Tuesday, March 29, 2016

Apakah Ajaran Imamah Ala Syi’ah Terdapat Dalam Al-Qur’an?

alfanarku
Pokok terpecahnya Sunni dan Syi’ah
Pusat perdebatan antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah berkisar pada masalah Imamah (yaitu Aimmatal Ma’shumin). Pentingnya Imamah adalah begitu besarnya sehingga Ulama Syi’ah menganggap orang-orang yang menolak Imamah menjadi kafir. Demikian pula, Ulama Sunni menganggap orang-orang yang menerima doktrin Imamah Syi’ah akan menjadi kafir.
Sebagian besar polemik perdebatan antara Sunni dan Syi’ah berputar di sekitar isu-isu seperti Mut’ah, Matam, Saqifah, Ghadir Khum, Fadak, dan isu-isu selain itu. Namun, masalah mendasar yaitu perdebatan-Imamah-adalah seringkali diabaikan. Dalam kata-kata Sidi Abu Salih:

Setiap perselisihan lain Syiah dengan Sunni [selain Imamah] berakar pada desakan Syiah pada Imamah sebagai prinsip Islam, baik dalam keyakinan maupun praktek. Dari pandangan dan interpretasi berbeda mengenai sejarah, sistem yang sama sekali berbeda dari koleksi Hadis dan otentikasi, dan perilaku yang berbeda dari mempraktekan Islam, semua ketidaksamaan tersebut dapat ditelusuri kembali mengarah kepada Imamah sebagai doktrin dalam iman Syiah.

Oleh karena adalah sangat beralasan bahwa fokus dari setiap pencarian kebenaran yang serius akan dimulai dan diakhiri dengan prinsip Imamah dalam pikiran dari pencari kebenaran. Mencoba untuk meneliti tentang perbedaan antara Syiah dan Sunni tanpa mempertimbangkan dogma Imamah sebagai titik menempel utama akan menyebabkan argumen buntu dan sia-sia. Saya secara pribadi telah menyaksikan sejumlah diskusi Sunni-Syi’ah yang dengan cepat turun ke dalam kekacauan karena satu sisi atau keinginan lain untuk membahas suatu subjek yang kurang mendasar.

Sumber: Sidi Abu Shalih, Imaamah dan Quran: Sebuah Tujuan Perspektif, p.5; buku Download di sini : http://www.lulu.com/content/213359.

Aman untuk mengatakan bahwa jika Syi’ah tidak percaya pada konsep Imamah, maka mereka tidak akan dianggap sebagai sekte yang terpisah. Masalah-masalah lain pertentangan antara Sunni dan Syi’ah hanyalah konsekuensi dari Imamah. Oleh karena itu, Imamah dan keabsahannya dalam Al-Qur’an adalah isu utama pertentangan antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Syi’ah.

Imamah

Sebelum kita melanjutkan, penting untuk menyatakan apa sebenarnya yang dimaksud dengan doktrin Imamah Syi’ah tersebut.

Doktrin Imamah Syi’ah: Selain dari para nabi, ada sekelompok orang yang ditunjuk oleh Allah yang disebut imam. Mereka ini adalah orang yang memiliki Ismah (kemaksuman) dan memiliki akses ke suatu pengetahuan yang tidak dapat diakses oleh orang biasa. Dunia tidak boleh kosong dari seorang Imam, jika tidak maka akan dihancurkan. Dalam konteks Islam, orang-orang ini adalah dua belas orang di antara keturunan Nabi (صلى الله عليه وآله وسلم) yang tidak ditunjuk oleh seorang pun kecuali oleh Allah (عز و جل) sendiri untuk memimpin umat Islam. Siapapun yang memilih pemimpin selain dua belas imam ini adalah sesat dan tidak beriman sempurna. Imam ke dua belas (terakhir) dari para imam tersebut adalah al-Mahdi dan, meskipun ia telah di okultasi selama lebih dari seribu tahun, ia akan kembali ketika Allah (عز و جل) menghendaki dan kemudian keadilan akan menang.

Pentingnya Imamah dalam Ajaran Syi’ah

Doktrin Imamah di atas adalah keyakinan inti dari Syi’ah. Kaum Syi’ah mempertimbangkan lima hal keyakinan sebagai dasar agama. Yaitu:

1. Tauhid (Keesaan Allah)

2. Nubuwwah (kenabian)

3. Ma’ad (hari kiamat)

4. Adl (Keadilan Allah)

5. Imamah (doktrin di atas)

Imamah dianggap oleh Syi’ah sebagai salah satu dasar [Ushuluddin] agama.

