Hubungan Iran-Saudi Memanas,
Umat Islam Indonesia Diminta Waspada Provokasi Syiah
5 Januari 2016
ALHIKMAH.CO—Buntut
dibakarnya Kedubes Arab Saudi di Teheran Iran, Saudi pun memutus hubungan
diplomatik dengan Iran. Selain di Iran, protes massa Syiah yang menolak
eksekusi mati tokoh Syiah Nimr al Nimr terjadi di berbagai negara seperti
Bahrain tak terkecuali Indonesia. (baca juga:Demonstran Syiah di Bahrain Bentrok dengan Polisi)
Penulis
buku Hamas Mengapa Dibenci Israel, Dr. Tiar Anwar Bachtiar
mengatakan aksi dan provokasi Syiah di berbagai negara khususnya di Indonesia
perlu diwaspadai.
“Kaum
Syiah di Indonesia sudah mulai provokasi dengan mendemo keputusan Saudi
mengeksekusi Al Nimr,” kata Tiar Anwar kepada Alhikmah, Selasa (05/01/2016).
Doktor
Sejarah Universitas Indonesia ini mengatakan konsekuensi memanasnya hubungan
Saudi-Iran bisa saja terjadi di Indonesia. “Harus diwaspadai, umat Islam
Indonesia harus sudah bersiap dengan segala kemungkinan yang akan
terjadi, termasuk provokasi syiah di Indonesia,” tambahnya.
Seperti
diberitakan sebelumnya, Arab Saudi mengeksekusi mati Tokoh Syiah Nimr al Nimr
karena dianggap melakukan tindakan makar dan terorisme. Nimr al Nimr hanya
salah satu di antara empat tokoh Syiah yang dieksekusi di antara 43
terdakwa lainnya. (dita/mr/alhikmahco)
Monday,
January 11, 2016
TEHERAN (atjehcyber) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber-Ansari
memperingatkan, pihaknya meminta Indonesia dan sejumlah negara Islam lainnya
tidak ikut terlibat dalam "perang kedutaan" yang dilancarkan Arab
Saudi.
"Beberapa negara Islam seperti Indonesia,
Turki, dan Pakistan sebaiknya tidak memasuki "perang kedutaan" dengan
Iran," kata Ansari dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir IRNA pada
Minggu (10/1).
"Perang kedutaan" yang dimaksud Ansari
adalah kebijakan Saudi yang memutus hubungan dengan Iran, dan menempatkan
tekanan pada negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama.
Beberapa negara seperti Kuwait dikabarkan
mengikuti langkah Saudi, dengan menarik pewarkilan mereka dari Teheran.
Dirinya menuturkan tidak ada keuntungan bagi
mereka yang terlibat dalam "perang kedutaan" dengan Iran. Hal ini
dikarenakan, Saudi sedang mengalami masalah interim, dimana para penguasa Suadi
mulai dihantam krisis ekonomi, dan politik.
"Kami mendesak House of Saud untuk siap
menerima realitas dalam negeri mereka, di wilayah, dan di seluruh dunia dan
menghentikan kebijakan destruktif dan perang yang telah mempengaruhi citra
mereka," sambungnya. */irna