Thursday, August 13, 2015

Rezim Syiah Iran rebut Wilayah Kaya Minyak dan Buang Limbah ke Wilayah Aswaja (Bukti Kekejaman Syiah !)

Lebih dari sepuluh desa yang terletak di wilayah “Crete” Al-Ahwaz merupakan wilayah yang sangat kaya akan minyak bumi, tetapi masyarakat pedesaan setempat bertahun-tahun mengalami penjajahan dan penindasan yang tidak berujung dan sangat keras bahkan banyak diantara penduduk desa yang kehilangan akses air bersih yang dapat dikonsumsi.
Penindasan berkepanjangan yang disponsori oleh rezim pemerintah syiah Iran tampaknya bertujuan mengusir orang-orang arab Ahwaz dari tanah leluhur mereka.
Penduduk setempat mengatakan bahwa penderitaan orang-orang Arab di pedalaman pedesaan tak dapat dilukiskan. Mereka percaya bahwa situasi mereka menyerupai orang benua Afrika yang kesulitan hidup makmur tanpa sumber penghasilan atau pekerjaan tetap . Sekitar 90 persen dari orang-orang arab Ahwazi di daerah pedesaan menderita kemiskinan dengan pendapatan perkapita sangat rendah.
Mereka sangat bergantung pada sektor pertanian dan perikanan untuk makanan pokok sehari-hari mereka, tetapi saat ini mereka telah kehilangan sektor pertanian setelah tanah mereka yang subur itu direbut paksa oleh rezim pemerintah Iran tanpa ada ganti rugi apapun dan tanpa alternatif sumber mata pencaharian lainnya. Sebagai akibatnya, mereka rentan terhadap krisis kelaparan, dan banyak dari mereka bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan walaupun di kota tersebut mereka terpaksa harus tinggal di gubug yang tak layak huni.
Masyarakat lokal setempat menuturkan bahwa “orang-orang berpendapat desa-desa di wilayah kami mungkin kurang pengairan, tetapi kenyataannya, penderitaan masyarakat di pedesaan ini bukanlah karena kurang pengairan.
Fakta sejarah membuktikan 150 tahun lalu ketika desa diberkahi curah hujan yang baik , dan mata pencarian utama penduduk desa adalah sektor pertanian dan peternakan, pada saat itu desa kami tidak memiliki sistim pengairan apapun, hanya dari air sumur, hujan musiman saja sudah cukup untuk kebutuhan air minum dan membasahi lahan pertanian yang kering.
Kebahagiaan dan pola hidup penduduk lokal berakhir pada saat penemuan lahan minyak yang luas di wilayah pertanian ini, nama “wilayah pertanian subur” kemudian digantikan oleh “wilayah kaya minyak” . Dibangunnya instalasi-instalasi minyak, pipa minyak raksasa untuk pengeboran sumur, pompa-pompa besar dengan pipa yang tebal-tebal dan banyaknya dikirim mesin-mesin berat untuk menggali dan mengeksploitasi tanah di daerah kami.
Semua tanah yang rata dan subur telah dihujam oleh sumur-sumur minyak. Aktifitas pertanian, pekebunan gandum dan barley di keseluruhan lahan pertanian dihentikan secara paksa dan digantikan oleh proyek-proyek instalasi minyak karena minyak lebih memiliki daya jual daripada gandum dan membawa lebih banyak keuntungan untuk devisa negara. Namun, para penduduk desa arab Ahwazi tidak memperoleh apapun kecuali hanya polusi dan kerusakan ekologi daerahnya”.
Pihak berwenang Persia mendominasi instalasi minyak dan perusahaan gas Karoon di daerah Crete, mereka mengambil alih secara paksa terhadap lahan masyarakat Arab dari penduduk setempat dan tanpa memberikan kompensasi apapun kepada penduduk lokal asli. Orang-orang Arab lokal tidak mempunyai hak untuk protes karena suara mereka tidak memiliki arti sedikitpun di pemerintahan rezim Persia ini.
