Monday, December 28, 2015

Utusan Yang Mengguncang Singgasana Persia


Arab pada zaman sebelum Rasulullah SAW adalah wilayah yang terbelakang dan keadaan alamnya tidak potensial, saat itu belum ditemukan minyak. Saking terbelakangnya, dua imperium raksasa Persia dan Romawi tidak berminat menaklukkan daerah tersebut.


Setelah Arab mendapat sinar Islam, peradaban baru ini pun menjadi mercusuar dunia. Dua imperium saat itu, Persia dan Romawi mulai takluk.
Pada masa Khalifah Umar bin Khathab, laju peradaban Islam tak terbendung. Satu demi satu, sejengkal demi sejengkal wilayah Persia-Romawi dalam rengkuhan Islam.

Pertempuran Al-Qadisiyyah (Bahasa Arab: معركة القادسيّ) adalah pertempuran yang menentukan antara pasukan muslim dengan pasukan Persia pada saat periode pertama ekspansi muslim yang berakhir dengan penaklukan Islam atas seluruh Persia dan berhasil mengubah keyakinan mereka menjadi Islam sampai dengan saat ini. Pertempuran ini terjadi kurang lebih pada tahun 636 M, era Khalifah Umar bin Khathab.

Pasukan Persia dipimpin panglima perangnya Rustam Farrokhzad. Sedang pasukan Islam dipimpin panglima  Sa'ad bin Abi Waqqash.

Sebelum teerjadi pertempuran, pangliman Rustam meminta utusan dari pasukan Islam untuk datang dan berdialog, sekaligus memperlihatkan kehebatan dan kemegahan Persia agar pasukan Islam gentar.

Sa’ad mengirim beberapa utusan, salah satunya Rib’iy bin Amir ats-Tsaqafi yang kedatangannya mengguncang singgasana Persia. 

Rustam menyambut kedatangan Rib'iy dengan memamerkan keangkuhan dan kebesaran Persia. Dihamparkannya permadani super mewah sepanjang 400 langkah. Para pembesar mengenakan baju yang bersulam emas. Mereka menghiasi tempat pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa yaqut, permata-permata mahal, dan perhiasan lainnya yang menyilaukan mata, sementara Rustam memakai mahkota sedang duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas. 

Bayangkan apabila itu terjadi kepada kita, sangat wajar jika rasa minder itu tiba-tiba muncul. Tapi tahukah Anda bagaimana sikap Rib'iy? Lakik banget! Kata-kata yang keluar dari mulutnya bagai nyala api.

Dengan gagah, Rib’iy yang mengenakan pakaian sederhana masuk membawa tombak, perisai dan tetap mengendarai kudanya yang pendek, Rib’iy masih tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani. Kemudian dia turun serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal yang terhampar.

Setelah itu dia langsung masuk dengan senjata, baju besi, dan penutup kepalanya, maka pengawal Rustam berkata, “Letakkan senjatamu!” Rib'iy menjawab, “Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika tidak kalian izinkan aku akan segera kembali. Rustam berkata, “Biarkan dia masuk.”

Rib’iy pun datang sambil memegang tombaknya sebagai tongkat, posisi ujung tombak ke bawah hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.

Rustam bertanya padanya, “Apa yang membuat kalian (pasukan Islam) datang ke sini (wilayah Persia)?”

Rib’iy menjawab dengan ucapan bak nyala api yang tercatat dalam sejarah:


الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله


“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah semata, dan mengeluarkan mereka dari kesempitan dunia menuju luasnya akhirat, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima seruan dakwah ini, kami akan merasa senang menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah”

Mereka bertanya, “Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian?”

Dia menjawab, “Yaitu surga bagi siapa saja dari kami yang terbunuh dalam peperangan ini, dan kemenangan bagi yang hidup.”

Mendengar untain-untain kalimat dari Rib'iy, Rustam terpana.

Rustam berkata, “Aku telah mendengar seluruh perkataan kalian tetapi maukah kalian memberi kami tangguh sejenak hingga kami berpikir dan kalian juga berpikir?”

Rib'iy mengatakan, “Ya! Berapa hari kalian minta ditangguhkan? Satu atau dua hari?”

Rustam berkata, “Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimpin kaum kami.”

Rib’iy berkata, “Rasul kami tidak pernah mengajarkan kepada kami untuk menunda peperangan setelah bertemu musuh lebih dari tiga hari, maka silahkan kalian berpikir ulang dan pilih satu pilihan jika masa penangguhan berakhir.”

Mereka bertanya, “Apakah engkau pemimpin mereka?” Dia menjawab, “Tidak, tetapi seluruh muslim ibarat satu tubuh, yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang paling tinggi sekalipun.”

Akhirnya Rustam segera mengumpulkan para petinggi kaumnya dan berkata kepada mereka, “Pernahkah kalian melihat seseorang yang perkataannya lebih mulia dan lebih baik dari orang ini?”

Mereka berkata, “Jangan sampai engkau terpengaruh dengan ucapan anjing ini dan meninggalkan agamamu, tidakkah kau lihat bagaimana pakaiannya?”

Dia berkata kepada mereka, “Celakalah kalian jangan hanya melihat kepada penampilan dan bajunya, tetapi lihatlah betapa cemerlangnya perkataan pemikiran dan jalan hidupnya. Sesungguhnya orang Arab tidak pernah merasa bangga dan begitu peduli dengan pakaian dan makanan. Tetapi mereka benar-benar menjaga harga diri.”

Pada akhirnya ajakan Rustam tak diterima para pembesar lain... dan terjadilah Perang Qadisiyah dimana pasukan Persia kalah telak dan istana putih Persia beserta wilayah dan kekayaannya jatuh ke tangan kaum muslimin... persis yang pernah disampaikan Rasulullah SAW semasa masih hidup...

“Sungguh sekelompok kaum muslimin akan menguasai gudang-gudang harta Kisra yang terdapat di istana Putih”. [Hadith Sahih Riwayat Imam Muslim]