Dalam kata-kata Sidi Abu Salih:

Dalam Syi’ah, agama dibagi menjadi Ushuluddin dan Furu’uddin. Ushuluddin adalah prinsip-prinsip keyakinan agama, analog dengan Rukun Iman dalam Sunni. Furu’uddin berkaitan dengan praktek dalam agama, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya.

Untuk memperkenalkan pembaca dengan apa yang merupakan Ushuluddin dalam Syi’ah, saya akan mengutip saluran berikut dari buku Allamah Muhammad Husain al-Kashiful Gita “Aslul Syi’ah wa Ushuluha”:

“Hal-hal yang menyangkut pengetahuan atau hikmat, disebut Ushuluddin (dasar-dasar agama) dan itu adalah lima: Tauhid, Nabuwwah, Imamah, ADL, dan Ma’ad.” [“Aslul Syi’ah wa Ushuluha, Bagian II: Dasar-dasar Agama “, p.218]

Dengan pengertian yang sama, sarjana Syi’ah Muhammad Ridha Muzaffar menyatakan: “Kami percaya bahwa Imamah adalah salah satu dasar Islam (Ushuluddin), dan bahwa iman manusia tidak akan pernah lengkap tanpa adanya kepercayaan padanya.”

… Isu yang nyata dari pertentangan [antara Sunni dan Syi’ah] adalah sehubungan dengan [kepercayaan] Imamah. Sebagaimana [sarjana Syi’ah] Allamah Kashiful Gita menyebutkan: “Ini adalah pertanyaan tentang Imamah yang membedakan sekte Syi’ah dari semua sekte lain. Perbedaan lainnya tidak mendasar, itu adalah masalah furu’ (yaitu sekunder) “[ASL-ul-Syi’ah wa Ushuluha, hal.221]

Sumber: Abu Sidi Saleh, Imaamah dan Quran: Sebuah Tujuan Perspektif, p.7.

Dengan demikian, pentingnya Imamah dalam Syi’ah lebih dari pentingnya Shalat (doa); Imamah dianggap Ushuluddin [yaitu Mendasar] sedangkan Sholat adalah Furu’uddin [dgn kata lain sekunder]. Akan akurat untuk mengatakan bahwa Furu’uddin adalah konsekuensi langsung dari Ushuluddin. Imamah dianggap sebagai pilar paling penting Islam. Dan Imamah yang kita bahas di sini adalah tidak berarti “kepemimpinan” karena Sunni-pun dan juga setiap kelompok dalam Islam -menganggap kepemimpinan menjadi isu penting. Ketika kita menyebut “Imamah” di sini, kita sedang mengacu kepada doktrin khusus Syi’ah yaitu para pemimpin maksum yang ditunjuk oleh Allah yang harus diikuti.

Menolak Paham Imamah ‘ala Syi’ah

Begitu pentingnya soal Imamah bagi para ulama Syi’ah dapat dilihat dari pandangan mereka tentang orang-orang yang menolak Imamah. Mari kita lihat apa yang situs Syi’ah populer, Al-Shia.com, telah mengatakan tentang ini:

Al-Shia.com berkata :

:“فيمن جحد إمامة أمير المؤمنين والائمة من بعده عليهم السلام بمنزلة ( 6 ) من جحد نبوة الانبياء عليهم السلام . واعتقادنا
فيمن أقر بأمير المؤمنين وأنكر واحدا من بعده من الائمة عليهم السلام أنه بمنزلة من آمن بجميع الانبياء ثم أنكر بنبوة محمد صلى الله عليه وآله

Imam Al-Saduk berkata, “keyakinan kita adalah bahwa orang yang menolak Imamah dari Amirul Mukminin (Ali) dan para Imam sesudah beliau, sama posisinya seperti orang yang menolak kenabian dari Sang Nabi.”

Lebih lanjut, beliau berkata: “dan keyakinan kita adalah orang yang menerima Amirul Mukminin (Ali) tetapi menolak salah seorang Imam sesudahnya, sama posisinya seperti orang yang percaya kepada semua Nabi tetapi menolak kenabian Muhammad (Saws).”

Syaikh Mufid menyatakan:

اتفقت الامامية على أن من أنكر إمامة أحد من الائمة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطاعة فهو كافر ضال مستحق للخلود في النار

Imamiyyah bersepakat (Ijma’) bahwa orang yang menolak Imamah dari salah satu Imam dan menolak ketaatan terhadap mereka dimana Allah telah perintahkan adalah sesat, kafir layak untuk tinggal di neraka selamanya.”

