Membongkar Megaproyek Tsunami
Kristenisasi Di Indonesia. Kenapa Tidak Terjadi Di Negara Arab Dan Pakistan ?
Musibah Dasyat Di Tahun 2035 ! (BagianI)
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/11/membongkar-megaproyek-tsunami.html
Kristenisasi di Indonesia; Strategi
Memangkas Islam
Awal tahun 90-an. Seorang pemuda duduk
termenung. Dari balik kaca jendela bus, matanya menerawang ke arah luar.
Menatap pepohonan dan lalu lalang manusia yang dilewati bus yang meluncur
menuju Semarang. Tak ada kawan bercakap. Hanya sesekali terdengar teriakan
kondektur untuk menghentikan laju bus.
Siang itu, saat bus singgah di Salatiga,
seorang paruh baya naik. Orang itu duduk di samping sang pemuda. Bus pun
merayap perlahan. Meninggalkan Kota Salatiga yang dikenal sebagai salah satu
basis kristenisasi di Jawa Tengah. Di kota itu pula berdiri universitas Kristen
besar: Satya Wacana.
“Mau ke mana, mas?” tanya orang paruh
baya itu kepada sang pemuda.
“Ke Jepara,” jawab pemuda itu datar.
Melihat lawan bicaranya lebih banyak
diam, orang paruh baya itu semakin banyak bicara.
Awalnya, ia cuma bertutur tentang
pengalaman hidupnya. Saat bercerita sesekali menyebut kosa kata beraroma
kekristenan. Semakin panjang dirinya mengungkap kisah, semakin berani mengajak
sang pemuda untuk berkeyakinan seperti dirinya. Mulailah ia mengutip isi Bibel.
Berbicara tentang keselamatan hidup dan pengampunan.
Orang paruh baya itu ternyata tengah
menunaikan misi. Berupaya membetot setiap orang agar menjadi gembalaannya.
Bergiat mengajak manusia untuk berkubu dengannya dalam bingkai kenasranian.
Melihat perangai jahat dari orang paruh
baya itu, sang pemuda mulai gerah. Tauhid yang menjadi prinsip hidup seorang
muslim pun disampaikan. Sementara itu, prinsip trinitas yang menjadi keyakinan
orang paruh baya itu digugat.
Beberapa pernyataan sang pemuda itu
menjadikan orang paruh baya tersebut terdiam. Ia mulai membisu. Entah, apa yang
ia pikirkan. Semoga Allah ‘azza wa jalla memberi hidayah kepadanya.
Tak selang berapa lama, orang paruh baya
itu bangkit dari tempat duduknya, lalu memberi aba-aba agar bus berhenti. Orang
paruh baya itu turun lalu menghilang dari pandangan mata.
Kisah kristenisasi terselip jua di sudut
Kota Solo. Gereja Bakung, yang terletak di dekat batas kota, hari itu ramai
dikunjungi orang.
Hari itu, beberapa mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi Malang tengah menunaikan misi. Mereka serempak mendatangi
rumah-rumah penduduk dan mengajak untuk berkunjung ke gereja. Di antara mereka
ada yang ditugasi membagikan bingkisan sembako. Sebuah aksi menantang.
Upaya memurtadkan kaum muslimin pun terus
digencarkan. Militansi para mahasiswa teologi ini tampak tak terukur.
Orang-orang yang secara nyata mengaku sebagai muslim pun tetap disambangi.
Mereka berupaya memurtadkannya.
Karena aksinya yang meresahkan
masyarakat, warga pun mengadukan kepada pihak berwajib. Aparat keamanan pun
bergerak. Gereja Bakung didatangi pihak aparat.
Para misionaris tak pernah diam. Mereka
terus bergerak, berupaya memurtadkan kaum muslimin.
Seorang dokter yang bertugas di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusomo Jakarta tertangkap tangan saat berupaya menyebarkan
kekristenannya kepada mantan Perdana Menteri RI, Muhammad Natsir.
Saat itu, Mantan Perdana Menteri tengah
terbaring lemah karena sakit keras. Di kamar inap Mantan Perdana Menteri,
diputar lagu-lagu kerohanian gereja oleh sang dokter yang merangkap sebagai
misionaris.
Pihak keluarga yang mengetahui tindakan
sang dokter, lantas mengadukan masalah tersebut kepada pihak berwenang. Sang
dokter pun dipecat dan diganjar dengan beragam sanksi lainnya.
Misi untuk menyebarkan agama Kristen
terus berlanjut. Dari masa ke masa, kaderisasi misionaris senantiasa
berlangsung. Sekolah-sekolah teologi tak pernah sepi. Para mahasiswanya pun tak
cuma dibekali pemahaman kekristenan, lebih dari itu mereka dibekali dengan
pelajaran Bahasa Arab, Ilmu Tafsir al-Qur’an, Sejarah Islam, dan mata kuliah
lainnya. Tekad mereka untuk menggembala selalu berkobar. Gerakan pemurtadan tak
pernah henti. Cerita anak gembala banyak menyeruak di pelosok negeri.
Allah ‘azza wa jalla telah mengingatkan
kaum muslimin terhadap tekad baja kaum Yahudi dan Nasrani. Firman-Nya,
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا
ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan ridha kepadamu hingga dirimu mengikuti ajaran agama mereka.” (al-Baqarah:
120)
Beberapa kisah di atas hanya secuplik
contoh dari sekian banyak kasus kristenisasi yang berserak di negeri ini.
Abad Misi
Abad kesembilan belas merupakan “abad
misi”. Abad pergerakan bagi para misionaris. Peran gereja begitu dominan. Tak
terkecuali di daerah koloni, seperti Hindia Belanda (sekarang: Indonesia), para
misionaris pun menancapkan kukunya.
Dalam Regeringsalmanak voor
Nederlandsch-Indie (Almanak Pemerintah Hindia Belanda) disebutkan bahwa tahun
1850 hanya ada 17 pendeta, 27 misionaris Protestan, dan 9 pastor Katolik Roma.
Tahun 1900, terjadi peningkatan jumlah hingga 77 pendeta, 73 misionaris, dan 49
pastor. Setelah tahun 1900, peningkatan semakin meninggi. (Kawan Dalam
Pertikaian Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia[1596—1942], Karel
Steenbrink, hlm. 143)
Di antara misionaris yang pernah
menjalankan aksinya di Hindia Belanda ialah Samuel Eliza Harthoon. Ia datang
bersama sang istri pada 1854. Sejak akhir 1855, ia mempelajari bahasa Jawa.
Harthoon ditugaskan menjalankan aksi misionarisnya di Malang.
Tersebut juga nama Carel Poensen yang
datang ke Jawa pada 1860. Ia merupakan petugas dari Masyarakat Misionaris
Belanda. Poensen ditempatkan di Kediri sebagai misionaris. Poensen adalah
misionaris yang memiliki gagasan membangun komunitas Kristen dalam satu
wilayah. Sebab, menurutnya, tidaklah mungkin akan terbentuk masyarakat Kristen
bila masing-masing penganut Kristen bercerai-berai.
