Mantan duta besar Tunisia
untuk Suriah memperingatkan bahwa jika Rusia mengirim bantuan untuk intervensi
militer mereka saat ini di Suriah dengan melibatkan unsur agama, maka hal itu
akan mendorong reaksi setiap Muslim di dunia untuk bertindak.
Ia menganggap hal itu akan
memperluas konflik serta “membuka pintu-pintu neraka” di kawasan tersebut.
“Gereja Ortodoks Rusia telah
memberkati intervensi tersebut, dengan menyebutnya sebagai perang suci,” kata
Mohammad Ayta kepada kantor berita Anadolu.
“Saya percaya bahwa hal itu
sangat berbahaya mengingat kasus Suriah ini sangat rumit karena sebelumnya
sudah ada masalah sektarian dan etnis,” imbuhnya. Jika ditambah lagi dengan isu
agama, menurutnya, konflik tersebut akan menyerupai perang salib antara Kristen
dengan Islam.
Baru-baru ini media Rusia
menampilkan berbagai video seorang pendeta Kristen Ortodoks memberkati para
tentara Rusia sebelum mereka bertolak ke Suriah.
Kantor berita Rusia Interfax
mengutip juru bicara Gereja Ortodoks, Vsevolod Chaplin mengatakan, “Perang
melawan terorisme adalah sebuah perang suci, dan hari ini negara kita
barangkali merupakan negara yang paling aktif pasukannya di seluruh dunia.”
Diplomat Tunisia itu
bersikukuh bahwa tidak ada kepentingannya bagi pihak-pihak yang terlibat untuk
memainkan isu agama. Selanjutnya ia menekankan bahwa jika hal itu terjadi akan
ada reaksi dari OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan dari masyarakat secara umum
termasuk elemen-elemen perekrutan berbagai kelompok jihadis.
Menurut Ayta, ia menyimpulkan
bahwa isu Suriah akan digunakan sebagai alat tawar-menawar oleh Moskow untuk
mendapatkan pengaruh di sejumlah konflik di mana Rusia sendiri juga terlibat di
dalamnya, seperti di Ukraina yang masih terus dibahas di meja perundingan.
Penulis: Yasin Muslim
Sumber: middleeastmonitor
Rusia Telah Diperingatkan, Invasi ke Suriah
Picu Gelombang Jihad Baru
Salah seorang pejabat senior
negara Teluk menyampaikan kepada BBC bahwa ia khawatir intervensi militer Rusia
akan dapat memicu “gelombang jihad” baru.
Fenomena ini akan terjadi
sebagaimana pengalaman pahit Uni Soviet (Rusia) saat dipecundangi mujahidin di
Afghanistan di era 80-an.
Pejabat negara Teluk yang
berbicara dengan kondisi anonim tersebut menjelaskan bahwa selama pertemuan
Majelis Umum PBB di New York, sejumlah diplomat negara-negara Arab telah
memperingatkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa aksi negaranya di
Suriah telah menciptakan apa yang disebut oleh para diplomat tersebut sebagai
“monster Frankenstein”.
Hantu “monster Frankenstein”
itu dikhawatirkan akan menyedot para jihadis dalam jumlah sangat besar hadir
dan berjuang membebaskan Suriah dari Rusia, Iran, dan Syiah Hizbullah Lebanon.
Pejabat itu juga menambahkan
bahwa selama empat tahun sejak konflik Suriah pecah dan setelah ribuan orang
tewas, baik negara-negara Barat maupun Arab belum punya strategi yang ampuh
bagi penyelesaian konflik tersebut.
Ia mengatakan ada satu
keperluan bagi kepemimpinan Amerika yang lebih jelas, dan bahwa hal terburuk
yang bisa dilakukan oleh Barat adalah menerima opsi kompromi dengan Assad.
Kemudian ia menegaskan bahwa
negara-negara Arab Sunni di kawasan itu tidak akan menerima opsi ini. Mereka
juga tidak bisa menerima opsi apapun yang memungkinkan Iran mendominasi Suriah.
“Fenomena ISIS dan kelompok-kelompok
“ekstrimis” hanyalah gejala-gejala yang muncul karena ada sebab tertentu, dan
bukan merupakan sebab itu sendiri. Berbagai masalah yang terjadi di Suriah,
bagi negara-negara Arab tersebut sepenuhnya disebabkan oleh Assad,” kata dia.
Cara Pendekatan ‘Grozny-style’
Ala Rusia
Mayoritas negara-negara Teluk dan Turki berulang kali menyatakan bahwa solusi
bagi konflik Suriah adalah lengsernya Assad dari kekuasaan. Namun demikian,
saat ini mereka menyadari bahwa Rusia tidak akan membiarkan hal itu terjadi meskipun
akan terjadi pertumpahan darah.
Rusia juga akan terus
melindungi Assad dan wilayah yang menjadi basis pertahanan keluarga besarnya di
pesisir laut Mediterania. Oleh karena itulah, para pejabat negara-negara Teluk
mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap apa yang mereka sebut sebagai
“Grozny style” yaitu cara pendekatan “bumi hangus” model Rusia terhadap masalah
di Suriah.
