Saturday, February 6, 2016

Apa dan Siapa disebut Zalim (ظلم). [ IT ]

Hasil gambar untuk orang zalim

[ IT : Interlude of topics ]
Banyak kita perhatikan orang gemar bicarakan agama ( kebaikan ) dengan antusias, banyak bangun masjid, banyak beramal, banyak membantu orang lain ( kesalehan sosial ), Gemar berdakwah, dan banyak kebaikan lain yang dilakukan.....namun pada saat yang sama mereka tanpa disadari berbuat dosa besar yang menjadikan mereka bangkrut ( ‘al-Muflis ). 
Zalim merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Asy-Syura : 42

"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di  muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".

Macam-macam perbuatan zalim secara umum adalah segala perbuatan yang mengotori hati, yaitu Pemakan Riba,Makan/mengambil “ yang menjadi hak orang lain walau tanpa perjanjian tertulis “, Korupsi/kolusi, Harta haram hasil kezaliman/Zalim dalam muamalat/ kezaliman terhadap hak-hak Allah ( lihat harta haram muamalat kontemporer, DR. Erwandi tarmizi,MA ),Merubah spesifikasi proyek/mark up/kongkalingkong tender/addendum illegal, dalam keadaan terdesak melanggar larangan/yang diharamkan  Allah, kamuflase seakan-akan dirinya bersih, tidak Qudwah sebagai ustadz/ulama/kyai, ghibah ( membicarakan keburukan orang lain), fitnah (menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), Merasa aman ( kebal ) dari ancaman Allah `azza wa jalla,Melakukan khulu’ yang tidak syar’i berakibat perzinahanEkploitasi terhadap wanita untuk tujuan komersil ( TKW ), dan sebagainya.

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur'an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al Zaljalah : 7-8

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".

Juz 6 Surah An-Nisa' ayat 148 yang berbunyi:
Artinya: "Allah tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."

Ayat ini “meleraikan” perkataan buruk atau sumpah serapah yang dilakukan oleh orang-orang yang teraniaya atau terzalimi, dan itu semua dikategorikan ke dalam “doa”. Doa orang orang yang terzalimi adalah mujarab langsung didengar dan dikabulkan olehNya, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, yang berbunyi:

“Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).

Di tangan mereka, doa lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari pasukan bersenjata. Maka, hati-hatilah terhadap doa orang terzalimi! Karena jika sudah keluar dari mulut, ia akan berjalan menuju langit. Segera melampaui cakrawala, menembus angkasa, dan diijabahi Yang Maha kuasa.

Larangan berbuat zalim sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Ibrahim : 42-45

"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai pada hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami beri tangguhlah kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan memenuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-rasul. (Kepada mereka di katakan): 'Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia), bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat kepada mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan" .

Di riwayatkan oleh Bukhari :

Dari Anas r.a berkata: Dari Rasulullah SAW, bahwasannya beliau bersabda: "Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya", sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya?" Beliau menjawab: "Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya".

Beberapa isi kandungan hadis yang dapat kita amati:
1. Perintah menolong saudara yang teraniaya (terzalimi), dengan cara membantu meringankan penderitaannya.
2. Perintah menolong saudara yang menganiaya (menzalimi), dengan cara mencegahnya agar tidak berbuat aniaya. Tiga cara mencegah orang yang berbuat zalim menurut pandangan agama Islam yaitu:
a. Dengan tangan, artinya cegah dengan kekuasaan, jabatan/kedudukan/ harta yang kita miliki.
b. Dengan lisan, artinya cegah dengan nasihat-nasihat yang baik (nasihat-nasihat agama, tulisan-tulisan atau artikel-artikel agama, dan lain sebaginya).
c. Dengan hati, artinya cegah dengan doa-doa yang baik kepada Allah, agar orang yang berbuat zalim itu di berikan hidayah dan ampunan dari Allah SWT. Dan inilah selemah-lemahnya iman.

Di riwayatkan oleh Muslim dan Turmudji:

Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: "Tahukah kamu siapa yang pelit ( bangkrut ) itu?", mereka (sahabat) berkata: "Ya Rasulullah, orang yang pelit menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang", (kemudian) Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya orang yang pelit dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak-hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkan kedalam neraka."

Hadis ini menjelaskan akan kerugian orang yang berbuat zalim kepada orang lain, yaitu :
1. Orang zalim dikatakan sebagai orang yang "pelit/bangkrut".
2. Di hari kiamat nanti (hari di hitungnya/hisab segala amal perbuatan), seluruh amal kebaikan orang yang menzalimi akan di berikan kepada orang-orang yang telah terzalimi.
3. Dan segala dosa-dosa orang yang terzalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi.
4. Orang-orang yang zalim akan dilemparkan ke dalam neraka.
sumber : SINI

Apa itu Dosa Besar?

Apa beda antara dosa besar (al kabair) dan dosa kecil (ash shogoir)? Apa itu “Dosa Besar”?
Dosa besar adalah di antara bentuk maksiat dan sesuatu yang Allah larang.
Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang dimaksud dosa besar adalah setiap dosa yang diancam neraka, terkena laknat, dimurkai atau dikenai siksa.
Jadi dosa besar termasuk maksiat dan suatu keharaman. Jika dosa tersebut diberi ancaman akhirat dan dikenai hukuman had di dunia, itulah yang disebut dosa besar (al kabair). Sedangkan jika tidak diberi siksa dan ancaman, maka termasuk dalam dosa kecil (ash shogoir).
Yang dimaksud definisi dari Ibnu ‘Abbas, dosa besar itu diberi azab atau siksa termasuk siksa di dunia berupa hukum qishosh, misalnya. Juga termasuk hukum potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk bagi pelaku zina, hukum rajam bagi yang menuduh wanita baik-baik berzina, semua ini termasuk dosa besar karena terkena hukuman had di dunia, atau dikenai murka atau laknat Allah.
Adapun jika suatu dosa tidak mendapatkan ancaman atau hukuman seperti di atas, tidak termasuk al kabair, namun masuk dalam dosa kecil.
Dari definisi atau pengertian dosa besar menurut Ibnu ‘Abbas, berarti dosa besar tidak dibatasi dengan jumlah tertentu. Namun dosa besar ini juga bertingkat-tingkat, ada yang lebih parah dari yang lainnya.
Semoga sajian ini bermanfaat, hanyalah Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk menjauhi setiap dosa besar.
Referensi:
Kitab Al Kabair, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Penjelasan: -Guru kami- Syaikh Dr. Sholeh Al Fauzan, terbitan Ar Risalah Al ‘Alamiyah, cetakan pertama, tahun 1432 H.

