Saya kembali terlibat diskusi
dengan orang Syiah. Kali ini semakin terlihat betapa dangkalnya pemikiran orang
syiah. Hanya karena mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah, saya kemudian
dituduh Wahabi oleh mereka.
Pertama, mereka seperti pepatah yang mengatakan, gajah dipelupuk mata tak
tampak, semut di seberang lautan tampak. Mereka meributkan perkataan Imam Ibnu
Taimiyah yang hanya satu kutipan, tapi anehnya tidak meributkan perkataan
ulama-ulama lainnya seperti Imam Syafi'i, Imam Malik, dan Imam Ahmad.
Mengapa? Karena mereka takut kalau mereka menyerang para Imam Madzhab itu
belang syiah mereka akan terlihat. Mereka menyadari psikologis kaum muslimin
saat ini yang sangat kuat berpegang kepada imam madzhab yang empat. Menyerang 4
imam sama saja dengan menyerang ahlus sunnah yang hakiki, meskipun pada
dasarnya ahlus sunnah itu bukan dari empat imam saja.
Akhirnya mereka menyerang ulama yang paling besar perbedaan pendapatnya dengan
kalangan penganut akidah asyariyah dan maturidiyah. Yaitu Imam Ibnu Taimiyah.
Dengan demikian,serangan mereka terhadap orang-orang yang anti syiah seolah
dilancarkan oleh kaum ahlus sunnah sendiri. Pada akhirnya sesama ahlus sunnah
saling bentrok sendiri. Sementara akar permasalahan tentang pemikiran Syiah
tidak dikemukakan lebih lanjut. Sampai disini, orang syiah berhasil membelokkan
masalah yang sesungguhnya. Di satu sisi, mereka tetap mengemukakan pemikirannya
yang sesat, di sisi lain mereka mengadu domba sesama kalangan ahlus sunnah.
Kedua, orang syiah memberi gelar orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah
dengan sebutan wahabi. Saya heran, apa hubungan langsung antara Ibnu Taimiyah
dengan wahabi? Seolah Ibnu Taimiyah itu penganut wahabi. Padahal Ibnu Taimiyah
hidup sebelum pendiri "wahabi" itu hidup.
Kalau memang orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah disebut wahabi, tentu
orang-orang Islam Liberal seperti Prof. Fazlur Rahman dan Prof. Nurcholis Majid
adalah penganut wahabi. Prof. Fazlur Rahman pernah memuji Ibnu Taimiyah dengan
sebutan "neo sufism" dan Prof. Nurcholis Majid menulis desertasi
doktoralnya tentang pemikiran Ibnu Taimiyah.
Orang-orang Jamaah Tabligh dengan tokohnya seperti Syaikh Maulana Kandahlawi
dalam bukunya banyak mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul
Qayyim. Bahkan tokohnya yang lain, yakni Syaikh Abul Hasan An-Nadwi menulis
buku biografi tentang Imam Ibnu Taimiyah. Sementara itu dikalangan wahabi itu
sendiri, Jamaah Tabligh sering dikritik sebagai jamaah yang banyak
bid'ahnya.
Begitupun dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin yang banyak dikritik dan dihujat oleh
kalangan wahabi, banyak mengutip pemikiran Imam Ibnu Taimiyah dan
murid-muridnya.
Kesimpulannya, Imam Ibnu Taimiyah adalah milik kaum muslimin. Bukan milik
orang-orang wahabi semata. Murid-murid Imam Ibnu Taimiyah di antaranya: Imam
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Rajab, dan Imam Adz
Dzahabi. Banyak karya-karya Imam Ibnul Qayyim condong pada tasawuf seperti
kitab Madarijus Salikin, Ighatsul Lahfan dan Al Jawabul Kafi.
Imam Ibnu Katsir terkenal dengan karyanya Tafsir Ibnu
Katsir dan Al Bidayah wan Nihayah yang dijadikan rujukan seluruh
kaum ahlussunnah tidak terkecuali. Begitupun Imam Adz Dzahabi dikenal sebagai
ahli hadits yang diakui oleh para ulama ahlussunnah.
Diposkan oleh Abu Farras Mujahid