Misionaris lainnya, Pastor F. Van Lith
S.J. membuka misi Katolik di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, pada 1896. Ia
tekun mempelajari bahasa dan kebudayaan Jawa. Pada 1904 ia membuka sekolah
pendidikan guru yang kemudian menjadi pusat kegiatan Katolik di Jawa.
Kaderisasi melalui sekolah pendidikan guru ini berhasil membentuk basis elite
Katolik yang menopang aksi-aksi misionaris pada masyarakat Jawa. (Kawan Dalam
Pertikaian, hlm.144—159)
Di Kabupaten Poso, penyebaran Kristen
dilakukan oleh Albertus Christian Kruyt dari Belanda. Setelah mempelajari
budaya lokal masyarakat pedalaman Poso, ia mulai beranjak menawarkan misinya.
Tujuh belas tahun dirinya bergumul dengan masyarakat pedalaman Poso. Akhirnya,
pada 25 Desember 1909, ia berani menyelenggarakan pembaptisan untuk kali
pertama.
Melihat sejarah awal upaya kristenisasi
di Indonesia, tak mengherankan bila kristenisasi di Indonesia pada masa
sekarang melibatkan jaringan internasional.
Mengapa?
Karena sejak awal para misionaris bukan
orang-orang Hindia Belanda (baca: orang Indonesia) melainkan orang asing,
khususnya Belanda. Sisi lain juga terungkap, kristenisasi yang dilakukan oleh
para misionaris berjalan di bawah kelembagaan yang resmi. Kelembagaan itu bisa atas
nama gereja, persekutuan gereja, atau bersifat swadaya masyarakat Kristen.
Melalui kelembagaan yang ada, mereka bersinergi untuk mengkristenkan satu
wilayah, memurtadkan kaum muslimin.Nas’alullaha as-salamah.
Karena itu, kaum muslimin hendaknya membangun
kesadaran berislam yang benar. Kesadaran yang dilandasi ilmu sebagaimana yang
telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah selaras pemahaman salafus saleh. Niscaya,
kesesatan tak menghampirinya, justru keselamatan akan diraihnya dengan izin
Allah ‘azza wa jalla.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda saat haji wada’,
تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا إِنِ
اعْتَصَمْتُمْ بِهِ؛ كِتَابَ اللهِ
“Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang
kalian tak akan tersesat selama berpegang padanya, yaitu kitabullah.” (HR.
Muslim no.1297)
Kolonialisasi (Penjajahan) Berwajah
Gereja
Menilik data di atas, gerakan misionaris
tak bisa dilepaskan dengan misi kolonial. Apabila ditelisik lebih jauh,
pemerintah kolonial bahkan harus bisa bekerja sama dengan gerakan misionaris
bila kolonialisasi ingin terus berlangsung. Misionaris membawa misi untuk
mengurangi kekuatan dan pengaruh Islam. Melalui gerakan misionaris ini,
diharapkan umat Islam akan terkurangi secara populasi. Itu berarti mengurangi
kekuatan pihak yang menjadi lawan pemerintah Hindia Belanda yang sebagian besar
adalah kaum muslimin.
Bagi kalangan misionaris, Islam adalah
musuh yang menakutkan yang tidak harus diserang secara langsung, tetapi setahap
demi setahap dikurangi kekuatannya. Tentu saja, hal itu dilakukan dengan
beragam cara, seperti melalui bidang pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial
budaya. Dengan cara seperti ini, para misionaris menghindari konfrontasi
langsung secara fisik dengan kaum muslimin. Mantanzendings consul, Van
Randwijck menyebut strategi ini dengan sebutan “Strategi Memangkas Islam”.
(Kawan Dalam Pertikaian, hlm.144)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
يُرِيدُونَ لِيُطۡفُِٔواْ نُورَ ٱللَّهِ
بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama)
Allah dengan mulut-mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (ash-Shaff:
8)
وَيَمۡكُرُونَ وَيَمۡكُرُ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ
خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ ٣٠
“Mereka membuat makar (tipu daya), dan
Allah pun membuat tipu daya pula. Dan Allah-lah sebaik-baik pembuat makar.”
(al-Anfal: 30)
Hubungan misionaris dengan kolonial bisa
diungkap dari bantuan finansial (dana) yang diberikan oleh pemerintah kolonial
untuk berbagai aktivitas misionaris. Para misionaris mendapat dukungan politik,
administratif, dan finansial di sejumlah daerah tempat Islam dikhawatirkan
berkembang pesat.
Bantuan pemerintah kolonial itu ditujukan
guna membendung laju Islam di daerah-daerah, seperti di wilayah Tapanuli,
Sumatra Utara, sehingga wilayah yang banyak dihuni masyarakat bersuku Batak ini
tidak memeluk Islam.
Begitu pula Sulawesi Selatan, yang jatuh
ke pihak Belanda tahun 1905. Gubernur daerah menyokong secara moral dan
finansial kepada para misionaris. Tujuannya, agar suku Toraja, Muria, dan suku
lain tidak memeluk Islam. Dukungan dana dari kolonial terus mengalir kepada
para misionaris. Sokongan dana diarahkan juga untuk mempertahankan kenasranian
penduduk di Pulau Mentawai. (KawanDalam Pertikaian, hlm.149—150)
Pemberian bantuan pemerintah kolonial
Belanda tentu menguntungkan kolonialisasi di Hindia Belanda yang berpenduduk
muslimin. Tak mengherankan apabila Gubernur Jenderal di Hindia Belanda
(1909—1916), Idenburg, pernah sesumbar bahwa Belanda akan tetap menguasai
Hindia Belanda (Indonesia) hingga agama Nasrani menjadi agama bangsa tersebut.
Sebuah pernyataan yang menggambarkan kolonialisasi berwajah gereja.
Bahkan, Van Limburg Stirum, Gubernur
Jenderal baru Hindia Belanda (1916—1921) pengganti Idenburg, masih meneruskan
kebijakan gubernur jenderal sebelumnya untuk menyuplai dana bagi kegiatan
misionaris.
Di antara yang mendapat perhatian pemerintah
kolonial adalah bidang pendidikan. Melalui pendidikan, misionaris mengembangkan
gerakan dan pemahaman agamanya hingga tertanam dalam masyarakat. Melalui
pendidikan, kaum misionaris mencetak kader-kader militan yang berdaya guna bagi
penyebaran kristenisasi.
