Thursday, June 9, 2016

Benarkah Prof. Dr. Syafii Ma’arif Berpahaman Liberal?

June 05, 2016
Untuk menjawab judul di atas, saya sarankan pembaca mencari tulisan-tulisannya, komentar-komentarnya, seminar-seminar yang dihadirinya, dll. Kalau tidak punya waktu untuk mengadakan penelitian kecil tersebut, saya bantu anda dengan tulisan di bawah ini. Dengan mengetahui jalan pikirannya, diharapkan anda tidak lagi menjadikan Syafii Ma’arif sebagai referensi bahkan sampai ada yang memamnggilnya sebagai ulama besar lagi. Juga diharapkan anda tidak terkejut-kejut kalau muncul kalimat-kalimat yang menentang umat Islam dan lebih membela non-Muslim.

Menolak Masuknya Piagam Jakarta Dalam pasal UUD

Pada tanggal 10 Agustus 2000, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Syafii Ma’arif, bersama Ketua PBNU dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid membuat pernyataan bersama. Isinya: menolak masuknya Piagam Jakarta dalam pasal UUD 1945. Dalam beberapa ceramahnya, Syafi’i pernah menolak syari’at Islam karena tidak sesuai dengan konteks zaman.

Menolak Formalisasi Syariat Islam

Syafi’i Ma’arif memang dikenal sebagai orang yang berada di dalam gerbong para penolak formalisasi syariat Islam. Syafi’i menceritakan, dulu pada tahun 70-an sebelum dirinya berangkat ke Chicago, Amerika Serikat, dirinya adalah orang yang sangat anti-terhadap Pancasila. “Tetapi setelah dicuci otak oleh Fazlul Rahman (Profesor di Chicago, red) saya berubah,” ujarnya sambil terkekeh.

Menentang Dakwah Islam di Eropa

Syafi’i berkata ”Orang-orang yang berdiaspora ke Eropa berupaya mengislamkan Eropa dengan dakwah, sehingga mengalami benturan dengan pluralisme, demokrasi, gender, dan lain-lain,”tukasnya. Syafi’i menyarankan, harusnya mereka bukan “mengislamkan Eropa” tetapi “mengeropakan Islam” sehingga Islam harus beradaptasi dengan pluralisme dan lain-lain.

Membenci Islam Syariat dan Usaha Melegalkannya Melalui Parlemen

Syafi’i juga membuat heboh dengan memberi kata pengantar dalam buku “Ilusi Negara Islam Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia”. Buku tersebut cukup kontroversial, karena memberikan propaganda negatif terhadap kelompok Islam seperti HTI, MMI, dan PKS. Dalam prolog buku itu, Syafi’i Ma’arif menyebut golongan fundamentalis yang ingin menegakkan syariat Islam sebagai kelompok “miskin peta sosiologis Indonesia” sehingga mengambil jalan pintas untuk memperoleh keadilan dengan memaksa berlakunya syariat Islam. “Jika secara nasional belum mungkin, maka diupayakan melalui Perda-Perda (Peraturan Daerah). Dibayangkan dengan pelaksanaan syariah ini, Tuhan akan meridhai Indonesia,” sindirnya.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif mengingatkan adanya ancaman gerakan Islam Syariat di Indonesia. Gerakan Islam Syariat dapat merusak fondasi bangsa yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Gerakan Islam Syariat biasa memperjuangkan lewat jalur politik dan berupaya mengubah ideologi bangsa Indonesia. “Munculnya gerakan ini (Islam Syariat-red) merupakan ekspresi politik identitas berlabel Islam,” kata Buya Syafi’i.

Semua Pemeluk Agama Masuk Syurga

Ada sikap keberagamaan Ahmad Syafii Maarif yang konsisten dan sejalan dengan kaum sepilis, yaitu bahwa meski seseorang itu tidak beriman kepada Allah, namun berkat amal salehnya ia akan mendapat ganjaran setimpal. Sikap keberagamaan seperti ini sering diulang-ulang oleh Ahmad Syafii Maarif antara lain ketika ia membahas soal tafsir buya HAMKA terhadap surat Al-Baqarah ayat 62 dan surat Al-Maidah ayat 69, yang oleh Irena Handono dikatakan sebagai pemahaman yang berkabut bahkan menelikung pemikiran buya HAMKA. Dalam tulisan itu, Syafii mendukung faham pluralisme agama, menyamakan semua agama, dan semuanya masuk surga semua.

Menyebut Hamas Bentukan Israel

Dalam wawancara dengan Karni Ilyas di acara Indonesia Lawyer Club  TV One, Selasa, 24 Maret 2015 bertema “ISIS MENGANCAM KITA?”, Syafi’I Ma’arif sempat mengatakan, HAMAS dibuat oleh penjajah Israel.

“Dan harus ingat, siapa dulu yang menciptakan HAMAS untuk melumpuhkan Yasser Arafat dan Fatah, itu kan israel juga. Jadi walaupun kadang-kadang kita tidak mau dengar teori konspirasi, tapi ini ada buktinya itu, bahwa Hamas itu diinisiatifi oleh israel. Kemudian berubah menjadi lawannya. Ini karena orang Islam itu tidak mengerti peta. Mereka mau jihad mau mati, karena mereka ini melihat dunia ini sudah sangat zalim, “ demikian ujar Syafi’I Ma’arif kala itu.