Oleh karena itu, kita melihat bahwa masalah Imamah adalah bukan perkara yang bisa dianggap enteng. Di satu sisi, para ulama syi’ah mengatakan bahwa mereka yang menolak Imamah adalah sesat dan layak untuk tinggal di neraka. Di sisi yang lain, Ulama Sunni mengatakan bahwa mereka yang menerima doktrin Imamah ala Syi’ah adalah benar-benar dalam kesalahan total karena mempercayai kenabian Palsu (yaitu Dajjal).

Dimana Doktrin Imamah disebutkan dalam Al-Qur’an?

Kita tanya kepada pembaca: dimana doktrin Imamah disebutkan dalam Al-Qur’an? Ini adalah pertanyaan yang sangat sehat. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk dan kita telah diberitahu oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa kapanpun kita merasa kehilangan, kita dapat berkonsultasi dengan Al-Qur’an dan ia-nya tidak akan pernah mengkhianati kita. Doktrin Syi’ah Imamah adalah bukan sebuah masalah yang kecil, tetapi adalah masalah yang sangat penting dan inti dari keyakinan Syi’ah. Begitu pentingnya permasalahan ini sehingga ulama Syi’ah berpendapat bahwa karena ketidakpercayaan terhadap doktrin ini, 80% kaum muslimin adalah sesat dan bukan mukmin sejati. Jika hal ini yang terjadi, maka kami bertanya kepada para pembaca : yang mana ayat-ayat dari Al-Qur’an yang telah memberi kita doktrin Imamah yang sangat penting ini?

Jika Imamah adalah hal yang pokok dalam Islam, dan Al-Qur’an adalah kitab pokok dalam Islam, maka pastinya Al-Qur’an harus mencantumkan keyakinan Imamah di dalamnya. Namun, selama beratus-ratus tahun, para ulama Syi’ah tidak dapat menjawab “tantangan Al-Qur’an”. Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah menantang Syi’ah berulangkali untuk menyebutkan satu saja ayat dalam Al-Qur’an yang mencantumkan konsep Imamah Syi’ah. Lagi dan lagi, siapapun yang telah mencoba mencari bukti untuk Imamah Syi’ah dari Al-Qur’an telah menemui kegagalan.

Tantangan Al-Qur’an

Ini merupakan tantangan terbuka bagi Syi’ah untuk memberikan ayat-ayat Al-Qur’an yang membenarkan garis besar dan konsep Imamah Syi’ah, dapatkah Syi’ah menyebutkan satu saja ayat yang menguraikan Imamah, tanpa adanya penambahan untuk penterjemahan, tanpa adanya sisipan dalam penterjemahan, tanpa hadits untuk “mendukung” penafsiran mereka, tanpa tafsir dan tanpa adanya komentar pribadi mereka yang menuntun kita dari ayat ke ayat?.

Ketika Syi’ah terpaksa untuk menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an tanpa ada penambahan apapun, mereka akan menemukan kemustahilan bahkan untuk lebih dekat memenuhi “Tantangan Al-Qur’an” . tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur’an mengatakan sesuatu mengenai Imamah syi’ah bahkan yang mendekati seperti kalimat : “Wahai orang-orang beriman, sesudah Nabi, akan ada dua belas Imam yang dipilih oleh Allah dan kalian harus mengikuti mereka.” Syi’ah tidak akan pernah bisa menyebutkan satu ayat pun dalam  Al-Qur’an yang menunjukkan tentang Imamah bahkan hal yang mirip dengan itu. Pada kenyataannya, Syi’ah akan terpaksa membuat tafsir yang panjang dan argument yang berputar-putar dengan melibatkan ayat-ayat tertentu dengan makna-makna yang ditambahkan padanya; tetapi jika kita meminta Syi’ah  untuk sekedar membaca ayat tanpa adanya sisipan, maka mereka tidak akan bisa menyebutkan bahkan satu ayat saja untuk membenarkan doktrin Imamah. Cukuplah dikatakan bahwa Syi’ah akan lumpuh dalam berpolemik jika mereka dipaksa untuk hanya menggunakan ayat Al-Qur’an saja.

