Saturday, October 10, 2015

Qatar: Pengeboman Putin Di Suriah Akan Memicu Jihad Melawan Moskow. Dinilai Memperjelas Haq dan Bathil

Qatar: Pengeboman Putin di Suriah akan memicu jihad melawan Moskow
Jum'at, 25 Zulhijjah 1436 H / 9 Oktober 2015 15:1
Rusia sedang menciptakan “sebuah rakasa Frankenstein” dalam kampanye pengeboman di Suriah yang akan memicu “jihad” melawan Moskow, sumber senior Qatar mengatakan kemarin, Kamis (8/10/2015), sebagaimana dilansir oleh Middle East Eye.
Sumber itu mengatakan bahwa sebanyak 52 ulama Muslim di Arab Saudi telah mengumumkan “jihad,” efek yang akan mengubah sebuah revolusi melawan kediktatoran Bsyar Asad menjadi perang pembebasan Suriah melawan Rusia, Iran dan “Hizbullah”.
Sumber Qatar mengatakan bahwa setelah bertemu dengan Sergei Lavrov di PBB di New York, ia mendapat kesan bahwa menteri luar negeri Rusia itu tidak “100 persen” senang dengan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.
“Kami mengantisipasi pendekatan gaya Grozny,” katanya mengacu pada dua perang berdarah Rusia yang berperang melawan milisi di Chechnya di Kaukasus Utara. “Ketika Rusia ingin memulai pertempuran, mereka selalu menunjukkan kekuatan mereka dan ini adalah apa yang mengkhawatirkan kami.”
“Kami mengatakan kepadanya (Lavrov). Serangan Anda tidak melawan ISIS,” kata sumber Qatar itu.
“Anda dapat bergabung dengan aliansi ini dan kita semua bisa menyerang ISIS. Tapi Anda menyerang Idlib di mana tidak ada ISIS, di Aleppo Anda menyerang milisi moderat, di Homs Anda melakukan hal yang sama.”
Qatar merasa bahwa strategi Rusia adalah untuk menjaga agar rezim Asad tetap berkuasa, tetapi mengapa mereka harus menempatkan pasukannya di medan perang. Qatar menduga bahwa ada kecemburuan terhadap Iran.
“Jika Rusia memiliki tujuan yang sama seperti Iran, mereka tidak akan perlu untuk menempatkan pasukannya di tanah Suriah. Mereka hanya akan memberikan perlindungan udara untuk pasukan Iran dan ‘Hizbullah’. Tapi Rusia bersikeras untuk terlibat langsung di Suriah, dan itulah yang meyakinkan kita bahwa ada persaingan di sana.”
Qatar berpikir aliansi pimpinan AS tidak memiliki strategi yang tepat, dan upaya yang dilakukan oleh AS untuk melatih milisi moderat berakhir dengan kegagalan, ketika mereka yang direkrut dan dilatih itu menyerahkan senjata mereka kepada Jabhah Nusra, kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
“Mereka melatih orang yang ‘salah’.” kata Sumber Qatar.

Serangan Rusia atas Suriah Dinilai Memperjelas Haq dan Bathil

Jum'at, 9 Oktober 2015 - 08:38 WIB
Perang di Suriah dinilai sebagai permulaan akhir zaman
Keterlibatan Rusia dan Iran yang menyerang Suriah dinilai semakin memperjelas akan status mana yang haq dan bathil.
Pernyataan ini disampaikan Pimpinan AQL Islamic Center, Bachtiar Nasir, kepada hidayatullah.com, Jum’at (09/10/2015).
“Jadi ini juga nikmat dari Allah, kalau yang kita hadapi saat ini adalah aliansi komunis dunia dibawah bendera Rusia. Yang juga didukung oleh Iran,” ujar Bachtiar.
Menurutnya, hal itu juga merupakan nikmat dari Allah karena membuat jelas siapa musuh Islam sebenarnya.
Selain itu, lanjut Bachtiar, nikmat yang didapat dari serangan Rusia ke Suriah ini adalah mulai tereduksinya perpecahan umat Islam dan cenderung membuat bersatu.
“Ini semakin mengkerucut, mujahidin mulai merapatkan barisan. Kebersamaan tokoh Islam dengan masyarakat juga semakin nampak. Apalagi yang menjadi musuh bersama juga jelas,” paparnya.
Untuk itu, Bachtiar berpesan, peristiwa ini juga menjadi perenungan tersendiri bagi tokoh Islam tentang keputusan dan strategi apa yang akan diambil.
“Kita harus berjuang dengan optimis. Ini adalah konsekuensi dari permulaan perang akhir zaman,” pungkasnya. */Yahya G. Nasrullah
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/10/09/80438/serangan-rusia-atas-suriah-dinilai-memperjelas-haq-dan-bathil.html

