Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Jawa Timur KH. Abdusshomad Buchori terus bermanuver agar peserta Munas
MUI ke-IX di Surabaya bisa mengeluarkan rekomendasi berupa cap ‘sesat’ untuk
Syiah di Indonesia.
Informasi yang dihimpun Satu Islam, Buchori menambahkan dua poin dari sembilan
poin rekomendasi pada rapat paripurna: Pertama, tentang bahayanya PKI. Kedua
tentang kesesatan Syiah.
“Ini negeri Sunni. Syiah tak layak ada di sini, mau di Iran silakan,” kata
Bukhori Selasa 27 Agustus 2015.
Akibat pernyataannya yang dinilai intoleran itu, beberapa peserta munas yang
tak sependapat dengannya mengajukan interupsi, namun Buchori
mengabaikannya.
Bahkan Bukhori mengancam agar yang tak sependapat dengan dirinya dikeluarkan
dari jajaran MUI. “Kita harus satu pendapat, yang tidak sependapat tidak layak
di MUI silahkan keluar saja.” ancamnya. [ Ini baru Muslim Sejati ]
Untuk memperkuat argumennya, Buchori mengatakan di Iran dianjurkan Mut’ah
dengan $50 saat dirinya berkunjung ke negara itu.
Sebelumnya pada saat mewakili ketua panitia daerah dalam gelaran acara Malam
Ta’aruf, Munas MUI ke-IX di Garden Palace Hotel, Surabaya, Senin 24 Agustus
2015, Buchori meminta peserta untuk membonsai dan melarang Syiah.
(satuislam.org/syiahindonesia.com)
Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Jawa Timur, KH. Abdusshomad Buchori menyampaikan kekhawatirannya terhadap
fenomena Syiah yang dinilai berusaha menggangu keutuhan NKRI.
Pendapat tersebut diungkapkan pada saat menyampaikan sambutan di Malam Ta’aruf
pergelaran Munas MUI ke-IX di Garden Palace Hotel, Surabaya, Senin malam
(24/08/2015).
Saat ditemui hidayatullah.com seusai acara, KH. Abdusshomad menambahkan bahwa
Syiah yang datang ke Indonesia ini adalah Syiah dari Irak dan Iran yang salah
satu rukunnya adalah menguasai wilayah.
“Mereka meyakini Wilayatul Faqih, yakni menguasai wilayah. Ini yang menjadi
bahaya, nanti ujungnya bisa pemberontakan,” tambah KH. Abdusshomad.
Ketua MUI Jawa Timur ini menyarankan pemerintah serius dalam persoalan ini.
“Jangan sampai di Indonesia terjadi seperti yang terjadi di Timur Tengah karena
pemberontakan Syiah,”pungkasnya. (hidayatullah.com/syiahindonesia.com)