Dengan model pendekatan ini,
militer Rusia dikhawatirkan akan membabi buta menyerang dan membumihanguskan
wilayah-wilayah yang telah dibebaskan dari kekuasaan rezim Assad dan
meratakannya dengan tanah.
Penulis: Yasin Muslim
Sumber: Middle East Monitor
http://www.kiblat.net/2015/10/11/rusia-telah-diperingatkan-invasi-ke-suriah-picu-gelombang-jihad-baru/
Menebak Maksud Serangan Rusia
Di Suriah ???
Apa maksud Rusia menyerang
Suriah, sampai membawa kapal induk segala?
Kapal induk fungsi utamanya seperti “pulau berjalan”. Dipakai sebagai LANDAS PACU pesawat tempur melakukan serangan.
Kapal induk itu seperti sebuah MANAJEMEN KELURAHAN bergerak bebas di lautan. Terutama di zona pelayaran internasional.
ALASAN 1: Rusia, China, Korut merasa sebagai ALIANSI LAMA kaum Assadis. Jadi wajar kalau mereka terganggu dengan nasib Assadis Suriah yang semakin keteteran.
ALASAN 2: Kaum Zionis Israel takut dengan teori “sarang lebah”. Maksudnya, Suriah kini memanggil semua pejuang Islam masuk ke sana. Istilah Zionis: “Suriah jadi titik konsentrasi Mujahidin seluruh dunia.” Hadapi pejuang Hamas, mereka keteteran, apalagi seluruh faksi pejuang muncul?
ALASAN 3: Amerika dan NATO tak mau gempur Assadis dan ISIS. Kalau gempur keduanya, mereka khawatir Mujahidin semakin kuat. Kalau gempur Mujahidin, mereka malu dengan kampanye kontra Assadis sebelumnya. Maka itu dipakai jalur Rusia, sebagai cover. Padahal intinya “untuk jaga negara Israel”.
ALASAN 4: Rusia nekad mau cari sumber minyak Suriah. Mereka tidak takut mengulang kehancuran militernya di Afghanistan. Kalau itu terjadi, China dan Korut, akan ikut hancur. Kalau mereka rontok, bisa jadi ancaman “krisis ekonomi global”.
ALASAN 5: Rusia, China, Korut sedang jalankan strategi “buang ampas”. Maksudnya, mereka setengah hati berperang di Suriah, sekedar untuk “pameran”. Seolah Jendral Rusia mau bilang: “Ini lho kami sudah ikut perang ya. Sudah kan. Baik, terima kasih. Bye bye.”
Wa makaruu wa makarallah, wallahu khairul makirin… Mereka berbuat makar, Allah juga membuat makar. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.
Jangan gentar wahai Ummat! Jangan gentar, wahai Ahlus Sunnah!
Kapal induk fungsi utamanya seperti “pulau berjalan”. Dipakai sebagai LANDAS PACU pesawat tempur melakukan serangan.
Kapal induk itu seperti sebuah MANAJEMEN KELURAHAN bergerak bebas di lautan. Terutama di zona pelayaran internasional.
ALASAN 1: Rusia, China, Korut merasa sebagai ALIANSI LAMA kaum Assadis. Jadi wajar kalau mereka terganggu dengan nasib Assadis Suriah yang semakin keteteran.
ALASAN 2: Kaum Zionis Israel takut dengan teori “sarang lebah”. Maksudnya, Suriah kini memanggil semua pejuang Islam masuk ke sana. Istilah Zionis: “Suriah jadi titik konsentrasi Mujahidin seluruh dunia.” Hadapi pejuang Hamas, mereka keteteran, apalagi seluruh faksi pejuang muncul?
ALASAN 3: Amerika dan NATO tak mau gempur Assadis dan ISIS. Kalau gempur keduanya, mereka khawatir Mujahidin semakin kuat. Kalau gempur Mujahidin, mereka malu dengan kampanye kontra Assadis sebelumnya. Maka itu dipakai jalur Rusia, sebagai cover. Padahal intinya “untuk jaga negara Israel”.
ALASAN 4: Rusia nekad mau cari sumber minyak Suriah. Mereka tidak takut mengulang kehancuran militernya di Afghanistan. Kalau itu terjadi, China dan Korut, akan ikut hancur. Kalau mereka rontok, bisa jadi ancaman “krisis ekonomi global”.
ALASAN 5: Rusia, China, Korut sedang jalankan strategi “buang ampas”. Maksudnya, mereka setengah hati berperang di Suriah, sekedar untuk “pameran”. Seolah Jendral Rusia mau bilang: “Ini lho kami sudah ikut perang ya. Sudah kan. Baik, terima kasih. Bye bye.”
Wa makaruu wa makarallah, wallahu khairul makirin… Mereka berbuat makar, Allah juga membuat makar. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.
Jangan gentar wahai Ummat! Jangan gentar, wahai Ahlus Sunnah!
(AhluSunna).