Mewaspadai Gerakan Kristenisasi
Allah ‘azza wa jalla telah mengabarkan
perihal tekad kaum Yahudi dan Nasrani untuk mengajak setiap manusia ke dalam
agamanya. Selama manusia belum mengikuti ajaran agamanya, mereka akan terus
memengaruhi dengan segala cara, baik secara halus maupun dengan kekerasan.
tanda-seru
Perjalanan panjang sejarah kaum Muslimin
telah memberi gambaran nyata terhadap sepak terjang Yahudi dan Nasrani. Yahudi
dengan gerakan zionisnya. Nasrani dengan gerakan salibisnya. Mereka akan
senantiasa tidak rela terhadap keimanan yang tumbuh pada diri kaum Muslimin.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa’di rahimahullah padaTaisir al-Karimi ar-Rahman fi Tafsiri Kalami
al-Mannan, tafsir surat al-Baqarah ayat 120, berpendapat bahwa mereka adalah
orang-orang yang berdakwah, mengajak, dan menyeru manusia ke dalam agama
mereka. Mereka berbuat demikian lantaran mereka merasa berada di atas petunjuk.
Mereka merasa di atas kebenaran, padahal senyatanya di ata kesesatan. Mereka
tidak berpegang pada petunjuk yang benar, tetapi mengikuti hawa nafsunya.
Bagaimana tidak?
Yahudi menjadikan Uzair sebagai anak
Allah ‘azza wa jalla. Nasrani menjadikan Isa al-Masih q sebagai anak Allah
‘azza wa jalla. Mereka mempersekutukan Allah ‘azza wa jalla dengan makhluk-Nya.
Sungguh, bentuk kezaliman yang nyata
telah mereka perbuat. Sikap dan tindakan mereka didasari oleh hawa nafsu
belaka. Mereka adalah kaum yang arogan, congkak, dan sombong lantaran menolak
risalah yang telah disampaikan oleh Rasul utusan Allah ‘azza wa jalla kepada
mereka.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ
وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوۡلُهُم
بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهُِٔونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ قَٰتَلَهُمُ
ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٣٠
“Dan orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair
putra Allah,’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al-Masih putra Allah.’ Itulah
ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir
yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”
(at-Taubah: 30)
Karena itu, terlarang keras mengikuti
hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا
ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ
ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ
ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ ١٢٠
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah,
‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika
engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu,
tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” (al-Baqarah: 120)
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah
menjelaskan ayat di atas, Allah ‘azza wa jalla memberikan kabar kepada
Rasul-Nya bahwa sesungguhnya Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali apabila beliau shallallahu
‘alaihi wa sallammengikuti agama mereka. Sebab, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang mengajak pada agamanya. Mereka meyakini bahwa mereka berada di
atas petunjuk. Katakanlah kepada mereka, “Sesungguhnya petunjuk Allah ‘azza wa
jalla itulah petunjuk (yang sebenarnya). Adapun diri kalian berada di atas hawa
nafsu.”
وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ
ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ
١٢٠
“Dan jika engkau mengikuti keinginan
mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu
pelindung dan penolong dari Allah.”
Ayat ini memuat larangan yang sangat
besar dalam hal mengikuti hawa nafsu Yahudi dan Nasrani serta bertasyabuh
(meniru) mereka dalam keagamaan mereka secara khusus. (Tafsir Taisir al-Karimi
ar-Rahman, hlm. 50)
Larangan tegas tersebut merupakan
peringatan bagi kaum muslimin untuk senantiasa mewaspadai tipu daya orang
Yahudi dan Nasrani. Hendaknya kaum muslimin tidak terkecoh oleh beragam aksi
mereka sehingga mau berlunak hati padanya. Padahal aksi yang mereka perbuat
secara nyata adalah dalam rangka menjajakan syiar-syiar keagamaannya.
Contoh kasus, terkait hari raya agama,
dibuatlah pembedaan antara aspek ‘ritual’ yang hanya melibatkan umat agama itu
saja dan aspek ‘seremonial’ yang di dalamnya umat agama lain dibolehkan ikut
serta.
Pembedaan semacam ini merupakan bentuk
syubhat (kerancuan) pemahaman yang terus dipompakan kepada kaum muslimin.
Bagaimana mungkin sebuah ‘hari raya agama’ bisa dipilah dalam bentuk ‘ritual’
dan ‘seremonial’, padahal bentuk ‘ritual’ atau ‘seremonial’ lahir dari sebuah
keyakinan agama, lahir dari sebuah semangat ingin menampilkan syiar keagamaan,
dan lahir dari kekhususan yang menyangkut perkara agama?
Jangan mengikuti hawa nafsu Yahudi maupun
Nasrani, jangan pula bertasyabuh (meniru) dalam ibadah khusus agama mereka.
Pemilahan ‘ritual’ dan ‘seremonial’ hanya akal-akalan para penyeru pluralisme
yang menginginkan kedamaian antarumat beragama. Pemilahan itu tampak terlalu
dipaksakan.
Apa yang Harus Dilakukan Apabila Terjadi
Kristenisasi?
Para misionaris dahulu dengan masa kini
tentu berbeda. Walau misi yang didakwahkan tetap sama, namun metode yang
ditempuh sudah berbeda. Dahulu, mereka biasa melakukan secara terang-terangan.
Kini, kesan itu sudah nyaris tak terdengar.
Mereka bermain secara halus, bahkan
cenderung menghindari publisitas, sembunyi-sembunyi. Seiring dengan peraturan
dan perundangan yang banyak berubah terkait hubungan antarumat beragama, para
misionaris banyak mengubah cara dakwah.
Dahulu begitu mudah didapat pamflet,
selebaran, majalah, atau buku yang disampaikan oleh para misionaris. Kini,
nyaris tidak terdengar mereka menyebarkannya. Dalam hal pendirian gereja saja,
mereka sangat berhati-hati. Khawatir timbul resistensi (penolakan) dari warga
beragama Islam.
Karena itu, mereka biasanya bergerak
sembunyi-sembunyi saat mengumpulkan tanda tangan warga, lantas tiba-tiba gereja
berdiri.
Apabila disinyalir kuat ada gerakan
kristenisasi, hendaknya kaum muslimin merapatkan barisan. Di antara kaum
muslimin hendaknya ada yang mempelajari ketentuan yang diberlakukan pemerintah
terkait dengan penyiaran agama, seraya berupaya mengumpulkan data dan bukti
telah terjadinya kristenisasi. Data dan bukti bisa dalam bentuk buku, pamflet,
selebaran, maupun majalah yang berisi ajakan untuk beralih ke agama Kristen.
Catat setiap kesaksian dan peristiwa.
Hindari main hakim sendiri. Jangan terpancing untuk bertindak anarkis. Laporkan
kepada pihak berwajib aksi yang dilakukan oleh para misionaris. Waspadai setiap
kegiatan mereka. Sebab, ada di antara mereka yang telah berbaur dengan
masyarakat sehingga secara halus bisa memengaruhinya.
Sekarang adalah era keterbukaan. Tentu
saja, pihak gereja atau misionaris bekerja secara cermat agar tidak
kontraproduktif. Keadaan semacam ini yang harus dicermati secara saksama.
Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan
oleh kaum muslimin ialah tetap memberikan pembinaan kepada segenap warga
beragama Islam. Caranya, menumbuhkan kesadaran beragama yang benar sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bekali umat dengan
ilmu agama yang benar, sebagaimana para salafus saleh (para sahabat, tabi’in,
dan tabiut tabi’in) telah mengajarkan dan mengamalkannya. Semoga dengan itu
menjadi penangkal yang kokoh terhadap arus kristenisasi. Allah ‘azza wa jalla
berfirman,
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah
hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن
يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
“Dan barang siapa mencari agama selain
Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”
(Ali Imran: 85)
Menghadapi tipu daya kaum Nasrani di
Indonesia perlu kesungguhan. Di antara upaya mereka dalam melumpuhkan kaum
muslimin adalah dengan isu pluralisme. Dosen, mahasiswa, dan pelajar menjadi
target utama. Di antara programnya adalah mengajak sebagian mereka menetap
beberapa hari di tengah keluarga Nasrani, mengajak berkunjung ke gereja,
melihat bagaimana kaum Nasrani beribadah di gereja.
Mereka tidak didakwahi secara lisan.
Mereka hanya diminta untuk melihat dan mengamati, itu saja. Dari situ, akan
timbul kekaguman terhadap agama orang lain. Nas’alullaha as-salamah. Kita
berlindungkepada Allah ‘azza wa jalla dari tipu daya mereka.
Jangan ikuti hawa nafsu mereka. Jangan
ikuti kesesatannya.
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abul Faruq Ayip
Syafruddin
Inilah Berbagai Cara Kristenisasi yang
Dilakukan di Indonesia
Semoga bermanfaat untuk membentengi diri
kita dari pemurtadan.
Berbagai cara ditempuh untuk melancarkan
proyek kristenisasi. Ada yang memalsukan Al-Quran, pendeta mengaku haji, sampai
upaya memurtadkan kiai ternama. Ada pula tokoh Muslim yang “mendukung”
kristenisasi.
Kawin antar-agama hanyalah salah satu
cara kristenisasi. Lainnya, banyak. Menurut kristolog Abu Deedat Shihab, kaum
misionaris dan zending perlu menempuh berbagai macam cara karena selama ini
merasa gagal. Kini, kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat
Islam dari agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada
Al-Quran Surat Al-Baqarah: 109, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar
mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman…” Juga
Al-Baqarah: 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka.”
Sinyalemen Al-Quran itu memang benar.
Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi
yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita
bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan
seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana
seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari
Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”
Plesetan Al-Qur’an
Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat
Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran
sungguhan, tapi palsu. Salah satunya adalah The True Furqan, yang sempat
beredar di internet dan menggegerkan publik Jawa Timur, awal Mei lalu. Dalam
Al-Quran buatan Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman,
At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Yesus.
Selain ada Al-Quran palsu, juga
bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits. “Cara ini yang
sekarang paling banyak terjadi. Pemberian Indomie atau bantuan uang sudah tidak
manjur lagi,” tutur Abu Deedat.
Kenapa cara itu ditempuh? Dalam wawancara
dengan majalah Jemaat Indonesia (edisi 4 Juni 2001), Pdt R Muhamad Nurdin
—Muslim murtad— menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan tulus seperti
merpati. “Saya membuat buku agar dibaca umat Kristen, kemudian disalurkan
kepada umat beragama lain. Saya tulis untuk kalangan sendiri, untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang
Yahudi, supaya aku memenangkan orang Yahudi. Itu cara yang hati-hati dalam
merebut hati kaum Muslimin. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk Suradi
dan Poernama,” ujarnya. Dua nama terakhir adalah pendeta yang divonis mati oleh
Forum Ulama Ummat (FUU) Bandung karena menghina agama Islam.
Buku-buku Nurdin laku keras. Dalam tiga
tahun, 5000 eksemplar ludes. Hasilnya, menurut penuturan Wakil Gembala Gereja
Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun Jakarta ini, banyak orang Islam
yang akhirnya menerima Yesus alias murtad. “Bahkan ada yang menjadi penginjil.”
Contoh buku karangan Nurdin adalah
Ash-Shadiqul Masdhuq (Kebenaran yang Benar), As-Sirrullahil Akbar (Rahasia
Allah yang Paling Besar), dan Ayat-ayat Penting dalam Al-Quran.
Selain buku, juga bermunculan brosur atau
pamflet sejenis lembar Jumat. Judul yang dipilih pun seolah-olah Islami.
Misalnya “Allahu Akbar Maulid Nabi Isa
as”, “Kesaksian Al-Quran tentang Keabsahan Taurat dan Injil”, dan “Siapakah
yang Bernama Allah itu?” Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab yang isinya
pujian kepada Yesus.
Buku dan brosur itu diterbitkan oleh
Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian Center Nehemia Jakarta, Yayasan
Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada
Shiraathal Mustaqiim.
Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran
empuk. Siti Muflikhah, santri Pesantren At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat
berisi komik anak-anak dari sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di
bagian awal, komik itu berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian
akhir ada pernyataan, “Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juruselamat
saya.”
Mengaku Mantan Haji
Bidang kesehatan juga dibidik. Ini antara
lain dialami keluarga Hartono, warga Kupang, Surabaya. Istrinya, Jam’iyah,
sakit dan dirawat di RS RKZ Surabaya. Biaya yang harus dikeluarkan selangit
sehingga Hartono yang cuma bekerja sebagai mandor kontraktor kebingungan.
Datang misionaris menawarkan bantuan biaya pengobatan. Namun ada syaratnya:
masuk Kristen. Hartono terpikat. Suami istri itupun akhirnya menjadi penganut
Kristen.
Cara yang cukup sulit diidentifikasi
adalah tipu daya dengan meniru adat atau kebiasaan komunitas Muslim. Di
Cirebon, ada kelompok qasidah yang menyanyikan puji-pujian kepada Yesus.
Hal serupa juga dilakukan jemaat Kanisah
(Kristen) Ortodoks Syiria (KOS) yang menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai
peci, ibadahnya mengamalkan shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan
qasidah.
Duta-duta Injil (begitu kalangan Kristen
menyebutnya —red) juga berani mengaku sebagai mantan ustadz, bertitel haji atau
hajjah, atau anak kiai terkenal. Pengakuan-pengakuan seperti itu direkam dalam
kaset dan diedarkan di tengah masyarakat.
Misalnya di Cirebon, murtadin Ev Danu
Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alias Amin Al-Barokah, mengaku sebagai
sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari
Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Ternyata ijazah sarjana yang dipakai
untuk kesaksian itu palsu.
Ada lagi Ev Hj Christina Fatimah alias
Tin Rustini alias Sutini alias Bu Nonot, pemberita Injil dengan memperalat
Al-Quran di Gereja Bethel Pasir Koja, Bandung. Mengaku pernah berkali-kali
menunaikan ibadah haji. Menurut penuturan Sumarsono, mantan suaminya, Sutini
tidak pernah belajar di pesantren. Selama berkeluarga tidak pernah shalat.
Memang dia pernah pergi ke Arab Saudi, bukan untuk ibadah haji tetapi menjadi
TKW.