Syi’ah telah menyatakan bahwa Imamah adalah dasar keyakinan, sehingga seharusnya ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an mengenai topic ini. “Tantangan Al-Qur’an” hanya meminta Syi’ah untuk menyebutkan bahkan hanya beberapa ayat saja dari Al-Qur’an, namun ini tidak mungkin. Tidak satu ayat pun dalam Al-Qur’an menyebutkan nama-nama imam maksum mereka; bahkan nama Ali (رضى الله عنه) tidak pernah disebutkan dalam Al-Qur’an. Tetapi hal yang lebih penting dari ini, tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an menyebutkan konsep Imamah Syi’ah tersebut. Ini hal yang aneh untuk sedikitnya dikatakan; bagaimana bisa Imamah menjadi bagian dari Ushuluddin (pilar dasar keyakinan), namun tidak disebutkan satu kali pun dalam Al-Qur’an? Yang benar adalah bahwa Al-Qur’an menyebutkan semua hal mengenai dasar keyakinan, dan jika sesuatu tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, maka “sesuatu” tersebut tidak mungkin menjadi sebuah dasar keyakinan.

Imamah Tidak Terdapat Dalam Al-Qur’an

Setiap dasar keyakinan dalam Islam disebutkan dalam al-Qur’an berkali-kali. Tauhid dan konsep Allah (عز و جل) telah disebutkan dua ribu kali, konsep tentang Nabi dan Rasul (Risalah dan Nubuwwah) disebutkan berulang kali, bahkan, kata “Rasul” dan “Nabi” disebutkan lebih dari empat ratus kali. Semua hal mengenai Ushuluddin (dasar agama) selain Imamah, disebutkan ratusan kali dalam al-Qur’an. Namun Al-Qur’an benar-benar diam mengenai masalah Imamah.

Syi’ah mengatakan bahwa Imamah adalah satu dari Ushuluddin, tetapi kita melihat bahwa bahkan Furu’uddin (cabang-cabang dari dasar agama) disebutkan lebih banyak daripada Imamah (bahkan sebenarnya tidak pernah sekalipun disebutkan). Shalat, rukun Islam kedua, telah disebutkan 700 kali dalam Al-Qur’an. Zakat, rukun Islam ketiga, telah disebutkan lebih dari 150 kali. Namun, dimana Imamah? Al-Qur’an adalah petunjuk yang sempurna bagi umat manusia, namun apa yang Syi’ah katakan sebagai inti dasar keyakinan (Imamah) tidak ada di dalamnya.

Al-Qur’an jelas mengatakan bahwa Muhammad (صلى الله عليه وآله وسلم) adalah ditetapkan sebagai Rasul Allah (و عز جل) dan bahwa kita harus mengikuti beliau. Jika ada orang lain yang ditetapkan oleh Allah yang harus kita ikuti setelah beliau (Nabi Muhammad), bukankah seharusnya namanya juga disebutkan dalam Al-Qur’an? Jika terlalu banyak permintaan agar menyebutkan nama dua belas Imam dalam Al-Qur’an, bagaimana jika salah satu saja dari mereka? Bahkan Ali (رضى الله عنه) sendiri pun tidak ada namanya dalam Al-Qur’an. Untuk tujuan argumentasi, kita tidak akan hanya menuntut nama; bagaimana dengan konsep Imamah yang ditetapkan Allah yang akan datang setelah Nabi (صلى الله عليه وآله وسلم) dan kita harus mengikuti mereka? Kami berargumentasi bahwa Allah (عز و جل) seharusnya telah memasukkan nama-nama orang tersebut agar kitab ini benar-benar lengkap, namun jangankan hal itu, kami tidak dapat menemukan bahkan satu ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan mengenai konsep Imamah. Tidak satu ayat pun Syi’ah dapat menyebutkannya dalam hal ini.

Al-Qur’an adalah panduan utama bagi umat manusia. Ia-nya berisi seluruh dasar kepercayaan dari iman kita. Jika Imamah adalah benar bagian dari iman kita, maka hal itu harus ada dalam Al-Qur’an. Tetapi Imamah tidak ada dalam Al-Qur’an dan kita menolak apapun kepercayaan yang tidak dijustifikasi oleh Al-Qur’an. Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa orang yang beriman adalah mereka yang melakukan shalat, menunaikan zakat, melakukan amal shaleh, dan hal-hal seperti itu; tetapi mengapa tidak ada satu ayat pun yang mengatakan orang yang beriman adalah mereka yang mengikuti dan menta’ati para Imam Maksum?.