Apakah orang “Dzalim” Hatinya Bergetar Dan Menangis Ketika Membaca Al Quran/Jadi Imam/Khatib dan lain-lain ?

Al Quran : The Miracle Of Miracles. Allah Tidak Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam Jiwanya. Masukilah Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )

Sudahkah pernah kita merasakan ada perubahan dalam iman dan hati kita? Apakah sudah ada penambahan? Ataukah Al-Quran hanya dibaca saja dan tidak ada pengaruhnya?
Bergetar hatinya dan mata bisa menangis
Allah menyebutkan salah satu ciri seorang yang berimana dalah hatinya peka terhadap Al-Quran. Peka dan bergetar ketika disebut nama Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2).
Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat ini, “Ini adalah sifat orang beriman yang sebenarnya. Yaitu ketika mengingat Allah, hatinya menjadi takut (gemetar). Sehingga dia mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.”
Sufyan Ats Tsauriy mengatakan bahwa dia mendengar As Sudiy berkata tentang ayat ini, bahwa orang yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang yang berbuat zholim atau ingin bermaksiat. Lalu ada yang mengatakan padanya, “Bertaqwalah pada Allah.” Maka hatinya takut (gemetar).
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk takut hati mereka ketika mengingat Allah.” (QS. Al Hadid [57] : 16), yaitu menjadi lembut (tenang) hati orang beriman ketika berdzikir, mendengar nasehat, mendengar Al Qur’an. Akhirnya hati tersebut menjadi memahami, mematuhi, mendengar dan taat ketika mengingat-Nya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam).” (QS. Al Ma’idah [5] : 83)

Dan mata terkadang menagis ketika dibacakan Al-Quran. Berikut kisah panutan kita Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlinang air mata ketika dibacakan Al-Quran. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
قال لي النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ” اقْرَأْ علَّي القُرآنَ ” قلتُ : يا رسُولَ اللَّه ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ ، قالَ : ” إِني أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ” فقرَأْتُ عليه سورَةَ النِّساء ، حتى جِئْتُ إلى هذِهِ الآية : { فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد وِجئْنا بِكَ عَلى هَؤلاءِ شَهِيداً } [ النساء / 40 ] قال ” حَسْبُكَ الآن ” فَالْتَفَتَّ إِليْهِ ، فَإِذَا عِيْناهُ تَذْرِفانِ) .
 “Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).
Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يلج النار رجل بكى من خشية الله حتى يعود اللبن في الضرع
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya” (HR. Tirmidzi no. 1633).
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلا ظلُّهُ ….، ورَجُلٌ ذَكَرَ اللَّه خالِياً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
 “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; …. dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis)” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Dan sabda beliau Shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
عينان لا تمسهما النار ، عين بكت من خشية الله ، وعين باتت تحرس في سبيل الله
 “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh Al-Albani dalam Sahih Sunan At-Tirmidzi [1338]).
Cuplikan dari sumber :

Allah tidak menjadikan dua hati dalam diri seseorang

Sebuah wadah baru bisa diisi dengan sesuatu jika kosong dari lawan sesuatu tersebut. Hukum ini, selain berlaku untuk dzat dan benda, juga berlaku untuk hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan dan kehendak.

Apabila hati seseorang dipenuhi oleh keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang bathil , maka tidak ada lagi ruang didalamnya untuk menempatkan keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang haq.

Demikian pula,apabila lidah seseorang terbiasa disibukan dengan membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, niscaya ia tidak mungkin berbicara tentang sesuatu yang bermanfaat baginya, kecuali setelah lidahnya dikosongkan dari perkataan-perkataan yang bathil.

Begitu pula anggota tubuh, jika telah disibukan dengan selain ketaatan kepada Alllah, maka tidak mungkin anggota tubuh itu dapat disibukan dengan ketaatan kepada Allah, kecuali setelah dikosongkan terlebih dahulu dari perbuatan yang berlawanan tersebut.

Hatipun demilkian, jika sudah sibuk mencintai sesuatu selain Allah , sibuk dengan keinginan terhadap sesuatu selain Allah, serta sibuk merindukan dan larut kepada selain Allah, pastilah ia tidak mungkin sibuk untuk
mencintai Allah dan menginginkan-Nya, juga dalam merindukan pertemuan dengan-Nya, kecuali setelah hati itu dikosongkan dari keterkaitannya kepada selain Allah.

Gerakan lidah tidak mungkin sibuk menyebut Allah, begitu pula anggota tubuh lainnya tidak akan sibuk melayani Allah, kecuali jika lidah dan anggota tubuh tersebut dikosongkan terlebih dahulu dari menyebut selain Allah atau melayani selain-Nya.

Jika hati telah dipenuhi oleh kesibukan dengan sesama makhluk dan ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak ada lagi ruang didalamnya untuk menyibukan diri dengan Allah, termasuk untuk mengenal asma-asma, sifat-sifat, maupun hukum-hukum-Nya.

Ada hikmah dibalik semua itu. Yaitu, pengaruh dari penyimakan hati serupa dengan pengaruh dari penerimaan telinga. Apabila hati terbiasa menyimak perkataan yang tidak berhubungan dengan Allah, niscaya ia tidak akan mendengar atau memahami firman Allah. Sebagaimana ketika hati cenderung dan cinta kepada selain Allah, didalamnya pasti tidak akan ada kecenderungan dan kecintaan kepada-Nya. Jika hati sudah berbicara dengan selain dzikir kepada Allah, maka hati tidak akan berbicara dengan dzikir kepada-Nya’ sebagaimana halnya lidah.

Oleh sebab itu didalam kitab ash-Shahiih disebutkan bahwasanya Nabi pernah bersabda :
“Seandainya perut seseorang di antara kamu dipenuhi oleh nanah sampai nanah itu menggerogoti dan merusaknya, sungguh yang demikian itu lebih baik baginya daripada dipenuhi oleh sya’ir ( yang melalaikannya)” [ diriwayatkan oleh al-Bukhari ( no.6155) dan Muslim ( no.2257) dari Abu Hurairah. Kata yariyahu dalam hadits tersebut bermakna menggerogoti dan merusak perut.lihat pula fathul baarii ( X/550)].