Banyak lagi kaset-kaset yang berisi
rekaman kesaksian palsu, misalnya kesaksian HA Poernama Winangun alias H Amos,
Pdt R Muhamad Nurdin, Pdt M Mathius, Pdt Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma
F Intan Duana, dan Ev Paulus Marsudi.
Sekolah dan Tawaran Kerja
Biaya sekolah yang kian mahal juga
dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Mereka mendirikan sekolah (yang
seolah-olah) Islam, seperti Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola
Yayasan Misi Global Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT)
Apostolos Jakarta, yang mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.
Lapangan kerja juga menjadi lahan subur.
Ini misalnya dilakukan pasangan misionaris Robert Antony Adam dan Traccy
Carffer di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Warga Amerika Serikat
yang terang-terangan mengaku utusan Yesus itu berhasil memurtadkan 123 orang
Minang, dengan bekal jabatan konsultan kehutanan Global Partners Forestry Unit
(GPFU). Robert-Traccy yang masuk Pesisir Selatan sejak Desember tahun silam,
menawarkan rekayasa teknologi tepat guna pemberdayaan jati emas, pala super,
dan kapas transgenik. Robert lantas menjual bibit jati mas, pala, dan kapas
dengan harga 50% lebih murah daripada harga pasaran. Kalau mau dapat gratisan,
bisa saja. “Asal masuk Kristen,” ujar Masrizal, aktivis dakwah di Pesisir
Selatan. Banyak warga yang tergiur dan akhirnya menjual keyakinan karena
terobsesi keuntungan jutaan rupiah. Untung misionaris ini segera dideportasi
karena pelanggaran visa, pertengahan bulan lalu.
Kasus serupa terjadi di Bekasi. Bulan
April lalu terbongkar praktik kristenisasi berbungkus lapangan kerja. Sekitar
50 orang Muslim asal Gorontalo dibawa ke Bekasi dengan janji akan dipekerjakan
dan diberi beasiswa oleh Yayasan Dian Kaki Emas. “Tapi setelah sampai di sini,
mereka dididik dan dipaksa pindah agama Kristen oleh Pendeta Edi Sapto,” ungkap
Hamdi, Ketua Divisi Khusus Forum Bersama Ummat Islam, dalam acara konferensi
pers di Masjid Al Azhar, Klender Jakarta Timur.
Warga Muslim itu disekap, didoktrin
ajaran Kristen, disuruh ikut kebaktian, dan dilarang shalat. Mereka juga
diwajibkan memelihara babi-babi yang ada di kompleks yang berdiri di atas tanah
seluas 5 hektar itu. Akhirnya kompleks kristenisasi terselubung itu digerebeg
warga dan aparat.
Dukungan Tokoh “Muslim” Liberal (JIL)
Proyek kristenisasi ternyata mendapat
`dukungan’ dari beberapa orang yang sering disebut cendekiawan Muslim.
Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham liberalisme dan pluralisme yang kerap
mengusung slogan `membangun dunia baru’, dengan penyatuan agama dan melepaskan
fanatisme agama. Salah satunya adalah Prof DR Said Agil Siradj, MA. Gagasan
pluralnya antara lain tampak dalam pengantar buku Menuju Dialog Teologis
Kristen-Islam. Buku ini dikarang oleh Bambang Noorsena, pendiri Kanisah Ortodoks
Syiria (KOS) di Indonesia. Di situ Said
Agil menulis bahwa KOS tidak berbeda dengan Islam. Secara al-rububiyyah, KOS
mengakui bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam yang harus disembah. Secara
al’uluhiyyah, telah mengikrarkan Laa ilaha ilallah (Tiada Ilah selain Allah)
sebagai ungkapan ketauhidannya. Jadi dari tauhid sifat dan asma Allah secara
substansial tidak jauh berbeda dengan Islam. Perbedaannya, menurut Said Agil,
hanya sedikit. Jika dalam Islam (Sunni) kalam Tuhan yang Qadim itu turun kepada
manusia (melalui Muhammad) dalam bentuk Al-Quran, maka dalam KOS kalam Tuhan
turun menjelma (tajassud) dengan Ruh al-Quddus dan perawan Maryam menjadi
Manusia (Yesus). Perbedaan ini tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi,
termasuk dalam teologi Islam. “Pandangan seperti itu merupakan salah satu
bentuk penghancuran aqidah,” timpal Abu Deedat.
Tokoh lainnya adalah DR Nurcholis Madjid.
Dalam buku Pluralitas Agama, Kerukunan dalam Keragaman, Cak Nur menjelaskan
bahwa pengikut Isa Almasih menyebut kitab Injil sebagai Perjanjian Baru
berdampingan dengan kitab Taurat yang mereka sebut sebagai Perjanjian Lama.
Kaum Yahudi tidak mengakui Isa Almasih dengan kitab Injil-nya, menolak ide
Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru itu, namun Al-Quran mengakui keabsahan
keduanya sekaligus. Dengan nada agak tinggi, Abu Deedat menyebut pendapat Cak
Nur itu sebagai upaya pendangkalan aqidah. “Para pengikut Nabi Isa as (kaum
Hawariyun) tidak pernah menyebut Injil sebagai kitab Perjanjian Baru. Nabi Isa
sendiri tidak pernah menerima atau mengetahui kitab Perjanjian Baru karena
Injil yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa bukanlah Perjanjian Baru yang
isinya kebanyakan surat-surat Paulus yang sangat bertentangan dengan ajaran
Nabi Isa itu sendiri,” katanya.
Selain kedua tokoh di atas, Abu Deedat
juga memasukkan Alwi Shihab sebagai tokoh pluralis. Sementara Adian Husaini
dalam Islam Liberal menunjuk beberapa nama seperti dosen-dosen Universitas
Paramadina (Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Luthfi As-Syaukanie),
dosen UIN Syarif Hidayatullah (Azyumardi Azra, Muhammad Ali, Nasaruddin Umar),
dan beberapa nama lain yang menjadi kontributor Jaringan Islam Liberal.
Menurut Adian yang juga anggota Komisi
Kerukunan antarumat Beragama MUI, melalui pluralisme, ummat Islam diprovokasi
agar melapaskan aqidahnya. Tidak lagi meyakini agamanya saja yang benar, dan
kemudian diajak untuk mengakui bahwa agama Kristen juga benar. “Teologi
pluralis sebenarnya adalah pembuka pintu bagi misi Kristen dan sejalan dengan
imbauan Paus Yohanes Paulus II agar misi Kristen terus dijalankan,” ujarnya.
Kaum Kristen juga tak segan-segan
“menyerang” tokoh-tokoh Muslim yang dikenal sebagai pejuang tegaknya syariat
Islam. Misalnya KH Kholil Ridwan (Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren
Indonesia) dan KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii (Pimpinan As-Syafiiyah,
Jakarta).
Sekitar 5 bulan lalu, keduanya mendapat
kiriman brosur dari STT Apostolos. “Isinya tidak secara langsung mengajak
kepada agama Kristen, namun mengajak saya agar masuk ke dalam Apostolos. Itu
artinya Apostolos mengajak saya untuk masuk ke dalam agama Kristen,” kata Abdul
Rasyid.