Setelah kehilangan lahan, mereka bertarung dengan kemiskinan, kesengsaraan dan kemelaratan yang tidak dapat digambarkan. Mereka juga tidak diberi kesempatan bekerja di perusahaan-perusahaan minyak dan gas di desa mereka.
Tidak ada satu pekerja Arab lokal diperusahaan-perusahaan tersebut, semua pekerja adalah orang-orang Persia yang didatangkan dari Propinsi lain yang bekerja dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah rezim syiah Iran.
Sebagian besar orang-orang muda di desa ini tidak memiliki pekerjaan , beberapa dari mereka terpaksa menjual semua yang mereka miliki untuk membeli mobil dan bekerja sebagai sopir taksi di kota Ahwaz.
Desa-desa di daerah ini memiliki tiga sekolah dasar yang hampir tidak ada kursi dan meja dan juga tidak ada kenyamanan yang baik karena mereka belajar dibawah kipas angin yang sudah sangat tua yang menggantung dilangit-langit dan menggeluarkan bunyi gemeretak jika dinyalakan.
Sekolah-sekolah disini benar-benar terlantar, tidak ada fasilitas air bersih dan ventilasi yang memadai. Sebagai akibatnya, siswa-siswa miskin ini harus belajar dalam kondisi kegerahan dan suhu panas yang sangat ekstrim dimana suhu didesa tersebut mencapai hingga lebih 50 derajat Celcius. Masing-masing dari tiga sekolah ini hanya memiliki satu toilet dan satu tangki air dengan kwalitas air minum yang tidak sehat bahkan tidak cocok untuk konsumsi manusia.
Beberapa siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah harus pergi ke kota Ahwaz yang berjarak 40 Km, tetapi karena kemiskinan, jalan yang sempit dan kontur jalan yang tidak rata serta kurangnya dan langkanya armada transportasi, mayoritas siswa, kebanyakan anak perempuan, memilih berhenti sekolah.
Hal yang paling kejam adalah akses jalan ke desa-desa di wilayah ini semua mengarah kesatu jalan bebas hambatan yang dikendalikan oleh polisi rezim sehingga jika seseorang ingin pergi ke kota Ahwaz dengan mobil pribadi atau kendaraan umum, mereka dipaksa untuk membayar sejumlah uang kepada polisi rezim.
Orang-orang mengatakan bahwa masalah paling serius pada desa kami adalah kurangnya air layak konsumsi dalam komunitas kami, yang benar-benar menyebabkan kondisi hidup kami sangat sulit dan menyakitkan.
Dalam beberapa tahun ini akibat kekeringan yang parah, kita tidak memiliki pasokan air dan air sumur yang digali sejak berpuluh-puluh tahun silam semuanya mulai mengering.
Hal ini diakibatkan karena sumur minyak di wilayah ini, kami tidak diperbolehkan untuk menggali sumur air yang dalam, hanya diizinkan menggunakan sisa pasokan air aja. Penduduk secara bertahap mulai menjual ternak mereka karena tidak adanya sumber air bagi manusia apalagi untuk hewan.
Pengeringan lahan pertanian dan ketidakmungkinan pengadaan irigasi dan budidaya tanaman telah menyebabkan lahan pertanian kami benar-benar menjadi tanah yang tandus .Ditambah badai debu yang kerap terjadi, karena ketiadaan tanaman budidaya yang dapat membuat partikel debu turun, seluruh kehidupan penduduk desa dipengaruhi oleh paparan partikel debu yang tidak sehat ini secara terus-menerus, menyebabkan banyak penduduk menderita penyakit pernapasan dan bahkan hewan domestik juga menderita batuk kronis, akibatnya banyak hewan ternak yang mati.
Masalah lain adalah kurangnya klinik kesehatan di desa-desa. Untuk kasus-kasus darurat, pasien seharusnya dirujuk segera ke kota, dimana ada rumah sakit yang lengkap di wilayah Crete , tapi penduduk desa tidak diperbolehkan untuk masuk , apalagi menerima perawatan medis di dalamnya karena rumah sakit itu khusus menyediakan perawatan bagi staf perusahaan dan anggota keluarga mereka saja.
Orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan minyak tersebut berasal dari berbagai daerah di negara ini kecuali orang-orang Arab Ahwazi. Seorang penduduk desa mengeluh dengan rintihan yang sangat menyakitkan, dia berkata, “kami sekarang ini berada di neraka, sungguh-sungguh neraka , hampir semua penduduk desa ingin keluar dari desa ini demi mencari kehidupan yang layak, tapi untuk itu semua kami perlu uang yang cukup, sedangkan kami tidak memiliki uang, penduduk desa sangat ingin bermigrasi untuk menyelamatkan kehidupan mereka dari polusi udara yang menyesakkan, kehausan yang berkepanjangan dan kurangnya air bersih serta kurangnya sumber mata pencaharian untuk mencari nafkah selama bertahun-tahun.”
Kami pergi ke salah satu desa Ahwaz bernama Mlygt, yang dikelilingi oleh sumur minyak. Lingkungan di sana sangat tercemar, dan banyak penduduk desa menderita kanker.
Desa dengan populasi sekitar 554 jiwa ini hanya berjarak 25 km dari kota Ahwaz. Meskipun terdapat 140 unit sumur minyak sekitar desa, penduduk asli lokal tidak mendapat kekayaan apapun kecuali menderita epidemi penyakit, polusi dan kemiskinan yang nyata. Masyarakat setempat sudah mati rasa dengan segala penderitaan yang mengerikan ini dan menderita kerugian yang sangat besar.
Beberapa penduduk desa meninggal dunia dalam tahun-tahun terakhir karena menderita kanker dan gangguan pernapasan sebelum mencapai usia 40 tahun.
Pabrik-pabrik di desa ini tidak bekerja sesuai standar analisis kesehatan lingkungan yang baik, mereka benar-benar menggunakan asam dengan volume dan tekanan tinggi untuk merangsang produksi minyak, sehingga menghasilkan berbagai jenis minyak derivatif sebagai limbahnya.
Kepemilikan pabrik-pabrik ini bersifat sub-Nasional dan semua limbah polutan berbahaya tidak dikelola dengan baik, sementara limbah-limbah ini mengalir di dekat sumber air minum yang digunakan masyarakat desa.
Pipa minyak dan gas yang banyak di wilayah ini sudah terlalu usang, berkarat, rusak dan sangat tidak layak pakai . Dari waktu ke waktu kami menyaksikan ledakan dari pipa-pipa minyak ini. Namun, sayangnya, pihak keamanan rezim dengan kasarnya menyalahkan penduduk lokal dan menuduh warga desa melakukan sabotase atau tindakan vandalisme untuk mengakui erosi pipa.
Setelah setiap ledakan terjadi, pihak keamanan meluncurkan kampanye penangkapan massa yang sewenang-wenang terhadap anak-anak kami yang miskin. Penderitaan kami ibarat pepatah lama, “sup hangat yang belum dimakan , namun mulut sudah terbakar “. Sumber kami menambahkan: “Dengan adanya ledakan pipa, daerah ini akan menjadi seperti medan perang, warga harus mengungsi dari rumah mereka karena risiko ledakan-ledakan yang mungkin akan terjadi di sekitar mereka.”
“Tinggal di daerah ini sangat berbahaya, kami khawatir anak-anak kami akan menderita penyakit. Polusi yang disebabkan oleh asap instalasi minyak tersebut sangatlah beracun, selain itu kami takut terjadinya insiden ledakan pada pipa-pipa minyak yang akan mengancam kehidupan kami. Banyak diantara anak-anak kami menjadi sakit karena polusi dan limbah dari instalasi-instalasi minyak di dekat desa kami.
Dari lima pasien kanker di desa kami, dua diantaranya adalah anak-anak, dan tahun lalu satu anak telah meninggal dan yang satunya lagi adalah anak usia 12 tahun, yang telah dirawat selama 8 tahun di Shafa hospital, satu-satunya rumah sakit khusus kanker.”