Pada hadits diatas, Nabi menjelaskan bahwa perut manusia bisa dipenuhi oleh sya’ir, artinya anggota tubuh ini dapat pula dipenuhi oleh perkara-perkara syubhat ( yang tidak jelas halal-haramnya), hal-hal yang meragukan, segala takhayul ( khayalan), asumsi-asumsi yang tidak nyata, pengetahuan yang tidak bermanfaat, humor dalam kehidupan, berbagai lelucon, hikayat-hikayat, dan sebagainya.

Apabila hati seseorang telah dipenuhi oleh hal-hal tersebut, kemudian datanglah berbagai kebaikan yang hendak menempatinya ( berupa hakikat-hakikat Al-Qur’an serta ilmu agama yang akan membuat dirinya sempurna dan bahagia), niscaya semua hal positip itu tidak akan mendapatkan tempat dan tidak akan diterima. Akibatnya, seluruh hakikat al-Qur’an dan ilmu itu akan berlalu begitu saja melintasi hati yang dipenuhi keburukan tersebut, untuk mencari tempat yang lain.
Begitu pula jika anda memberi nasihat kepada hati yang dipenuhi oleh hal-hal yang berlawanan dengan perkara yang dinasihati, niscaya nasihat itu tidak akan menemukan jalan masuk. Sebab, hati tadi akan menolak nasihat itu, dan nasihatpun tidak akan bisa masuk kedalamnya. Nasihat itu akan berlalu melewatinya dan tidak akan tinggal di dalam hati sepeti itu.
Di dalam sebuah sya’ir dinyatakan :
Bersihkan hatimu dari selain Kami, niscaya engkau bertemu Kami
Sebab Kami hanya bertemu dengan orang seperti itu
Sabar adalah mantera pembuka perbendaharaan Kami
Siapa yang mendapatkannya pasti mendapatkan perbendaharaan itu
Hanya kepada Allah kita memohon taufik
Admin lamurkha
Disadur dari buku Fawaidul Fawaid, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Bab 13.12.

Kezaliman Pasti Dibalas

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
 “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong” (TQS Ibrahim [14]: 42-43).

Jika kita melihat kehidupan sekitar, kita dapati betapa banyaknya kezaliman yang dilakukan manusia. Bahkan tidak jarang kezaliman itu bisa terus-menerus dilakukan oleh orang yang sama. Para pelaku kezaliman itu tidak segera mendapatkan hukuman dan azab atas tindakan yang diperbuat. Bahkan di antara mereka tampak segar bugar, hartanya melimpah, dan memegang tampuk kekuasaan. Yang semua itu justru membuat mereka leluasa berbuat kezaliman. Mungkin ada yang bertanya, apakah Allah SWT lalai terhadap berbagai kezaliman mereka? Ayat ini memberikan jawaban yang amat jelas atas pertanyaan itu.

Allah Tidak Lalai
Allah SWT berfirman: Wa latahsabannal-Lâh ghâfil[an] ‘ammâ ya’malu al-zhâlimûn (dan janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim). Menurut al-Raghib, kata al-ghaflahberarti al-sahwu (teledor, lalai). Dijelaskan Ahmad Mukhtar dalam Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Mu’âshirah, kataghafala al-syay`a berarti tarakahu ihmâl[an] min ghayri nisyân (meninggalkan sesuatu karena ceroboh atau teledor, bukan karena lupa). Sedangkan al-zhulm (kezaliman) di sini, demikian menurut Abdurrahman al-Sa’di, mencakup semua kezaliman, baik terhadap Tuhannya maupun terhadap sesama manusia.
Ayat ini memberikan penegasan agar kita tidak memiliki anggapan bahwa Allah SWT itu lalai terhadap perbuatan orang-orang zalim. Menurut Abu Hayyan, khithâb (seruan) ayat ini ditujukan kepada pendengar yang memungkinkan beranggapan demikian yang disebabkan oleh kebodohannya terhadap sifat-sifat Allah SWT. Bukan ditujukan kepada Rasulullah SAW. Sebab, hal itu mustahil terjadi bagi Rasulullah SAW. Namun menurut al-Syaukani, khithâb-nya kepada Nabi SAW sesungguhnya merupakan ta’rîdh (sindiran) kepada umatnya. Seolah-olah dikatakan, “Janganah umatmu, wahai Muhammad mengira!”
Menurut al-Zamakhsyari, apabila khithâb-nya ditujukan kepada Nabi SAW, maka ada dua mana. Pertama, bermaknaal-tatsbît (mengokohkan) keyakinan sebelumnya yang tidak mengira demikian. Ini sebagaimana firman Allah SWT:Dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik (TQS al-An’am [6]: 14). Juga QS al-Syura [26]: 213, al-Nisa` [4]: 136, dan lain-ain. Kedua, bermakna larangan untuk memiliki dugaan dan perkiraan bahwa Allah lalai; sekaligus sebagai pemberitahuan bahwa Dia mengetahui perbuatan orang-orang zalim. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dan sesungguhnya Allah SWT akan menghukum mereka, sedikit atau banyaknya. Sehingga ini merupakan peringatan keras dan ancaman, sebagaimana firman Allah SWT: Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (TQS al-Baqarah [2]: 283).
Bisa juga bermakna: Janganlah kamu mengira Dia memperlakukan mereka sebagaimana perlakuan orang yang lalai atas perbuatan yang mereka lakukan. Namun yang dilakukan-Nya adalah perlakuan al-Raqîb ‘alayhim (Pengawas atas mereka) al-muhâsib ‘alâ al-naqîr wa al-qithmîr (pemeriksa atas yang pangkal maupun ). Dari Ibnu ‘Uyainah:tasliyah li al-mazhlûm wa tahdîd li al-zhâlim (hiburan bagi orang-orang yang dizalimi dan ancaman bagi orang-orang zalim).
Secara lebih spesifik, Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini untuk menghibur Nabi SAW setelah (dalam ayat sebelumnya) diherankan oleh perbuatan kaum Musyrik Arab dan penyimpangan mereka terhadap agama Ibrahim. Sehingga berarti: “Bersabarlah seperti bersabarnya Ibrahim. Dan beritahukan kepada kaum Musyrikin bahwa penundaan azab itu bukan karena Dia ridha kepada perbuatan mereka, namun sunnatullah adalah memberikan tempo kepada pelaku maksiat.”
Ditangguhkan pada Hari Kiamat
Karena Allah SWT tidak lalai atas perbuatan orang zalim, maka balasan atau hukuman itu pasti ditimpakan kepada pelakunya. Hanya saja, pelaksanaan hukuman itu tidak langsung ditimpakan. Dalam frase berikutnya disebutkan:Innamâ yuakhkhiruhum (sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka). Artinya, Dia menunda balasan terhadap mereka dan tidak menghukum mereka karena kezaliman mereka.
Kemudian ditegaskan bahwa balasan dan hukuman itu dilakukan pada suatu hari yang digambarkan ayat ini: liyawm tasykhash fîhi al-abshâr (sampai hari yang pada waktu itu mata [mereka] terbelalak). Artinya, penglihatan mereka terus terbuka dan tidak bergerak disebabkan oleh kebingungan dan keheranan. Demikian penjelasan Fakhruddin al-Razi. Tak jauh berbeda, al-Jazairi juga menuturkan bahwa mata mereka terbuka dan tidak terpejam disebabkan ketakutan yang sangat hebat.
Kemudian diberitakan dalam ayat sesudahnya: Muhthi’îna muqni’î ru`ûsihum (mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya). Kata muhthi’îna berarti musri’în (bersegera, bergegas). Dalam konteks ayat ini, sebagaimana dijelaskan al-Jazairi kata ini memberikan gambaran bahwa mereka segera bergegas memenuhi panggilan pemanggil yang memanggil mereka menuju pada mahsyar. Hal ini juga diberitakan dalam firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang berterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu (TQS al-Qamar [54]: 6-8).
Sedangkan muqni’î ru`ûsihum berarti râfi’î ru`ûsihim yanzhur uhurûn fî dzull (mengangkat kepala mereka memandang dalam keadaan hina). Sebab pengertian iqnâ’ al-ra`s adalah rafa’ahu (mengangkat kepalanya). Demikian dikatakan Ibnu Abbas dan Mujahid sebagaimana dikutip al-Qurthubi dalam tafsirnya. Tak jauh berbeda, al-Razi juga menjelaskan bahwa pada hari itu mereka mengangkat kepala mereka ke langit untuk memandang langit dengan pandangan ketakutan dan ketundukan. Al-Hasan, sebagaimana dikutip al-Qurthubi, menyatakan bahwa wajah manusia pada saat itu mengadap ke langit, tidak memandang orang lain.
Kemudian ditegaskan lagi: Lâ yartaddu ilayhim tharfuhum (sedang mata mereka tidak berkedip-kedip). Kata irtaddaberarti raja’a (kembali). Sedangkan kata al-tharf pada asalnya berarti tahrîk al-ajfân (menggerakkan pelupuk mata). Menurut Fakhruddin al-Razi, ini menggambarkan bahwa terus menerusnya tatapan mata mereka yang terpejam. Ini menunjukkan kebingungan dan kegusaran dalam hati mereka
Diberitakan pula: Wa af’idatuhum hawâ` (dan hati mereka kosong). Secara bahasa, kata al-hawâ` berarti al-mujawwaf al-khâliyy (kosong, hampa). Demikian al-Qurthubi dalam tafsirnya. Itu artinya, hati mereka kosong dari akal dan pemahaman. Hal itu disebabkan karena mereka menyaksikan realitas yang menakutkan mereka. Inilah waktu terjadinya azab kepda pelaku kezaliman.
Demikianlah sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya. Bahwa hukuman Allah SWT terhadap pelaku kezaliman tidak selalu langsung terjadi. Adakalanya diberikan tangguh. Bahkan tangguh itu terjadi pada hari kiamat kelak, yakni dimasukkan ke dalam neraka. Allah SWT berfirman: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki (TQS al-Mujadilah [58]: 8).  Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
1. Allah SWT sama sekali tidak lalai terhadap perbuatan orang zalim
2. Hukuman kepada pelaku kezaliman pasti dijatuhkan