Maarif Institute Mendapatkan Dana Asing Untuk Program De-radikalisasi

Dalam menyebarkan ide liberal, JIMM mengadakan workshop yang mengotak-atik nash-nash Al Quran. Tak jarang setelah dari workshop itu bersuara keras tidak perlu ber-Tuhan. Saat ini kader-kader JIMM banyak yang masuk Maarif Institute. Lembaga ini didirikan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi’i Ma’arif. Maarif Institute mendapatkan dana asing. Mereka terlibat dalam deradikalisasi BNPT. Mereka hanya menjual agama Islam kepada majikan asing dan kelompok tertentu.

Mendukung Pemimpin Non-Muslim

Maarif Institute yang didirikan Syafii Maarif membuat acara yang mendukung pemimpin non-Muslim di daerah mayoritas Islam. Acara ini dikemas dengan nama Halaqah Fikih Kebinekaan yang dilaksanakan 24-26 Februari 2015 lalu di Jakarta. Harian Kompas membuat liputan acara ini hampir setengah halaman. Prof Amin Rais pernah mengeluhkan kenapa koleganya yang sudah berusia senja, membuat Maarif Intitute. MI seperti diketahui banyak aktifitasnya yang mengarahkan Islam ke liberal. Harian Kompas banyak memberikan ruang bagi MI baik liputannya maupun tulisan aktifis-aktifisnya. Mereka memang ingin menjadikan Indonesia liberal. Mereka tidak ingin Indonesia menjadi Islami.

Tidak heran kalau Syafii mendukung Ahok yang sering berkata kotor. Menurut Syafii, Ahok tak kepalang tanggung pasang badan meski harus dikeroyok partai-partai di DPRD dalam urusan membela duit rakyat. “Saya ikuti sepak terjang Ahok ini meskipun belum kenal secara pribadi. Dia sosok pemimpin petarung yang mungkin sudah putus urat takutnya,” jelas Syafii Maarif, (Senin, 23/3).

Lebih Membela Non-Muslim

Begitu tingginya apreasiasi Ahmad Syafii Maarif kepada kalangan non Islam (termasuk kalangan atheis), sampai-sampai kita tidak pernah mendengar pembelaan beliau terhadap orang kecil yang dilarang berjilbab hanya untuk menjadi cleaning service atau office girl di sebuah perkantoran. Atau, barangkali Ahmad Syafii Maarif belum pernah tahu tentang adanya kebijakan di sejumlah perusahaan yang melarang eksekutifnya memelihara jenggot. Kalau hak-hak orang atheis saja sampai menjadi sorot perhatian Syafii , seharusnya hak menjalankan Islam bagi kayawan dan karyawati yang diabaikan oleh majikannya justru lebih dahulu bisa masuk ke dalam sorot perhatian Ahmad Syafii Maarif. Sayangnya, justru sebaliknya.

Mendukung Pasangan Jokowi-JK

Menurut dia pasangan Jokowi – JK adalah pasangan tepat untuk memimpin Indonesia. Apalagi untuk mencapai kedaulatan ekonomi. “Indonesia akan jauh lebih baik jika dipimpin oleh para negarawan semisal JK . Eman-eman, negeri sebesar ini kurang terurus dengan baik selama ini. Kedaulatan kita di bidang ekonomi telah lama dimainkan pihak asing,” sambung dia. Tidak heran dia mendukung pasangan tersebut, karena mereka sesungguhnya memiliki ide yang sama dalam menelikung syariat Islam.

Umat Islam Bukan Umat Yang Terbaik

Dalam seminar ‘Fikih dan Tantangan Kepemimpinan Dalam Masyarakat Majemuk’ di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat (24/2), Ahmad Syafii Ma’arif  mengatakan, ““Kita (umat Islam) merasa terbaik, nggak lah.”

Padahal Allah SWT telah berfirman di dalam Qur’an surah Ali Imran ayat 110, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah, dan kalau sekiranya ahlul kitab beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada orang2 yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang2 fasik“.
Sumber:

muhammadiyah.html
muhammadiyah.html

Syafi’i Ma’arif Sebut Sunni & Syi’ah Tak Ada Dizaman Nabi, Habib Zein Alkaf: Dia Sudah Pikun!
Kerancuan Teologi Syafi’i Ma'arif
Aroma Liberal dan Syiah Mulai Dipancarkan dari Muhammadiyah
Ucapan Dungu ( Ahmaq ) dan Bodoh ( Jaahil ) tokoh umat Islam dan tokoh masyarakat yang empati dan simpati dengan syiah.
Siapa yang Merusak Sejarah Islam?
Perbedaan Kita Dengan Syiah Hanya Furuiyah, Benarkah?
Sebuah Catatan untuk Prof. A. Syafii Maarif. Sunni Biang Perpecahan dan Diberhalakan?
Tokoh Indonesia vs Ulama' Ahlusunnah Tentang Syi'ah