Abdul Rasyid segera melaporkan kejadian
itu kepada aparat, sebab cara itu sudah melanggar ketentuan hukum, yakni
larangan mengajak ummat suatu agama untuk masuk ke agama lain. Kemudian ada
pemberitahuan dari aparat bahwa pihak Apostolos melalui Pdt Yusuf Roni
membantah telah mengirim surat dan brosur itu.
“Terlepas dari benar tidaknya bantahan
itu, yang jelas apa yang saya alami merupakan indikasi bahwa sasaran kristenisasi
tidak hanya kalangan akar rumput, tapi juga ulama dan tokoh masyarakat,” ujar
Abdul Rasyid.
Yerikho 2000 dan Doa 2002
Misi Kristen di Indonesia didukung oleh
kekuatan dana yang sangat besar, di antaranya melibatkan konglomerat keturunan
Cina, James T Riady (bos Grup Lippo). Seperti terungkap di majalah Fortune (16
Juli 2001), James berencana membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di
Indonesia. James bekerjasama dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan
mendirikan organisasi jaringan umat Kristiani.
Hebatnya, ummat Islam secara tidak sadar turut mendukung cita-cita besar
James T Riady. Antara lain dengan menjadi nasabah Bank Lippo, belanja di Mal
Lippo, membeli rumah di Lippo Karawaci dan Cikarang, berobat ke RS Siloam,
pelanggan Lippo Shop, Link Net, Lippo Star, Kabel Vision, dan Asuransi Lippo.
Indonesia memang akan dijadikan pusat
perkembangan Kristen di Asia Pasifik. Demikian kata Pdt George Anatorae dari
The Lord Familly Church Singapore dalam seminar kerjasama Global Mission
Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, di Hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni
1998). Sejauh mana keberhasilan program itu, perlu diteliti lebih lanjut. Yang
pasti, data tahun 1999 menunjukkan jumlah umat Islam di Indonesia anjlok dari
90% menjadi 75% (Siar No 43, 18-24 November 1999).
Keberhasilan itu berkat kerja keras 38
agen kristenisasi, 1573 misionaris pribumi, 62 misionaris asing, dan 421
misionaris lintas kultural (data dari Operation World 2001 yang dihimpun India
Missions Association, Japan Evangelical Assocation, dan Korea Research
Institute for Missions).
Salah satu lembaga yang gencar
melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World Mission (DWM). Saat ini DWM
sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000, yaitu program pengkristenan wilayah
Jawa Barat, dengan sentra kegiatan digerakkan di kawasan pinggiran Jakarta.
Proyek ini bertujuan “mewujudkan Kerajaan
Allah di bumi Parahyangan menyongsong abad XXI”. Menurut Hendrik Kraemer,
peneliti dan penginjil dari Belanda, Jawa Barat adalah wilayah “paling gelap”
di Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Karena itu aktivis DWM bertekad,
“Kita harus merebut tanah Pasundan bagi Kristus.”
Yerikho 2000 juga digerakkan di Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
Pusat kegiatan DWM berada di kawasan Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang
(Banten).
Program lainnya adalah Doa 2002, yang
dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober 2001 sampai 6 Desember 2002. Secara
khusus program ini menyebut beberapa komunitas Muslim sebagai objek
kristenisasi. Di antaranya adalah suku Kaili Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu
Riau, Betawi, Aceh, Melayu Kalimantan, Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda,
dan Papua. Rencana program Doa 2002 tertuang dalam buku 40 Hari Doa
Bangsa-Bangsa yang telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa di dunia.
Muslim Betawi misalnya, harus didoakan
oleh segenap orang Kristen pada tanggal 9 November 2001 lalu. Itu perlu
dilakukan agar hati Bapa mengasihi dan merindukan orang Betawi. Selain itu,
agar Bapa mengutus duta-duta kerajaan-Nya untuk mengembangkan pelayanan
kesenian Betawi, literatur, dan radio dalam bahasa Betawi. Juga, agar Tuhan
mencurahkan kuasa-Nya dan mengubah kehidupan orang-orang yang berpengaruh dalam
suku Betawi, baik para penyanyi, penari, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan
wanita.
Secara khusus, orang Kristen mendoakan
Presiden Megawati dan beberapa pemimpin dunia. Harapannya, agar Megawati (dan
para pemimpin) mendapat pewahyuan tentang Ketuhanan Yesus dan keluarganya
datang mengenal Kristus.
Duta-duta Injil juga sedang menggencarkan
ritual Doa 5 Patok. Yakni meningkatkan doa 5 kali sehari dengan pelaksanaan
minimal 30 menit lebih awal sebelum waktu shalat (bagi orang Islam). Tujuannya
adalah untuk mengadakan penghadangan ruhani sekaligus pembersihan atmosfir
ruhani agar kaum Muslimin dapat menerima Yesus.
Ritualnya dilaksanakan sebelum waktu
shalat ummat Islam, yakni subuh (mulai 03.15-selesai), pagi (10.30-selesai),
siang (14.00-selesai), sore (17.00-selesai), dan malam (18.00-selesai). Pada
Kamis malam, dilakukan doa semalaman dan peperangan ruhani sambil berkeliling
kota/lokasi tertentu. Awas, hati-hati!• (ahmad, dodi nurja, amz, pam)
Peta Kristenisasi Dunia (klik untuk
memperbesar gambar)
Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian
Palsu via mantan muslim (murtadin) palsu
Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya
digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur
Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan
kiyai, alumnus Universitas Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ
Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara sangat ngawur. Kaset
rekaman ceramah tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.
Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan
pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni teryata tidak bisa baca
Al-Qur’an. Dengan kebohongannya itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar
penjara 7 tahun di Kalisosok, Surabaya.
Ketika orang sudah banyak melupakan kasus
pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru.
Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai
putra kandung kesayangan KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar
luas di kalangan masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar
pendeta Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha
melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang, trik yang sama dipakai untuk
menggoyang akidah umat. Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul
Wadud Karim Amrullah, namanya menjadi naik daun di dunia pemurtadan
Kristenisasi, setelah mangaku adik kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia
Almarhum Buya Hamka.
Orang awam banyak yang percaya tanpa cek
dan ricek. Langsung yakin begitu saja dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya
Hamka itu sudah murtad ke Kristen.
Setelah diselidiki, ternyata pengakuan
itu adalah kebohongan yang sangat besar. Salah seorang putra Buya Hamka
menyatakan bahwa sepanjang hayatnya, dia tidak pernah punya paman yang namanya
Willy Abdul Wadud Karim Amarullah.
Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata
Ev. Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai
sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari
Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana
yang dipakai untuk kesaksian adalah PALSU.
Para murtadin pembohong lainnya adalah
Drs. H. A. Poernomo Winangun alias Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias
Tin Rustini (nama asli dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad
Nurdin, Pdt. M. Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan
Duana Paken Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah
mengkristenkan 60 kiyai Banden, dll.