4 Fase Turunnya Azab Untuk Orang zalim

Oleh risman 
Banyak di antara kita yang mengira bahwa Allah akan menurunkan azab kepada orang zalim dengan instan. Segera setelah kezaliman yang ia lakukan. Tapi ini adalah perkiraan yang salah.

Orang zalim itu akan melalui 4 fase yang mesti kita pahami secara baik. Supaya kita tidak berburuk sangka kepada Allah dan putus asa melihat kenyamanan si zalim dalam melancarkan kejahatannya.

Fase pertama: Penangguhan atau penundaan.

Allah berfirman:
{وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}

Dan aku akan memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh (Al Qalam: 45)

Di fase itu Allah menangguhkan azab bagi orang zalim. Semoga saja ia bertaubat atau kembali kepada jalur yang benar.

Fase kedua: Istidraj.

Allah berfirman:
(سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ)

Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui. (Al A’raf: 182)

Bukan artinya dunia disempitkan bagi mereka. Tidak sama sekali. Bahkan justru dibukakan dunia selebar-lebarnya, diangkatkan derjatnya di mata manusia, dihamparkan baginya rezki dan kelezatan dunia, Allah memberikan apa saja yang ia minta dan inginkan, bahkan melebihi apa yang mereka harapkan.

Fase ketiga: Pemolesan hingga kelihatan cantik dan indah.

(وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ )

“Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka..” (An Naml: 24)

Saat itu hati orang zalim akan mati. Karenanya ia akan menganggap seluruh pendapatnya adalah kebaikan yang mesti ia lakukan. Hatinya tidak akan hidup lagi untuk menyesali apa yang sudah ia lakukan.

Fase keempat: Turun azab.

{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}

“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (Hud: 102)

Pada saat ini orang zalim tidak diberi ampun lagi. Kesempatan untuk perbaikan sudah ditutup. Azab Allah segera turun terhadap si zalim. Dan bentuk azabnya sangat dahsyad, tidak terbayangkan oleh siapapun.

Ketika itulah hati-hati orang mukmin akan terobati.

فقطع دابر القوم الذين ظلموا والحمد لله رب العالمين.

“Maka orang-orang yang lalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (Al An’am: 45)

Ustadz Zulfi Akmal, Lc. MA.

Alasan Allah Membiarkan Orang Dzalim Tetap Diberi Kenikmatan

Diantara kita mungkin pernah berfikir kenapa orang yang telah berbuat dzolim, ingkar dan menyakiti orang lain tetap hidup makmur dan bebas? Berbeda dengan orang yang beriman yang justru tidak henti-hentinya mendapat cobaan dalam berbagai bentuk dari Allah SWT. Lantas, adakah alasan Allah SWT melakukan demikian?

Pertanyaan ini tanpa disadari dapat mengundang diri untuk mempertanyakan keadilan Allah.   Walau kondisi  seseorang tidak sebaik mereka, yakinlah Allah telah menyelamatkan diri tidak diserupa dengan mereka dan masih memberi kekuatan diri untuk terus beribadah kepada-Nya.

