Sunday, November 1, 2015

DR Anung Al-Hamat: Lupanya Renita Dan Salah Kaprah Rukun Iman Syiah

DR Anung Al-Hamat: Lupanya Renita dan Salah Kaprah Rukun Iman Syiah
Ustadz Anung Al-Hamat,
Dalam konferensi pers di LBH Jakarta pada Rabu, (29/10) aktivis Syiah Emilia Renita menyatakan upaya dia dalam mengadvokasi kasus-kasus Syiah ialah untuk menuntut keadilan. Karena, bagi dia, keadilan (Al-Adalah) merupakan rukun iman Syiah yang pertama.
“Di kita itu harus adil. Adil, Al-Adalah itu rukun iman yang pertama. Ukuran orang Syiah, kalau dia tidak adil berarti dia tidak beriman,” kata Renita. Baca juga: Beda dengan Islam, Emilia Renita Sebut Rukun Iman Pertama Syiah adalah Al-Adalah
Pengakuan mantan istri Jalaluddin Rakhmat ini akhirnya membuka kedok Syiah yang selama ini mengaku bagian dari mazhab Islam. Bagaimana mungkin Syiah bagian dari Islam jika pokok ajaran, rukun Iman dan rukun Islamnya saja berbeda. Lantas apa pendapat para ulama mengenai keadilan versi syiah dan ajaran Islam?
Di akhir pekan ini, Kiblat.net berhasil mewawancarai Direktur Forum Studi Sekte-sekte Islam (FS3I) DR Anung Al-Hamat. Berikut hasil wawancara Ahmad Furqon, reporter Kiblat.net kepada Ustadz Anung terkait pernyataan Emilia Renita di kediamannya pada Sabtu, (31/10).
Kiblat.net: Beberapa waktu lalu, aktivis OASE Emilia Renita menyatakan bahwa advokasi yang dia lakukan merupakan upaya untuk memperjuangkan keadilan, karena keadilan merupakan rukun iman Syiah yang pertama. Apa tanggapan ustadz?
Pernyataan Emilia mengatakan keadilan merupakan rukun iman Syiah yang pertama ini ada dua kemungkinan. Yang pertama, mungkin dia lupa dengan buku yang dia susun dengan mantan suaminya Jalaludin Rakhmat, yang berjudul ’40 Masalah Syiah’.
Di dalam buku '40 Masalah Syiah' tulisan Emilia Renita sendiri dijelaskan rukun iman pertama Syiah adalah Tauhid, bukan Al-Adalah.
 Di dalam buku ’40 Masalah Syiah’ tulisan Emilia Renita sendiri dijelaskan rukun iman pertama Syiah adalah Tauhid, bukan Al-Adalah.
Padahal dalam buku tersebut dijelaskan rukun iman (Syiah) yang pertama adalah tauhid, lalu keadilan (Al-Adalah), Nubuwah, Imamah, Al-Ma’ad. Walapun dalam perincianya jelas terjadi banyak perbedaan dengan (Ahlusunnah, red).
Tauhid (Syiah) jangan dibayangkan sama seperti tauhidnya Sunni. Bila dikaitkan dengan keadilan versi Syiah, itukan yang keadilannya Allah SWT. Secara ringkas saja, percaya keadilan Illahi. Ini nanti dalam ajaran Syiah itu mirip dengan ajaran Mu’tazilah, mengingkari adanya takdir.
Jadi, yang pertama komentar saya mengenai pernyataan dia, kemungkinan dia lupa dengan buku yang ia susun. Yang kedua, atau memang bisa jadi Emilia ini terpengaruh dengan ajaran Mu’tazilah. Dan itu memang, dalam rumusan rukun iman Syiah itu mengadopsi rumusan rukun iman Mu’tazilah.
Kiblat.net: Apa persamaan dan perbedaan keduanya?
Mu’tazilah ini merupakan aliran yang digagas Wasil bin Atha, mereka memang meletakkan rukun iman pertamanya, keadilan. Maka, di sini dikatakan “Wabanaa madzhabahum ala ushulil khomsah  al qisamuha al ‘adl wattauhid”. (Dan madzhab mereka dibangun atas lima hal yang pokok, termasuk (bagian dari lima pokok tadi) adalah Al-Adl dan tauhid).
Jadi kalau Mu’tazilah bedanya dengan Syiah, Muktazilah meletakkan rukun iman yang pertama keadilan terus baru tauhid. Tapi kalau Syiah, Tauhid dulu baru Al-Adalah. Jadi, antara Mu’tazilah dengan Syiah ada kemiripan dari sisi masalah rukun iman.