Perlawanan oleh Abu Deedat Shihabuddin
MH, Ahli Kristologi
“Kasus Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili
Gadis Muslimah” Pertengahan bulan lalu, harian Republika menurunkan laporan
tentang puluhan sekolah agama di Yogyakarta dan Temanggung yang tidak mau
menyelenggarakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama bagi
siswa-siswa beragama lain di sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum
yang mengatur hal itu secara tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No.
2/U/SKB/2001.
Namun, SKB yang ditandatangani oleh
Mendiknas, Mendagri dan Menag itu sengaja mereka abaikan. Alasan mereka,
mengutip pernyataan sejumlah pejabat Diknas setempat, mereka ingin menjaga
kekhasan sebagai sekolah agama. Bahkan beberapa yayasan pengelola
sekolah-sekolah tersebut secara tegas menolak SKB itu karena ingin mengemban
misi tertentu untuk kepentingan agama mereka (Republika, 12/6).
Menanggapi berita tersebut, da’i dan
Kristolog (ahli tentang Kristen), Abu Deedat Shihabuddin MH berkomentar enteng.
Menurutnya, itu tidak aneh dan belum seberapa gawat, karena sebetulnya masih
banyak bentuk-bentuk pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh,
bagi Sekjen Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap
harian tersebut yang tidak mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah
itu tidak lain adalah sekolah-sekolah Kristen. “Mengapa mesti takut,” tanyanya
heran.
Sebagai seorang kristolog, ustadz yang
biasa dipanggil Abud oleh rekan-rekan seprofesinya itu, memang bukan hanya
menguasai disiplin ilmu tentang agama Kristen secara mendalam. Tapi ia juga
banyak tahu tentang seluk-beluk dan kiprah licik para misionaris Kristen dalam
memurtadkan kaum Muslimin.
Maklum, pria berkaca mata tebal ini
sering menangani berbagai kasus pemurtadan di berbagai daerah, baik berupa
advokasi maupun terapi langsung. Selain itu Abud juga kerap melakukan
investigasi langsung ke ‘garis belakang’ untuk memperoleh data. Jadi wajar
kalau ia tahu banyak.
Sudah banyak murtadin yang terselamatkan
kembali ke pangkuan Islam setelah diterapi Abud. Uniknya, para pasien yang
ditangani mubaligh kalem ini bukan hanya dari kalangan Muslim KTP saja. Tapi
juga ada yang justru berasal dari kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai
asal Salatiga yang selain dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis
gereja. “Ini bukti bahwa gerakan pemurtadan memang semakin hebat dan terencana
serius,” jelasnya prihatin.
Melalui Abud juga, sejumlah pendeta dan
aktivis gereja kembali berdiri di bawah panji Syahadat. Mereka mengakui
kekeliruan yang ada pada ajaran mereka setelah berdebat panjang dengan Abud.
“Bahkan, ada salah satu pendeta setelah berdebat di rumah saya membanting
Injilnya karena kesal,” cerita pria yang kutubuku ini.
Di tengah kesibukannya keliling daerah
untuk mengisi ceramah, seminar dan pelatihan tentang antisipasi gerakan
pemurtadan (harakatul irtidad), mantan aktivis PII ini berkenan meluangkan
waktunya untuk diwawancarai Suara Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang
sempit, karena dipenuhi ribuan buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang
dagangan istrinya, Abud menerima Deka Kurniawan dan reporter lepas
Hidayaturrahman.
Berikut petikan wawancara Abu Deedat:
Ustadz Abu Deedat Shihabuddin MH
Anda begitu mendalami dunia Kristen.
Pernahkah terbersit di hati Anda untuk masuk Kristen?
Tidak ada keinginan untuk masuk Kristen
walaupun saya sudah banyak sekali membedah Bibel. Justru keyakinan saya
terhadap kebenaran Islam semakin kuat, karena setiap saya membaca Bibel selalu
ada perbedaan redaksi dalam setiap edisi cetakannya. Misalnya dalam edisi lama
ada istilah Tuhan. Tapi di edisi baru pada tempat yang sama ditulis Tuan.
Begitu juga istilah Babi diganti menjadi Babi Hutan.
Abud mengoleksi 49 kitab Injil modern dan
klasik, termasuk Injil dalam sejumlah bahasa daerah yakni Jawa, Minang dan
Sunda. Sebagian besar didapatnya secara cuma-cuma dari diskusi yang
dilakukannya bersama pendeta. Selebihnya didapat dari hasil investigasi dan
membeli di pasar loak.
Setelah sekian lama menggeluti ajaran
Kristen, apakah Anda menemukan sisi positifnya?
Al-Quran sendiri menyatakan, telah
terjadi percampuradukan antara yang benar dan yang batil dalam ajaran ahlul
kitab. Ini berarti menunjukkan ada juga kebenarannya. Hanya saja memang madu
dan racun itu sudah digabung menjadi satu. Seperti ayat-ayat tauhid dalam
Markus pasal 12 ayat 25 Yesus berkata, “Dengarlah wahai Bani Israel Tuhan kita
dalah Tuhan Esa.” Ini menunjukkan Tuhan mereka adalah esa disamping memang
ajaran mereka khusus hanya kepada golongan Bani Israel. Tapi ada juga racunnya,
apa yang dikatakan Paulus dalam Roma pasal 9 ayat 5 misalnya, “Yesus adalah
Allah yang harus disembah.” Datanglah ayat Al-quran sebagai korektor bagi
mereka, misalnya surah Al-Maidah ayat 72 menyebutkan, “Telah kafir orang yang
mengatakan al-Masih adalah Tuhan.” Makanya, kalau kita berinteraksi dengan para
aktivis Kristen kita jangan hanya mengatakan kitab Injil sudah tidak asli atau
palsu, lebih baik kita tunjukkan yang menyimpang dan salah pada Injil tersebut.
Apa yang menyebabkan kaum Nasrani tidak
menyadarinya?
Di samping kekuatan dana, mereka ada
dogma, bahwa apapun yang terjadi apakah ajaran itu rasional atau tidak, harus
diterima karena ia merupakan firman Tuhan. Dan ditanamkan kepada mereka hanya
orang Kristen saja yang selamat, yang lain tidak selamat dan harus
diselamatkan. Misi inilah yang membuat mereka agresif untuk melakukan
pemurtadan. Apalagi misi itu didukung dengan fasilitas yang cukup. Mereka tidak
lagi memikirkan urusan kebutuhan keluarga, karena sudah dijamin. Lain dengan
dai-dai kita yang dikirim ke pelosok paling hanya digaji Rp 50.000-150.000 per
bulan.
Apa yang membuat mereka menerima dogma
tersebut, sehingga mereka tetap menjadi umat terbesar?
Secara umum orang ingin mencari yang
gampang. Dan di Kristen itu memang gampang. Kalau melakukan tindakan yang tidak
berakhlaq tidak ada masalah karena nantinya akan diampuni juga, dan cukup hanya
sekali seminggu datang ke gereja. Paulus mengatakan dalam Roma pasal 5 ayat 20,
“Semakin banyak dosa semakin melimpah kurnia Tuhan.”