Lantas mengapa orang yang sudah zalim dan ingkar kepada Allah masih diberikan rezeki, kesehatan, tidak ditampakkan dosanya dan tidak disegerakan sangsi kepadanya. Dalam kitab Nashaihul Ibad, Saad bin Hilal berkata bahwa meski dzalim dan selalu melanggar perintah Allah, orang dzalim tetap tetap memberinya 4 anugerah kepadanya:

1.Orang dzalim tidak terhalang untuk mendapatkan rezeki

Allah SWT memiliki sifat Rahman yakni kasih Allah pada semua manusia, dan rahiim kasih sayang Allah hanya untuk orang beriman saja kelak di akhirat. Nah orang dzalim mendapat kasih sayang berupa rahman, jadi meski Ia dzalim atau kafir, tetap saja mendapatkan nikmat Allah ini. Namun Rahman  Allah itu hanya sebatas di dunia saja. 

Akan tetapi orang dzalim tidak akan mendapatkan sifat rahiim, karena sifat ini hanya untuk kasih sayang Allah hanya untuk orang beriman dari mulai di dunia dan di akhirat. Seperti dalam surat Al-Israa’ ayat 20 berikut ini. 

Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu  Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Q.S. Al-Israa’ [17] : 20).

Orang dzalim  adalah orang yang menginginkan kehidupan di dunia saja. Mereka bahkan disegerakan diberi keduniawaian sebagaimana yang mereka minta.

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.S. Al-Israa’ [17] : 19).

Perhatikan secara jelas dan seksama orang zalim itu, tentu bukan dengan pandangan kedengkian karena kelebihan materi mereka, apakah sejujurnya mereka bahagia dan tenang dengan harta yang didapatnya itu, lantas bagaimana kehidupan keluarganya.

Ternyata ketenangan dan kebahagian hanya muncul dipermukaan, namun didalamnya hati mereka sudah tentu gersang. Manifestasinya terlihat dengan  tiada henti mereka mengejar kedudukan, kekayaan dan kelezatan hidup. Apa yang sudah didapat walau melimpah, masih terus dianggap kurang.

Dengan demikian tidak perlu kuatir dengan orang zalim yang malah mendapatkan apa apa yang mereka inginkan di dunia. Jika tiba waktunya yang dijanjikan Allah maka segala harta kekayaannya tidak dapat dijadikan penebus untuk membebaskan dirinya dari siksanya yang pedih yang telah disiapkan Allah.

2. Orang dzalim tidak terhalang untuk mendapat kesehatan

Sifat Allah Rahman juga berlaku untuk kesehatan. Setiap orang yang dzalim tidak terhalang untuk mendapat kesehatan. Selain karena izin Allah SWT, kesehatan didapat karena dibarengi dengan pola hidup sehat dan olahraga. 


Bagi mereka yang dzalim namun tetap menjaga pola hidupnya, maka  Allah SWT tetap menganugerahkan kesehatan karena usahanya tersebut. Akan tetapi ini tidak berlaku jika Allah menginginkan hambanya yang dzalim sakit, meski Ia telah menjaga pola hidup sehat dan berolahraga, namun akan tetap mengalami sakit dengan izin Allah. 

3 Allah tidak akan menampakkan dosanya semasa hidup di dunia
Allah tidak akan memperlihatkan dosa semasa di dunia kepada orang dzalim. Ia hanya akan mengetuk pintu bagi orang terpilih tentang beratnya azab neraka terhadap dosa yang telah dilakukan di dunia.

Memperlihatkan dosa semasa hidup juga termasuk nikmat Allah, bagaimana tidak, dengan begitu manusia akan mengingat kematian dan akhirnya beralih menjadi lebih baik lagi. Namun kepada orang dzalim, Allah tidak menganugerahkan hal tersebut. Mata hati mereka tertutup dan tidak bisa melihat dosa-dosa yang telah mereka lakukan. 

4. Allah tidak menyegerakan hukumannnya di dunia
Bagi mereka yang dzalim, Allah juga tidak menyegerakan hukumannnya di dunia. Namun hal ini bukan berarti orang dzalim luput dari pengawasan Allah SWT. Allah hanya menangguhkan atas mereka. Terhadap rahmatNya  yang tetap diberikan kepada manusia yang jelas-jelas ingkar, menunjukkan kesabaran Allah atas semua ciptaan-Nya.

Firman Allah: Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,  (Ibrahim :42)

Firman Allah : Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan. (Al Anam : 120)

Dengan demikian tidaklah usah irilah dengan mereka karena Allah hanya menangguhkan. Bukan kah hidup di dunia hanya sementara, di sinilah kita diwajibkan mendapatkan bekal untuk mendapatkan surga di akhirat kelak.
http://www.infoyunik.com/2015/06/alasan-allah-membiarkan-orang-dzalim.html

Kekhawatiran Rasulullah SAW Berbuat Dzolim

Ust. Musyafa Ahmad Rahim

Terus terang, semenjak salah seorang kawan yang menjadi dosen di LN mengirim hadits sebagaimana tertera dalam gambar, meskipun dalam konteks yang berbeda, dan juga fokus tema yang berbeda pula...

Aku sangat tergelitik, lalu tergerak untuk mencoba memahami, dan mata ini justru tertumbuk pada bagian akhir hadits.

"... dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzhalimi di jiwa atau di harga." 
Ya Allah...
Bimbinglah diri yang lemah ini
Jangan sampai di akhirat nanti
Ada seorang bani insani
Yang menuntut diri ini
Dengan suatu kezhaliman, amin.

Bayangkan saja, bahasa Rasulullah SAW, beliau yang غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر (telah diampuni dosa-dosanya yang dulu maupun yang kemudian)...