Mengenai perekrutan dan peluang kerja di perusahaan minyak, gas dan petrokimia ini, perusahaan hanya merekrut banyak orang etnis persia dari daerah lain, tetapi menolak kami (warga lokal Ahwaz) untuk bekerja di sana.
Bahkan kami tidak berani mendekati pintu gerbang perusahaan karena penjagaan yang sangat ketat dan para penjaga menghadapi kami dengan pentungan listrik ditangan mereka, mereka acapkali berteriak dan menghina kami dengan slogan-slogan anti-Arab yang sangat rasis.
Autoritas rezim merekrut banyak orang etnis Persia dari luar wilayah Ahwaz menjadi aparat keamanan untuk lingkungan perusahaan, tidak ada seorang Arab lokal pun yang dapat ditemukan di antara mereka. Sementara pipa-pipa tersebut melewati desa-desa di wilayah Ahwaz yang mana sebenarnya penduduk desa dapat dengan mudah melindunginya dari kerusakan.”
Perusahaan memiliki lebih dari tiga pipa air besar, masing-masing berdiameter 20 inci yang digunakan untuk keperluan petrokimia dan fasilitas pendinginan di perusahaan, penduduk desa berulang kali meminta pihak berwenang untuk memberikan mereka satu aliran cabang kecil dari pipa air untuk memenuhi kebutuhan pokok harian warga desa, namun pihak perusahaan yang dikendalikan rezim ini selalu menolak.
Penduduk desa berkata : “Air limbah dari instalasi dilepaskan ke lubang besar yang digali di samping perusahaan, banyaknya air limbah yang mengalir membuat lubang tersebut terlihat seperti sebuah danau besar yang mengandung berbagai macam bahan kimiawi beracun yang membahayakan dengan bau yang sangat menyengat.
Perusahaan-perusahan tersebut tidak mengenal sistem pengelolaan limbah , sebagai akibatnya, limbah yang dihasilkan akan dialirkan ke desa-desa dan desa kami telah menjadi tong sampah dari perusahaan-perusahaan minyak ini. Dahulu, tanah kami begitu hijau, tapi sekarang telah berubah menjadi tempat sampah dan rawa-rawa zat kimia beracun.
Perusahaan-perusahaan ini telah memberikan manfaatnya ke seluruh wilayah di negara Iran ini bahkan mengekspor ke luar negeri, tetapi mereka tidak memberikan sedikitpun produksinya ke penduduk desa setempat.
Terkait dengan jalan raya, penduduk desa telah meminta pihak berwenang yang bekerja diperusahaan sekitarnya untuk membuka jalan ke penduduk desa, tetapi pihak perusahaan menolak dan mengatakan itu bukan urusan kami.

Orang-orang mengatakan bahwa penindasan yang terjadi atas penduduk wilayah Ahwaz tidak pernah dialami oleh orang-orang dari daerah lain di negara Iran ini.

Ada lebih dari 150 sumur minyak dan pengeboran gas di sini namun penduduk desa (arab Ahwaz) tidak memiliki gas domestik untuk konsumsi pokok harian mereka.
Penduduk wilayah Ahwaz sengaja ditindas , barang-barang dan sumber daya alam mereka dirampas tanpa pengecualian oleh autoritas rezim syiah Iran yang ingin memaksa mereka meninggalkan tanah air mereka.
Sumber : Ahwazna Diterjemahkan Middle East Update

Artikel terkait :

Suku Ahwaz, Aswaja Yang Ditindas Rezim Syiah Iran ( Update )
Shalat Ied Berubah Menjadi Demo Anti Penjajah Iran
Inilah Kondisi Kaum Sunni di Iran
Penderitaan Sunni Di Iran
Derita Muslim Ahwaz dari penjajahan Syi'ah Iran [ Ya Allah Ya Rabb, Binasakanlah Syiah Majusi (Iran) Laknatullah Seperti “Kaum-kaum Terdahulu” Yang Telah Engkau Binasakan ]
Ulama Syiah:Jika Kehilangan Suriah, Kami Tak Bisa Pertahankan Teheran