Kesimpulan

Sunni dan Syi’ah, demikian halnya sekte yang berorientasi terhadap Islam lainnya, telah menetapkan sendiri hadits, tafsir, catatan sejarah dan ritual. Namun, Al-Qur’an harus disetujui oleh kedua belah pihak sebagai panduan otentik untuk kebenaran. Dalam kata-kata Sidi Abu Salih, agar suatu dialog antara Sunni dan Syi’ah membuahkan hasil:

Bilangan pembagi yang paling rendah (the lowest common denominator) harus ditemukan, sebuah karya yang akan diterima sepenuhnya otentik dari segi pesan dan keterpaduan oleh kedua belah pihak Sunni dan Syi’ah. Kitab ini, tentu saja  adalah Al-Qur’an yang mulia. Oleh karena itu, tempat yang pertama dan paling penting untuk mencari penyelesaian perbedaan besar doktrin seperti antara kelompok Sunni dan Syi’ah seharusnya adalah Al-Qur’an.

Sumber: Sidi Abu Shalih, Imaamah dan Quran: Sebuah Tujuan Perspektif, p.14

Jadi, kelompok mana yang memiliki dasar keyakinan yang terdapat dalam Al-Qur’an, itu kelompok yang kita harus ikuti. Sebuah kelompok yang keyakinan mereka tidak ada dalam Al-Qur’an tidak dapat diikuti karena hal ini akan bertentangan dengan firman Allah (عز و جل). Al-Qur’an telah sempurna dalam petunjuknya; Allah (عز و جل) berfirman : “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab” (QS 6:38).

Dalam Nahjul Balaghah, yang Syi’ah percaya sebagai khotbah dan surat-surat Ali ra, Ali (رضى الله عنه) berkata : “Al-Qur’an adalah Hujjah dari Allah untuk hamba-hamba-Nya… itu adalah dasar Islam… dan pedoman bagi siapa saja yang mengikutinya dan pembenaran bagi siapa saja yang mengambilnya sebagai pendekatan dan bukti bagi yang membutuhkan sebagai pendukung dalam dialog dan pemenang bagi siapa saja yang menggunakannya dalam berargumen”. (Nahjul Balaghah, Khutbah 198)

Imam Shadiq dilaporkan telah mengatakan dalam hadits Syi’ah: “Setiap orang yang datang untuk mengakui kebenaran dari sumber lain selain Al-Qur’an tidak akan diselamatkan dari fitnah.”

Pentingnya Al-Qur’an dinyatakan dengan jelas oleh Imam maksum Syiah: “Jika kamu menemukan dua Hadis yang diriwayatkan dari kami [Imam] kemudian membandingkannya dengan Kitab Allah, apa yang sesuai kemudian ambillah dan apa yang tidak sesuai tolaklah “(Al-Istibsar, Volume 1, p.190). Dan lagi:” Apa pun yang datang kepadamu terkait kami [Imam] maka bandingkan dengan Kitab Allah, apa pun yang sesuai dengan itu maka terimalah dan apa pun yang bertentangan maka tolaklah “(Al-Istibsar, Volume 3, p.158.)

Kenyataan bahwa Imamah tidak terdapat dalam Al-Qur’an mungkin datang sebagai kejutan bagi saudara-saudara kita Syi’ah. Kami mendorong mereka untuk melihat dalam Al-Qur’an untuk ayat-ayat tentang dua belas imam maksum, dan pasti mereka tidak akan menemukannya sama sekali. Seperti yang dinyatakan oleh salah satu saudara kita: “Saya tidak menemukan ajaran Syi’ah dalam Al-Qur’an.”

Artikel ditulis oleh : Muhammad Owais

Diedit oleh : Ibn al-Hashimi, www.ahlelbayt.com

Diterjemahkan secara bebas oleh : alfanarku

Special thanks to the author of the following bookSpecial thanks to the author of the following book

“Imaamah and the Quran: An Objective Perspective”
By: Abu Salih

Synopsis: Imamah is one of the fundamental beliefs of the Shia, and it is the major difference between the Shia and mainstream Muslims. The Quran is the central book of Islam, and hence, it contains all of the major beliefs of the Muslims. In the book “Imaamah and the Quran”, the author analyzes how Imamah, the major belief of the Shia, is absent from the Quran. This book was instrumental in the creation of this website, and it can be purchased here.

58 Responses : Lihat rujukan

Bahaya Ajaran Imamah Dalam Syiah. SYIAH & Ambisi Merebut Negeri Ahlussunnah
Tanggapan Majlis Islam Suriah Atas Kebusukan Mulut Ali Khamenei Laknatullah 'Alaihi. Menunjukan Iran Dan Gerombolan Qum Kelompok Takfiri Tulen.
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
Syiah – Grup Takfiri Terbesar Dunia. Kejahatan Syi'ah Khomeini Dan Iran