Terasa sekali ketakutan beliau terhadap kemungkinan adanya seseorang menuntut beliau atas suatu kezhaliman......
MasyaAllah...
http://www.portalpiyungan.com/2016/01/kekhawatiran-rasulullah-saw-berbuat.html



Ketika Malaikat Maut Datangi 
Orang Dzalim

Hasil gambar

Jumat 11 Rabiulakhir 1437 / 22 Januari 2016 13:30
Oleh : Pipit Era Martina
DALAM sebuah riwayat, Imam Ghazali pernah menceritakan tentang keinginan Nabi Ibrahim AS, yang penasaran akan wajah malaikat maut ketika mencabut nyawa orang yang dzalim. Dia memohon kepada Allah SWT untuk diperkenankan melihat bagaimana paras malaikat pencabut nyawa. Keinginan beliaupun dikabulkan oleh Allah SWT.
Diperlihatkanlah sosok pria dengan tubuh yang sangat besar, berkulit hitam legam. Sosok yang sangat menakutkan, rambutnya berdiri seperti lidi dan tajam, berbau busuk, memiliki dua mata, satu di depan dan yang satu di belakang. Ia mengenakan pakaian serba hitam, dari mulutnya keluar jilatan api yang berkobar-kobar.
Seketika Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT tidak memberimu balasan yang baik!
Siapa yang takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Di saat itu malaikatul maut hadir dan membentangkan tangan-tangannya untuk memukuli dan menyiksa sampai nyawa mereka keluar dari badan. Karena, malaikatul maut berkata : “Keluarkan nyawamu”.
Orang dzalim yang sudah mendekati ajalnya akan diberi kabar buruk oleh malaikatul maut, oleh karena itu, nyawa mereka bercerai-berai hingga sulit untuk meninggalkan jasad. Di saat itu ia berada dalam keadaan yang tidak menginginkan akhirat, memberatkan dunia dan ingin kembali berlena dengan keindahan dunia. Di saat itu pula turunlah dari langit para malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikatul maut dan duduk di arah kepalanya seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’. Dengan cara yang akan mampu di bayangkan, malaikat maut mencabut nyawa seseorang dengan paksa, dan nyawa tersebut dibungkuslah menggunakan kain mori kasar yang telah dipersiapkan oleh para malaikat yang sedari tadi mengelilinginya. Dan setelah itu terciumlah aroma busuk teramat busuk yang pernah tercium di muka bumi ini.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, di mana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya malaikatul maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempat di surga atau neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang yang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah SWT itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka.”
ORANG-ORANG dzalim ketika mereka menghadapi kematian, ruhnya akan keluar dengan susah payah. Mereka benar-benar tersiksa dengan keadaan itu. Mungkin pernah kita saksikan kematian beberapa orang disekitar dengan proses yang begitu sulit dan menegangkan atau mungkin amat menakutkan.
Betapa kepedihan yang teramat sangat itu dirasakan oleh mereka yang enggan mempercayai akan adanya akhirat, enggan mengakui kuasa Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada suatu masa, nyawa yang melekat dalam raga ini akan di kembalikan kepada pemiliknya. Di saat itulah, penyesalan demi penyeselan memenuhi ruang jiwa, tiada daya upaya yang mampu mereka lakukan kecuali terus merintih, memohon agar nyawa tak berpisah dengan raga, memohon agar Allah sudi memberi sedikit saja waktu untuk memperbaiki tingkah laku serta bertaubat sepenuhnya atas segala perbuatan buruk selama ini.
Namun, sekali lagi tiada seorangpun yang mampu menghalangi ataupun menunda keputusan Illahi Rabbi, percuma saja, semua sia-sia.

Allah berfirman :
“(demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan merekaada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Membayangkannya saja air mata ini tak sanggup lagi bertahan, ketakutan menyeruak keseluruh tubuh, namun kembali, ucapan itu hanya akan didengar oleh mereka yang selama hidupnya tiada henti melakukan kedzoliman terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Ingatlah! kala tangan bergerak diluar porsi fungsinya, ada malaikat yang mencatat. Kala mata mulai memandang kearah yang membuat hati berkata dan berpikir buruk, ada malaikat yang kan menggerakkan jemarinya menulis sedetail-detailnya pikiranmu. Kala hati berniat melangkahkan kaki ketempat yang tidak Allah Swt senangi, ada malaikat yang tak pernah tidur melihat tiap gerak gerikmu.
Maka, jangan kau tanya bagimana rasa sakit yang dialami oleh orang yang pernah mengalami mati (mati suri), sudah jelas sakit yang mereka rasakan adalah sakit yang tak pernah kau temui selama di dunia.
Orang yang tertancap pedang saja masih sanggup berteriak,namun tidak kala matamu telah bertemu dengan malaikat maut. Jangankan berteriak, kerongkongan ini serasa kering seketika tanpa diminta, organ tubuh ini serasa berhenti, meski kita masih menginginkan ia bersemi damai dalam raga ini. Bahkan akal sekalipun telah terhenti dan tertutupi karena merasakan sakit sakaratul maut yang luar biasa. Kalaupun masih tersisa kekuatan, itu di saat ruh dicabut dan diangkat. Namun, saat itu, warna tubuh sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang ke seluruh anggota tubuh. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.
Tak lagi sanggup membayangkan rasa sakit, di kala urat-urat dicabut satu persatu dari tubuh. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya, dan seterusnya. Saat itulah pandangan terhadap dunia yang fana ini perlahan mulai sirna, dan tertutuplah sudah pintu taubat yang selama ini jarang kita masuki. Tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendampingi rasa sakit yang tiada henti hingga hari kiamat nanti.
Sebuah hadist yang disampaikan lewat sahabatnya Abu Hurairah Ra.: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Setiap manusia yang jauh terlena dengan keindahan dunia, selalu menyesal di kala nyawa sudah di ujung tanduk. Mereka tak pernah menyadari ataupun mengingat bahwa mati akan datang tanpa menunggu kita siap. Tak peduli dengan iman yang lekat ataupun yang tak taat. KeputusanNya jelas nyata tak dapat di rundingkan layaknya kau berunding saham dengan klienmu di dunia.

Jangan menunda waktu untuk hijrah memperbaiki diri, segerakan. Ingat! Mati tak menunggu usia tua, tak menunggu kau kaya, tak pula menunggu amalmu sempurna.
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-1-247851/
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-2-habis-247857/

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari perbuatan zalim
 1.“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf  [7]: 41)
 2.“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.” Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS : Al A’raaf [7 ] : 44)
3.“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash  [28]:59)
4.Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman…….” (QS. Yunus [10]:13)
5.“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (QS. An Naml [27]:52)
6.Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42   “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“.
7.Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya di Surah Ibrahim ayat 42-45 :  “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.”.
Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim :
1.Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda meriwayatkan firman Allah ‘azza wa jalla, berfirman, “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR. Muslim)
2.Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya“, sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, (benar) aku akan  menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila  ia menganiaya?” . Beliau menjawab: “Engkau cegah dia dari (perbuatan)  penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya” (HR. Bukhari)
3.Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang  bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang  bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang”  (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari  umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala  sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa  dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta  benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang  menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang  terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis,  sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan  kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim)
4.Rasulullah SAW bersabda, “Kezaliman itu ada 3 macam: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesunggahnya syirik itu kezaliman yang amat besar!”,adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, Tuhannya.  DAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA, KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI.”  (HR. al-Bazaar & ath-Thayaalisy)
5.Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf,  selagi kita masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti. Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)
Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita,  agar tidak berbuat zalim terhadap sesama.
Dewi Yana

HASIL CARIAN BAGI AYAT PERTAMA DALAM SENARAI BERJAYA MENCAPAI 41 AYAT AL QURAN
           
1.Surah AsSaf. Ayat 007.
Dan tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan perkara dusta terhadap Allah, sedang dia diajak kepada memeluk Islam dan (ingatlah), Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
        
2.Surah AlQasas. Ayat 056.
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayat petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi (supaya dia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayat petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya) dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan untuk) mendapat hidayat petunjuk (kepada memeluk Islam).
        
