Jenderal Iran “Serang” Arab Saudi
Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, untuk pertama
kalinya menyerang Arab Saudi secara tegas di hadapan publik. Ia sesumbar, rezim
Saudi akan runtuh dalam waktu dekat.
Serangan keras itu dikeluarkan
dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di Teheran pada
Senin (27/04). Acara itu juga dihadiri para pejabat dan komandan militer Iran.
“Pemerintah Iran jangan
berkompromi lagi dengan rezim Saudi, karena dalam waktu dekat rezim Ali Suud
akan lengser,” sesumbar Jakfari di hadapan para pejabat Iran.
Ia menyeru para pejabat
meninggalkan pernyataan-pernyataan yang mengkritik rezim Saudi. Hal itu sudah
tidak berguna, oleh karenanya saat ini kita harus tegas bersikap kepada mereka.
Ditambahkannya, para pejabat juga
harus meninggalkan upaya-upaya diplomatik terhadap rezim Saudi. Operasi
yang digulirkannya di Yaman sangat tegas menunjukkan jati diri mereka.
Seperti diketahui, Iran menentang
keras operasi Teluk untuk menggempur Syiah Hautsi di Yaman. Hubungannya dengan
saudi pun menegang seiring operasi itu.
Sementara Saudi menyikapi
berbagai kritikan tajam Iran dengan santai. Saudi mengatakan, Yaman bukanlah
bagian dari Iran, kenapa harus marah. Di sisi lain, yang ditargetkan adalah
pemberontak yang membuat kekacauan.
Sumber: arabi21.com
Penulis: Hunef Ibrahim
Sebuah pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh salah seorang jenderal
Iran. Morteza Ghorbani, nama jenderal itu, mengatakan pihaknya telah menyiapkan
2000 rudal yang siap ditembakkan ke Arab Saudi kapan saja.
“Semua
tinggal tunggu perintah Pimpinan Tertinggi Revolusi,” kata Ghorbani yang saat
ini menjabat Kepala Lembaga Museum Revolusi Iran.
Lebih
jauh Ghorbani mengatakan, Iran tidak perlu takut menghadapi ancaman dari pihak
musuh, karena memiliki pengalaman dalam perang Irak yang kala itu mampu
bertahan dengan persenjataan terbatas.
“Namun
hari ini, apabila ada perintah dari pimpinan tertinggi Revolusi, Khomeini untuk
menyerang Saudi, maka sudah ada 2000 rudal yang siap ditembakkan dari Asfahan,”
tambahnya baru-baru ini seperti dikutip Dakwatuna.
Ghorbani
menambahkan, saat ini Garda Revolusi Iran telah berada di Yaman, Suriah, Irak
dan Lebanon. Ia mengklaim sangat mudah untuk melakukan hal yang sama ke Saudi,
semuanya tinggal menunggu perintah Khomeini sebagai pemimpin tertinggi revolusi
dan representasi dari Imam Mahdi. [Ibnu K/Bersamadakwah/syiahindonesia.com]
Jenderal Iran Sebut
Kudeta Yaman Bagian dari Revolusi Iran
Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, Senin (27/04),
menyebut kudeta pemberontak Syiah Hautsi di Yaman merupakan bagian dari
revolusi Iran. Operasi Teluk yang dipimpin Saudi di negara itu sama saja
memerangi revolusi Iran.
“Rezim Saudi hari ini
mencengkeram untuk memerangi revolusi Iran dan membiarkan Israel, melalui
agresinya menargetkan Yaman dan rakyatnya yang memerangi kezaliman,” demikian
ungkap Jakfari dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di
Teheran.
Ia menjelaskan bahwa revolusi
Iran tidak sebatas hanya di dalam negeri, akan tetapi melebar ke negara-negara
Timur Tengah dan Barat. Revolusi itu diklaim untuk menghapus rezim-rezim tirani
menurut pandangan Iran.
Dalam kesempatan itu, Jakfari
juga “menyerang” rezim Arab Saudi. Ia menegaskan bahwa melengserkan rezim Saudi
adalah target kedua revolusi Iran.
“Target pertama revolusi Iran
meruntuhkan Uni Soviet. Target kedua akan menghancurkan rezim Ali Suud di Timur
Tengah,” kata Jakfari.