Intervensi Rusia ke Suriah, MUI: “Mereka Takut Rezim Asad Jatuh ke Tangan Mujahidin

Sabtu, 26 Zulhijjah 1436 H / 10 Oktober 2015 05:21
Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ustadz Fahmi Salim, MA mengatakan, dalam intervensi militer dan politiknya ke Suriah, Rusia bersama Basyar Asad mempunyai kepentingan tersendiri yakni agar rezim yang telah hampir 50 tahun bercokol itu tidak jatuh ke tangan Mujahidin Ahlussunnah yang mereka sebut sebagai kaum militan.
“Mereka takut kekuasaan yang selama ini diwarisi itu beralih kepada kelompok Mujahidin ahlussunnah,” kata Fahmi kepada salam-online, di Jakarta, Kamis (8/10).
“Ketakutan begitu dirasakan oleh rezim Asad. Mujahidin adalah kelompok yang jelas ahlussunnah wal jamaah, dimana mereka tidak pernah rela melepaskan kekuasaan tersebut kepada kaum kuffar,“ tegasnya.
Menurut Fahmi, agresi militer yang dilakukan Rusia kepada Suriah merupakan skenario lama yang ingin diulang seperti dahulu pernah dilakukan di Afghanistan.
“Hal yang sama pernah terjadi, dulu mereka masuk ke Afghanistan dalam rangka mempertahankan rezim pro komunis untuk menghancurkan kelompok Mujahidin. Menurut saya, ini skenario yang sama terulang,“ ujar Fahmi Salim kepada salam-online, Kamis (9/10).
Umat Islam di seluruh dunia, menurut Fahmi, harus menyikapi persoalan yang sedang terjadi di Suriah karena membahayakan umat Islam.
“Ini harus disikapi oleh umat Islam di seluruh dunia. Jika tidak, maka akan membahayakan umat Islam. Perlu adanya persatuan umat Islam,“ serunya.
Fahmi menilai tindakan yang dilakukan oleh Rusia kepada kelompok-kelompok perlawanan terhadap rezim Basyar Asad di Suriah adalah bukti nyata bahwa Rusia ingin menghancurkan umat Islam dan bertujuan hendak mengambil alih kekuasaan di Suriah.
“Rusia ikut terlibat dalam memerangi (lawan-lawan Asad) di Suriah sebenarnya mereka ini mau mencari kekuasaan dengan membantu rezim Asad yang sangat kejam kepada rakyatnya. Ini merupakan tindakan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban dunia, karena ini dapat menyeret perang besar,“ tandasnya.
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta ini menuturkan bahwa PBB yang seharusnya berperan aktif dalam menangani konflik di Suriah justru tidak memiliki peran sama sekali.
“PBB tidak berperan sama sekali dalam mengenengahi konflik yang ada. PBB hanya mengurusi masalah pengungsi, tetapi justru peran yang dibutuhkan sekarang adalah memiliki kekuatan untuk menahan dan melarang negara-negara yang tidak berkepentingan ikut campur dalam menangani konflik di Suriah,“ terangnya.
Ia menilai ini merupakan sebagai bukti kelemahan dan ketidakmampuan PBB untuk mengontrol anggotanya, terutama yang memiliki hak veto.
“Melihat ketidakmampuan PBB, saya kira umat Islam harus menyatakan sikap yang kompak menolak dan mengutuk serangan Rusia di wilayah-wilayah pejuang Suriah yang memang seluruh ulama dunia Islam bersepakat menyatakan perjuangan rakyat Suriah untuk meraih kemerdekaan,“ ujarnya menegaskan. (EZ/salam-online)