3.Surah Yunus. Ayat 017.
Dengan yang demikian, tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayatNya. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa itu tidak akan berjaya.
        
4.Surah Ali'Imran. Ayat 094.
(Jika tidak) maka sesiapa yang mereka-reka kata-kata dusta terhadap Allah sesudah yang demikian itu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
        
5.Surah Ali'Imran. Ayat 086.
Bagaimana Allah akan memberi petunjuk hidayat kepada sesuatu kaum yang kufur ingkar sesudah mereka beriman dan juga sesudah mereka menyaksikan bahawa Rasulullah (Nabi Muhammad) itu adalah benar dan telah datang pula kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk hidayatNya kepada kaum yang zalim.
        
6.Surah AsSajdah. Ayat 022.
Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang diberi ingat dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling daripadanya (dan tetap mengingkarinya). Sesungguhnya Kami tetap membalas orang-orang yang berdosa (apa lagi orang-orang yang lebih zalim).
        
7.Surah AlA’raaf. Ayat 162.
Maka orang-orang yang zalim di antara mereka menukarkan perintah itu dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka. Oleh itu, Kami turunkan azab dari langit menimpa mereka, dengan sebab kezaliman yang mereka lakukan.
        
8.Surah AsSaaffat. Ayat 152.
Allah beranak; sedang mereka, sesungguhnya adalah orang-orang yang berdusta!
        
9.Surah Al'Ankabut. Ayat 068.
Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran setelah kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahawa) dalam Neraka Jahannam disediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?
        
10.Surah AzZumar. Ayat 057.
Atau berkata: Kalaulah Allah memberi hidayat petunjuk kepadaku, tentulah aku telah menjadi dari orang-orang yang bertakwa! -
        
11.Surah AnNuur. Ayat 050.
(Mengapa mereka bersikap demikian), adakah kerana hati mereka mengandungi penyakit (kufur) atau kerana mereka ragu-ragu (terhadap kebenaran hukuman) ataupun kerana mereka takut bahawa Allah dan RasulNya akan berlaku zalim kepada mereka? ( Allah dan RasulNya tidak sekali-kali akan berlaku zalim) bahkan merekalah sendiri orang-orang yang zalim (disebabkan keraguan dan kekufuran mereka).
        
12.Surah Hud. Ayat 018.
Dan tidak ada yang lebih zalim daripada orang-orang yang mereka-reka perkara-perkara dusta terhadap Allah! Orang-orang yang demikian sifatnya akan dibawa mengadap Tuhan mereka dan pada hari itu akan berkatalah saksi-saksi (dari malaikat-malaikat, Nabi-nabi dan anggota-anggota tubuh mereka sendiri): Inilah orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Tuhan mereka. Ketahuilah (sesungguhnya) laknat Allah tertimpa kepada orang-orang yang zalim!
        
13.Surah AnNahl. Ayat 113.
Dan demi sesungguhnya, mereka pula telah didatangi seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, lalu mereka mendustakannya; maka mereka pun ditimpa azab sedang mereka berkeadaan zalim.
        
14.Surah AlAhqaaf. Ayat 010.
Katakanlah lagi: Bagaimana fikiran kamu jika Al-Quran ini (yang datangnya) dari Allah dan kamu mengingkarinya, pada hal ada seorang saksi dari Bani Israil memberi keterangan mengakui (sahnya Kitab) yang sama seperti Al-Quran ini, lalu dia percayakan (Al-Quran ini dari Allah), sedang kamu dengan sombong angkuh mengingkarinya? (Tidakkah dengan yang demikian kamu bersifat zalim)? Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang zalim (yang degil dalam kekufurannya).
        
15.Surah AzZumar. Ayat 032.
(Apabila berlaku yang demikian), maka nyatalah bahawa tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran sebaik-baik sahaja kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahawa) dalam Neraka Jahannam disediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?
        
16.Surah AlAn'aam. Ayat 021.
Dan siapakah lagi yang lebih aniaya dari orang yang mengada-adakan perkara-perkara yang dusta terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat keteranganNya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan berjaya.
        
17.Surah AlA’raaf. Ayat 005.
Maka tidak ada yang mereka katakan ketika datangnya azab Kami kepada mereka, melainkan mereka (mengakui dengan) berkata: Sebenarnya kami adalah orang-orang yang zalim.
        
18.Surah AnNisaa'. Ayat 168.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir serta berlaku zalim, Allah tidak sekali-kali akan mengampunkan mereka dan tidak akan menunjukkan jalan kepada mereka:
        
19.Surah AlKahfi. Ayat 015.
(Mereka berkata pula sesama sendiri): Kaum kita itu, menyembah beberapa tuhan yang lain dari Allah; sepatutnya mereka mengemukakan keterangan yang nyata yang membuktikan ketuhanan makhluk-makhluk yang mereka sembah itu? (Tetapi mereka tidak dapat berbuat demikian); Maka tidak ada yang lebih zalim dari orang-orang yang berdusta terhadap Allah.
        
20.Surah AnNaml. Ayat 043.
Dan dia dihalangi (daripada memeluk Islam pada masa yang lalu ialah) apa yang dia pernah menyembahnya (dari benda-benda) yang lain dari Allah; sesungguhnya adalah ia (pada masa itu) dari puak yang kafir.
        
21.Surah AlQasas. Ayat 037.
Dan (bagi menjawabnya) Nabi Musa berkata: Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang membawa hidayat petunjuk dari sisiNya dan siapa yang akan beroleh kesudahan yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya.
        
22.Surah AlWaqi'ah. Ayat 002.
Tiada sesiapapun yang dapat mendustakan kejadiannya.
        