Jakfari mendesak para pejabat
Iran tidak lagi hanya mengkritik Saudi dalam berbagai pernyataan. Namun,
tegasnya, saat ini kalian harus bersikap tegas terhadap negara tersebut.
Sumber: arabi21.com
Penulis: Hunef Ibrahim
Jenderal Iran: Ekspor
Revolusi Syiah Iran Masuki Babak Baru
Seorang jenderal Iran menyatakan bahwa ekspor revolusi Syiah Iran telah
memasuki babak baru. Dia menyebutkan sejumlah wilayah yang telah menjadi
sasaran penyebaran paham politik Syiah yang ujungnya merebut kekuasaan seperti
di Bahrain, Yaman dan Afrika Utara.
“Revolusi ‘Islam’ melaju dengan
kecepatan yang baik, ini menjadi contoh ekspor revolusi yang terus meningkat,”
Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, Rabu (11/03).
Pernyataan jenderal itu
disampaikannya di hadapan Dewan Ulama Syiah Iran, di tengah sorotan berbagai
pihak terkait keterlibatan Iran dalam mendukung rezim Syiah Suriah pimpinan
Bashar Assad, yang telah membantai ratusan ribu rakyatnya. Jafari juga
menyatakan bahwa pasukan Garda Revolusi Iran telah dikerahkan untuk mendukung
Baghdad dan Damaskus.
“Tahap ekspor revolusi telah
memasuki babak baru,” imbuh Jafari.
Pernyataan Jafari ini kembali
mempertegas pernyataan seorang Jenderal Iran yang lain yaitu, Qassem Suleimani.
Suleimani yang merupakan pemimpin Pasukan Al-Quds, sayap militer Garda Revolusi
Iran, yang telah ditempatkan di Irak untuk membantu memerangi pejuang ISIS.
“Hari ini kita melihat
tanda-tanda revolusi ‘Islam’ yang diekspor di seluruh wilayah, dari Bahrain
sampai Irak dan dari Suriah hingga Yaman dan Afrika Utara,” imbuhnya.
Revolusi Iran yang dipimpin oleh
Ayatullah Khomeini terjadi pada tahun 1979. Dengan mengatasnamakan ‘revolusi
Islam’, revolusi yang pada hakikatnya revolusi Syiah Imamiyah itu telah
mengecoh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Revolusi yang bermuara pada
upaya merebut kekuasaan tersebut terus dikampanyekan oleh Iran ke berbagai
wilayah, salah satu yang telah terbukti adalah kudeta pemberontak Syiah Hautsi
di Yaman.
Sumber :
Al-Arabiya
Penulis : Imam Suroso
Jenderal Iran : Perang Terhadap Suriah, Perang Terhadap Iran
khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - Perang terhadap Suriah saat ini, hakekaktnya perang
terhadap Iran, kata seorang jenderal Iran atas seperti dikutip kantor
berita setengah resmi ILNA, Jum'at.Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran,
Jenderal Hassan Feiruzabady, yang melakukan pertemuan dengan Presiden Presiden
Suriah Bashar al-Assad, dan disertai Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar
Salehi di Damaskus awal pekan ini, Bashar al-Assad mengatakan, perang terhadap
Suriah, hakekatnya perang terhadap Iran, ujar Bashar. "Suriah
bukanlah target sebenarnya, tetapi targetnya adalah mengakhiri kekuatan
seluruh perlawanan," kata Assad kepada Salehi."Bashar al-Assad
mengatakan, karena Suriah merupakan garis terdepan dalam melakukan perlawanan
menghadapi pendudukan Yerusalem. Hal ini karena Suriah berada di garis
depan depan selama bertahun-tahun, "kata pejabat tinggi Iran. Bashar
al-Assad merujuk pada pendudukan Israel oleh "penjajah
Yerusalem."Feiruzabady, dikenal karena hubungan dekatnya dengan Ayatullah
Ali Khamenie, dan mengatakan bahwa "menghadapi agresi Israel
sebagai salah satu tujuan utama dan ambisi revolusi Islam Iran, maka Iran dan
Suriah harus bergandengan tangan dalam mencapai tujuan ini. "Oposisi
Suriah sering menuduh Teheran mendukung rezim Suriah dengan senjata. Beberapa
hari terakhir telah menyaksikan beberapa pernyataan oleh pejabat Iran mengenai
campur tangan Iran di Suriah.Anggota Barat Dewan Keamanan PBB mengecam Iran
yang membantu Assad dengan senjata dalam skala besar yang bertujuan
menghancurkan para pejuang oposisi, yang sudah berlangsung selama 18-bulan yang
bertekad menggulingkan pemerintahannya."Pengiriman senjata Iran
kepada rezim Assad Suriah menjadi perhatian khusus," kata Duta Besar AS
untuk PBB Susan Rice, di depan anggota Dewan Keamanan PBB, selama berlangsugnya
pertemuan, yang membahahs terhadap rezim Iran badan.Pengiriman senjata secara
besar-besaran ke Iran melalui Irak itu, dilakukan oleh pasukan Pangawal
Revolusi dan Garda Republik. Iran bukan hanya saja mengirimkan senjata kepada
Suriah, tetapi juga mengirimkan pasukan reguler, terdiri dari Pengawal Revolusi
dan Garda Republik, guna menyelamatkan Bashar al-Assad.
