : " المسترشد في الإمامة
“Muhammad bin Jarir bin Rustum. Abu Ja'far Ath-Thabariy. Telah
berkata ‘Abdul ‘Aziz Al-Kitaniy : "dia dari Rawaafidh (Syi’ah
Rafidhah). Menyusun sangat banyak kitab-kitab dalam kesesatan-kesesatan mereka.
Dia memiliki kitab Ar-Ruwat ‘An Ahlil Bait dan Al-Mustarsyid fil Imamah.” [As-Siyar 9 : #2857, lihat juga
Al-Mizan 3/499]
Dan berikut merupakan keterangan dari kitab rijal muktabar Syi’ah
sendiri beserta pernyataan ulama besar mereka dimana mereka mengakui bahwa Ibnu
Jarir (yang rafidhiy) termasuk dari kalangan ulama besar mereka, sehingga
ketika ada dari kaum Syi’ah yang mencoba untuk mentadlis dan mentalbis tentu
hal ini akan menjadi boomerang bagi mereka.
Dedengkot Ahli Hadits mereka yang bernama Al-Khu’iy berkata :
محمد بن جرير بن رستم
قال النجاشي: محمد بن جرير بن رستم الطبري الآملى، أبو جعفر: جليل، من أصحابنا، كثير العلم، حسن الكلام، ثقة في الحديث، له كتاب المسترشد في الامامة، أخبرناه أحمد بن علي بن نوح، عن الحسن بن حمزة الطبرى، قال: حدّثنا محمد بن جرير بن رستم بهذا الكتاب وبسائر كتبه
“Muhammad bin Jarir bin Rustum. Telah berkata An-Najasiy : “Muhammad bin Jarir bin Rustum Al-Amuly, Abu Ja’far, jalil (seorang yang mulia), termasuk dari sahabat kami (kalangan ulama Syi’ah), banyak ilmunya, hasanul kalam, tsiqah fil hadits, ia memiliki kitab Al-Mustarsyid fil Imamah.”
وقال الشيخ : محمد بن جرير بن رستم الطبري الكبير: يكنّى أبا جعفر، ديّن فاضل، وليس هو صاحب التاريخ، فإنه عامّي المذهب، وله كتب جماعة، منها: كتاب المسترشد
“Asy-Syaikh (Ath-Thusiy) berkata : “Muhammad bin Jarir bin
Rustum Ath-Thabariy Al-Kabir, berkunyah Abu Ja’far, seorang yang shalih lagi
fadhil (memiliki keutamaan), dan dia bukanlah yang penulis Tarikh (Ibnu
Jarir Ahlus Sunnah) karena ia adalah seorang ‘Ammiy
Al-Madzhab (‘Ammiy/‘Ammah adalah sebutan yang sudah lumrah digunakan
Syi’ah untuk menyebut Ahlus Sunnah). Dan beliau (yang Rafidhiy) memiliki
sekumpulan kitab-kitab, diantaranya adalah kitab Al-Mustarsyid.”
أقول: محمد بن جرير بن رستم الطبري الآملي أبو جعفر، له كتاب دلائل الامامة أو دلائل الائمة
“Aku (Al-Khu’iy) katakan : “Muhammad bin Jarir bin Rustum
Ath-Thabariy Al-Amuly Abu Ja'far memiliki kitabDalailul
Imamah atau Dalailul Aimmah.” [Lihat
kesemuanya pada Mu’jam Rijalul Hadits oleh dedengkot Al-Khu'iy no 10381]
Kitab Dalailul Imamah ini seringkali dinisbatkan
secara dusta oleh Syi’ah kepada Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy rahimahullah.
Dengan kesamaan nama yang ada, dan terlebih lagi isi kitab tersebut yang sangat
sarat dengan dalil-dalil palsu atas keimamahan para Imam Syi’ah agar
orang-orang awam terjerumus karenanya.
Demikian pemaparan yang ringkas mengenai perbedaan antara dua sosok
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabariy. Yang satu adalah seorang Imam dari
Imam-Imam besar Kaum Muslimin, sedangkan yang satu lagi adalah seorang gembong
besar agama Syi’ah. Dan tak hanya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy yang nama beliau
dijadikan alat dusta oleh kaum Syi’ah, masih banyak selain beliau seperti Imam
Ibnu Qutaibah dan yang lainnya. Qabbahallah ar-rafidhah.
- Jaser Leonheart -
- Jaser Leonheart -