Berkaitan dengan adil, lalu dia harus memperjuangkannya kemudian kalau tidak adil itu dianggap kafir, itu adalah (keyakinan) Syiah. walaupun semuanya tidak tepat. Sebab keadilan illahi itu kan, dalam keyakinan Syiah berarti Allah tidak boleh menzalimi dan tidak mungkin Allah itu melakukan keburukan, lalu Allah menyiksa seseorang yang melakukan keburukan itu.
Jadi, barometer keadilan versi Syiah dan Mu’tazilah intinya bahwa, Allah tidak boleh melakukan kezaliman dan di antara bentuk kezaliman itu adalah Allah menyiksa seseorang yang melakukan keburukan dan dengan keburukan itu kemudian Allah menciptakannya, itu adalah tidak adil.
Kiblat.net: Berarti keadilan yang dimaksud dalam prinsip ajaran Syiah sendiri salah dipahami oleh Emilia Renita?
Kalau kaitannya dengan ia memperjuangkan keadilan dan kemudian ia melakukan (upaya perlawanan hukum, red) kepada Walikota Bogor Bima Arya, lantas Bima dikatakan zalim dan tidak adil, itu nantinya persis dengan ajaran Mu’tazilah. Di Mu’tazilah ada ajaran Al-Amru wal Ma’ruf, itu ajaran Mu’tazilah yang menjadi rukun iman Mu’tazilah. Di antaranya ialah memerangi para pemimpin yang tidak kafir tapi melakukan kezaliman, istilahnya boleh memberontak. Padahal mungkin masih ada kebaikan yang ada pada dirinya.
Mungkin dalam pernyataan Emilia, pertama dia lupa. Kedua, bisa jadi dia sudah terkena pemikiran Mu’tazilah. Kemudian ia menggunakan alasan memperjuangkan keadilan itu, padahal sebenarnya tidak tepat juga dengan alasan Al-Adalah itu.
Surat Edaran Walikota Bogor terkait pelarangan Asyura.
Kiblat.net: Emilia juga mengatakan dalam ukuran orang Syiah kalau tidak adil maka dia tidak beriman. Apakah dalam ajaran Syiah memang dimaksudkan seperti itu, jika tidak adil maka dia kafir?
Masalahnya dari awal dia membangun pola pikirnya terkait Al-Adl ini sudah keliru. Keadilan itu kan keadilan Allah, bukan keadilan manusia. Kalau kemudian dikaitkan orang yang tidak adil itu dikatakan kafir itu sudah menjadi pembicaraan tersendiri.
Memang, itulah ciri khas di kalangan Syiah. Bagi Syiah, seluruh  hadist-hadis tentang Khawarij itu berlaku. Khawarij itu mudah mengkafirkan. Nah, Syiah itu dengan Khawarij sama-sama mudah mengkafirkan. Misalkan, ada orang yang tidak adil langsung divonis kafir. Divonis tidak beriman. Itu adalah gaya-gaya Syiah. Mudah mengkafirkan. Dan Syiah jauh lebih dahsyat dan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan Khawarij.
Kiblat.net: Emilia juga sesumbar akan membuat aliansi tandingan ANNAS, yaitu Aliansi Anti Sunni, bagaimana tanggapan ustadz?
Itu sah-sah saja, hanya nanti umat Islam tidak boleh diam. Yang kita harapkan kalau memang itu betul, Emilia membuat aliansi anti sunni, itu berarti langkah umat Islam harus lebih riil lagi dalam menghadapi aliran Syiah. Itukan berarti permusuhannya sudah terang-terangan.
Yang kedua, nanti semakin jelas kalau terbentuk aliansi anti sunni. Akan semakin jelas siapa-siapa saja orang di belakang Emilia, di lembaga apa, yayasan-yayasan apa. Kalau itu benar terjadi, itu akan semakin merapatkan kaum Muslimin dan harapannya Islam akan bisa semakin bersatu dan melawan kekuatan syiah. Karena kita tidak ingin apa yang terjadi di Suriah terjadi juga di Indonesia. Umat Islam intinya harus melakukan pencegahan dini agar api itu tidak semakin membesar dan kita bisa memadamkannya terlebih dahulu.
Reporter: Ahmad Furqon

Editor: Fajar Shadiq