Sementara itu, Bashar
al-Assad menegaskan bahwa pasukan oposisi (FSA), tidak akan pernah memenangkan
perang di Suriah, dan menyerukan pasukan FSA meletakkan senjata, dan melakukan
dialog dengan pemerintah Suriah, tegasnya.Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant
bergema kecaman Rice transfer senjata ke Suriah."Ini tidak bisa diterima
dan harus dihentikan," katanya. "Ini sangat kontras dengan
kehendak rakyat Suriah dan pengingat kemunafikan Iran dalam mengklaim untuk
mendukung kebebasan di dunia Arab."Jerman Duta Besar Peter Wittig
mengatakan kekhawatiran tentang dukungan Iran untuk Assad "yang diperburuk
oleh laporan terbaru mengganggu menunjukkan bahwa Iran adalah pengiriman
senjata ke Suriah di bawah dalih kemanusiaan."Baik Rusia maupun China,
yang telah bergabung dalam veto tiga resolusi yang akan mengutuk serangan Assad
terhadap oposisi,dan menolak tuduhan tentang pengiriman senjata ke Suriah.
Sejatinya, Suriah tidak
pernah menjadi garda terdepan melawan Zionis-Israel, justeru ayahnya, Hafez
al-Assad, berkhianat telah menyerahkan Dataran Tinggi Golan kepada
Zionis-Israel dalam perang "Enam Hari", tahun l967, di mana pasukan
Hafez al-Assad, meninggalkan begitu saja palagan perang,dan kemudian Dataran
Tinggi Golan, dicaplok oleh Zionis. af/ab
Jenderal
Iran: Bashar Al-Asad Berperang Atas Nama Iran
Kantor berita Iran, Fars News Agency, baru-baru ini menulis laporan
pernyataan seorang Jenderal Iran yang sangat mengejutkan. Laporan itu
mengungkap bahwa Iran mengaku akan mengirim ratusan pasukan dan membentuk
brigade Hizbullah kedua, setelah Hizbullah Lebanon.
Jenderal Husain Hamdani, mantan
komandan Garda Revolusi mengatakan dalam pertemuannya di Komite Andiminstrasi
di provinsi Hamdan bahwa Bashar Al-Asad berjuang di Suriah atas nama Iran. Ia
mengungkapkan bahwa negaranya telah siap mengirim 130 pasukan ke Suriah. Tidak
hanya itu, ia juga berbicara akan membentuk brigade Hizbullah Suriah.
Hamdani menjelaskan dalam
pernyataannya, para komandan militer tinggi Iran menegaskan akan membentuk
Hizbullah Suriah yang diungkapkan sebagai Hizbullah kedua, setelah Hizbullah
Lebanon. “Dengan bantuan Allah bangsa Iran membentuk Hizbullah kedua di
Suriah,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa Iran
hari ini bertempur di Suriah untuk membela kepentingan ‘Revolusi’. Ia
mengatakan bahwa perang di Suriah lebih penting dari pada perang Irak.