23.Surah AlAn'aam. Ayat 157.
Atau supaya kamu (tidak) mengatakan: Sesungguhnya kalau diturunkan Kitab kepada kami tentulah kami mendapat petunjuk hidayat lebih daripada mereka. (Kamu tidak akan dapat berdalih lagi) kerana sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan (yang cukup) dari Tuhan kamu dan petunjuk hidayat serta rahmatNya (yang melimpah-limpah). Oleh itu, siapakah yang lebih zalim lagi daripada orang yang mendustakan ayat-ayat keterangan Allah dan berpaling daripadanya? Kami akan membalas orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat keterangan Kami (dengan) azab seksa yang seburuk-buruknya, disebabkan mereka sentiasa berpaling (mengingkarinya).
        
24.Surah AtTaubah. Ayat 019.
Adakah kamu sifatkan hanya perbuatan memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan Haji dan (hanya perbuatan) memakmurkan Masjidilharam itu sama seperti orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta berjihad pada jalan Allah? Mereka (yang bersifat demikian) tidak sama di sisi Allah dan Allah tidak memberikan hidayat petunjuk kepada kaum yang zalim.
        
25.Surah AsySyu’araa. Ayat 209.
Memperingatkan mereka dan Kami tidak sekali-kali berlaku zalim.
        
26.Surah AtTaubah. Ayat 027.
Kemudian Allah menerima taubat orang-orang yang dikehendaki (dengan memberi taufiq untuk memeluk Islam), sesudah (orang-orang kafir itu ditimpakan dengan azab) dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
        
27.Surah AsSaaffat. Ayat 022.
( Allah berfirman kepada malaikat): Himpunkanlah orang-orang yang zalim itu, dan orang-orang yang berkeadaan seperti mereka, serta benda-benda yang mereka sembah -
        
28.Surah AnNahl. Ayat 116.
Dan janganlah kamu berdusta dengan sebab apa yang disifatkan oleh lidah kamu: Ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan sesuatu yang dusta terhadap Allah; sesungguhnya orang-orang yang berdusta terhadap Allah tidak akan berjaya.
        
29.Surah AnNahl. Ayat 037.
Jika engkau (wahai Muhammad) terlalu tamak (inginkan mereka beroleh hidayat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang berhak disesatkanNya dan tiadalah bagi mereka sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan.
        
30.urah Ali'Imran. Ayat 057.
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada orang-orang yang zalim.
        
31.Surah AlHajj. Ayat 071.
Dan mereka menyembah yang lain dari Allah iaitu benda-benda yang Allah tidak menurunkan sebarang keterangan membenarkannya dan yang mereka tidak mempunyai sebarang pengetahuan mengenainya dan (ingatlah) tiadalah bagi orang-orang yang zalim (dengan perbuatan syirik) itu sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan (di dunia dan di akhirat).
        
32.Surah AlBaqarah. Ayat 135.
Dan mereka (kaum Yahudi dan Nasrani) berkata: Jadilah kamu pemeluk agama Yahudi atau pemeluk agama Nasrani, nescaya kamu akan mendapat petunjuk. Katakanlah (wahai Muhammad: Kami orang-orang Islam tidak akan menurut apa yang kamu katakan itu) bahkan kami mengikut agama Nabi Ibrahim yang tetap di atas dasar Tauhid dan bukanlah dia dari orang-orang musyrik.
        
33.Surah AlBaqarah. Ayat 095.
Dan sudah tentu mereka tidak akan mencita-citakan mati itu selama-lamanya, dengan sebab dosa-dosa yang telah mereka lakukan dan Allah sentiasa mengetahui akan orang-orang yang zalim itu.
        
34.Surah AlJumu'ah. Ayat 007.
Dan (sudah tentu) mereka tidak akan bercita-cita hendakkan mati itu selama-lamanya, dengan sebab dosa-dosa yang mereka telah lakukan dan Allah sentiasa mengetahui akan orang-orang yang zalim itu.
        
35.Surah AsySyuraa. Ayat 008.
Dan jika Allah menghendaki, tentulah Dia menjadikan mereka satu umat (yang bersatu dalam agama Allah yang satu); akan tetapi Allah (tidak merancang yang demikian bahkan Dia akan) memasukkan sesiapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmatNya (menurut peraturan yang telah ditetapkan) dan orang-orang yang zalim tidak ada baginya sesiapapun yang dapat memberikan perlindungan dan pertolongan.
        
36.Surah Yunus. Ayat 035.
Bertanyalah (wahai Muhammad): Adakah di antara makhluk-makhluk yang kamu sekutukan dengan Tuhan itu, sesiapa yang dengan memberi petunjuk kepada kebenaran? Katakanlah: Allah jualah yang memberi hidayat petunjuk kepada kebenaran; (kalau sudah demikian) maka adakah yang dapat memberi hidayat petunjuk kepada kebenaran itu, lebih berhak diturut ataupun yang tidak dapat memberi sebarang petunjuk melainkan sesudah dia diberi hidayat petunjuk? Maka apakah alasan sikap kamu itu? Bagaimana kamu sanggup mengambil keputusan (dengan perkara yang salah, yang tidak dapat diterima oleh akal)?
        
37.Surah AlMaa’idah. Ayat 029.
Sesungguhnya aku mahu supaya engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri. Maka dengan itu menjadilah engkau dari ahli Neraka, dan itulah dia balasan orang-orang yang zalim.
        
38.Surah AlLail. Ayat 009.
Serta dia mendustakan perkara yang baik,
        
39.Surah AlAnbiyaa'. Ayat 059.
 (Setelah melihat kejadian itu) mereka bertanya: Siapakah yang melakukan perbuatan yang demikian terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya adalah dia dari orang-orang yang zalim.
        
40.Surah AlFurqaan. Ayat 004.
Dan orang-orang yang kafir itu berkata: (Al-Quran) ini hanyalah satu perkara dusta yang direka-reka oleh Muhammad dan ia dibantu membuatnya oleh kaum yang lain. Maka (dengan kata-kata itu) sesungguhnya mereka telah mendatangkan satu tuduhan yang zalim dan dusta.
        
41.Surah AlFurqaan. Ayat 004.
Dan orang-orang yang kafir itu berkata: (Al-Quran) ini hanyalah satu perkara dusta yang direka-reka oleh Muhammad dan ia dibantu membuatnya oleh kaum yang lain. Maka (dengan kata-kata itu) sesungguhnya mereka telah mendatangkan satu tuduhan yang zalim dan dusta.

[ Out Of Topics ] Tidak Semua Muslim Layak Dijadikan Guru Atau Ustadz