Atas berita ini, seperti
dilaporkan kantor berita Al-Arabiya, Selasa (06/05), Lembaga dekat dengan Garda
Revolusi dan Dinas Keamanan Iran segera menghapus berita tersebut. Belakang
diketahui, berita itu diposting oleh media lokal di Iran, sebagaimana dilansir
dari kantor BBC bahasa Persia.
Perlu diketahui, beberapa waktu
lalu Hamdani yang merupakan mantan komandan brigade Syiah Muhammad Rasulullah
telah menyatakan atas situasi di Suriah baru-baru ini. Menurutnya, ia senang
melihat Bashar Al-Asad hidup lebih baik dari pada para penentangnya (kubuh
oposisi). [hunef]
Jenderal
Iran Akui Negaranya Memimpin Perang Melawan Mujahidin di Suriah
Penasehat milter
pemimpin tertinggi Syiah Iran, Yahya Rahim Safavi, mengungkapkan bahwa militer
Iran adalah pemimpin sebenarnya dalam perang suci melawan mujahidin di Suriah.
Pernyataan ini dikatakan Yahya Rahim Safavi dalam
kunjungannya ke rumah keluarga almarhum Jenderal Hossein Hamadani, yang tewas
saat memimpin perang melawan mujahidin Suriah di kota Aleppo pada bulan Oktober
kemarin.
“Iran akan selalu berusaha mencegah jatuhnya rezim Syiah
Assad dari kekuasaan melalui pembentukan Front Internasional untuk melawan
mujahidin Suriah,” ujar Yahya Rahim Safavi seperti dilansir kantor berita
Farsi.
Yahya Rahim Safavi melanjutkan, “Kami tahu bahwa mereka
(Islam Sunni) telah merencanakan serangan jangka panjang yang dimulai dengan
Bashar Al Assad di Suriah, kemudian Syiah Hizbullah di Lebanon, lalu bergerak
menuju Irak dan sasaran terakhir adalah Iran.”
Perlu diketahui bahwa Front Internasional yang dimaksud
oleh Yahya Rahim Safavi adalah koalisi Syiah Timur Tengah seperti milisi Syiah
Irak, Hizbullah Lebanon, Syiah Pakistan dan Afghanistan, ditambah dengan Rusia.
(Alarabiya/Ram)
Garda Revolusi: Kami Akan Perangi Negara Arab yang Musuhi
Revolusi Khomeini
Pasukan Garda Revolusi Iran, Selasa (09/09), menyatakan negaranya akan
menggulirkan pertempuran habis-habisan melawan negara-negara Arab yang memusuhi
revolusi Khomeini. Hal itu disampaikan komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal
Muhammad Ali Jafari, di depan anak buahnya komandan baris pertama di markas
Quds.
“Perang ini akan bergulir di
Timur Tengah. Kita harus menghadapinya dengan gagah berani, sebagaimana kita
juga ikut dalam pertempuran suci di Irak,” kata Ali Jafari seperti dinukil dari
situs online yang berafiliasi pada Garda Revolusi, Umriyun.
Jafari menekankan bahwa prestasi
paling penting yang harus diraih dari Revolusi Iran adalah mengekspornya ke
negara-negara Arab. Ia menunjukkan, hal itu telah dicoba dan berhasil di negara-negara
Arab sekutu Iran, Suriah dan Irak.
Ia juga mengatakan dalam
pembicaraannya tersebut, brigade Asyura dan brigade Imam Ali (satuan khusus di
Garda Revolusi) hari ini tengah menjalani tingkat tertinggi pelatihan militer
untuk siap menggulirkan pertempuran regional. Mereka disiapkan jika Iran
benar-benar bertempur dengan negara-negara Arab.
Dalam berita lain, Humas pasukan
Garda Revolusi Iran melaporkan sekelompok orang yang diungkapkan sebagai
“penjahat dan teroris” Selasa pagi menyerang pos perbatasan di daerah Sarwan.
Para gerilyawan tidak dikenal itu berusaha merebut dan menduduki pos tersebut.
Garda Revolusi mengaku,
pasukannya berhasil menggagalkan serang tersebut dan memukul telak para
penyerang. Militer Iran tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang serangan
terbaru itu.
Editor: Hunef
Sumber: dawaalhaq.com/youm7.com