Makanya di Barat kita ketahui kehidupan
mereka rusak, terutama dalam kebebasan seks. Dan kerusakan itu mengacu kepada
ajaran Bibel yang memang banyak memuat cerita-cerita porno yang vulgar.
Misalnya diceritakan bagaimana Nabi Daud sebagai orang yang rusak moralnya
menghamili Batseba istri Uria. Begitu pula Nabi Luth diceritakan menghamili
anaknya sendiri. Makanya, Jasmen Alfa, seorang Sosiolog Kristen, mengatakan
Bibel itu jangan sampai dibaca anak-anak, lebih baik ia dimasukkan ke dalam
peti besi, kemudian petinya dikunci dan kuncinya dibuang ke laut.
Bagaimana reaksi mereka bila mendengar
hal itu dari Anda?
Mereka membenarkan dan meyakini kebenaran
cerita persundelan itu. Misalnya sebuah acara di televisi pernah menampilkan
dua orang pelacur yang menjadi germo kemudian bertaubat menjadi hamba Tuhan.
Saya sampaikan bahwa cerita ini mirip dengan apa yang ada dalam Bibel. Pembawa
acara yang Kristen itu kemudian membenarkan. Kemudian saya balikkan, berarti
Yesus anak pezina karena dalam Matius ayat 1 dan seterusnya menceritakan bahwa
silsilah keturunan Yesus bertemu dengan raja Daud yang menzinai Batseba. Tapi
telepon saya akhirnya ditutup.
Kalau sudah mentok biasanya apa yang
mereka lakukan?
Ada yang jujur dan mengatakan ini PR buat
saya. Ada yang tidak jujur dengan cara menghindar dan lari ke masalah lain.
Maka kalau debat dengan mereka jangan beri kesempatan buat beralih pembicaraan.
Mereka meyakini semua orang berdosa dari
Adam sampai manusia kemudian, kecuali Yesus yang tidak berdosa. Inilah
sebenarnya skenario Paulus menjalankan misinya, yang membuat citra bahwa Yesus
itu juru selamat.
Apakah Anda hafal Injil sehingga fasih
menyebutkan ayat demi ayat?
Tidak hafal. Hanya tahu saja.
Selama beraktivitas di bidang ini Anda
sudah terjun kemana?
Seluruh wilayah Jawa Timur sudah, begitu
pula Jawa Tengah dan Sumatera juga serta Kalimantan. Program ke depan adalah
Irian dan Sulawesi. Kalau ini sudah berarti semua pulau besar sudah. Jadwal
terbang Abud memang padat. Ketika kami menemuinya seusai berkhutbah Jumat di
sebuah perkan-toran ia mengaku baru tiba dari Kalimantan. Sesudah itu ia punya
agenda di dua tempat sampai malam.
Karena waktu yang terbatas wawancara itu
urung dilangsungkan. Karena esok siangnya ia berceramah di Universitas Trisakti
untuk selanjutnya terbang ke Palembang, Sahid mewawancarainya pagi hari selama
waktu menunggu jemputan dan dalam perjalanan menuju lokasi seminar. Itu pun
masih sering disela oleh telepon, antara lain dari daerah yang memintanya
datang yakni Pekalongan dan Padang.
Apa yang biasanya Anda lakukan di
berbagai tempat itu?
Kita memberikan informasi sekitar
cara-cara pemurtadan dan kita dorong mereka memperdalam pemahaman keislaman.
Jangan sampai nanti kawan dibilang lawan dan lawan dibilang kawan, karena
memang gerakan mereka ibarat musang berbulu ayam, lihai dan licik.
Misalnya sekarang di Meruya Ilir
(Jakarta) mereka mendirikan Sekolah Tinggi Theologia Kalimatullah, yang semua
mahasiswanya memakai kopiah dan mahasiswinya memakai jilbab. SKS Islamologinya
yang dulu hanya 20 SKS sekarang menjadi 40 SKS. Semester dua saja mereka sudah
dilatih berdiskusi dengan para ustadz. Sedang mahasiswa IAIN saja tidak
dipersiapkan untuk menghadapi para pendeta. Ada juga yang mengaku-ngaku anak
kiai, mantan ustadz dan lain-lain.
Mereka menggunakan cara-cara itu untuk
mencari legitimasi?
Semacam itu. Tidak jarang yang mengaku
pernah jadi aktivis Muhammadiyah. Bahkan di rumah sakit pun mereka beraksi.
Pasien yang tidak berdaya disuruh beriman kepada Yesus agar sembuh. Padahal
kalau mau jujur, saya mempunyai tetangga Katolik yang mengeluh karena habis
biaya untuk berobat strok tapi tidak juga sembuh, terus saya balikkan saja,
katanya Tuhan Anda bisa menyembuhkan. Jadi semua akal-akalan orang Kristen
untuk menjerat orang Islam. Kalau sudah menjadi Kristen ya akhirnya
diterlantarkan.
Seberapa sering Anda menangani
kasus-kasus pemurtadan?
Banyak sekali. Yang paling sering
biasanya kasus pemuda Kristen memacari dan menghamili pemudi Muslimah. Ada juga
kasus nikah beda agama yang belakangan menim-bulkan masalah besar.
Apa hikmah terbesar menjadi seorang
Kristolog?
Di sini saya bisa menguji kemampuan lewat
berdebat dengan mereka, kalau ada yang kurang saya pelajari terus. Di samping itu
memudahkan saya berda’wah kepada mereka, karena Islam ini juga wajib
dida’wahkan kepada mereka. Lihat saja surah Ali-Imron ayat 71. Sementara
perintah bagi mereka untuk berdakwah kepada orang Islam itu batal karena
dalilnya di Matius pasal 28 ayat 16 dibuat setelah Yesus mati.
Karenanya, kalau Anda didatangi
misionaris Kristen, jangan diusir. Da’wahi mereka.
Tapi kan tidak semua orang punya bekal?
Makanya para aktivis da’wah harus
menyiapkan bekal itu. Tim FAKTA insya Allah siap membantu. Dimana saja, sampai
ke Irian sekalipun, kami siap memberikan bekal.
FAKTA didirikan 1998 dengan latar
belakang belum banyaknya lembaga yang secara khusus menangani persoalan
Kristenisasi. Dengan fasilitas yang sangat terbatas 7 dari 20 relawan
(diantaranya bekas pendeta) yang aktif hingga kini masih rutin melakukan
berbagai kegiatan antisipasi pemurtadan antara lain dengan menerbitkan buletin,
membuka ruang konsultasi akidah di sebuah majalah Islam, memberikan seminar,
ceramah dan pelatihan Kristologi di berbagai kota, dan belakangan di
kampus-kampus. Melalui lembaga inilah Abud membangun jaringan anti pemurtadan
secara nasional. Sayangnya, untuk kebutuhan operasional FAKTA masih mengandalkan
kocek para relawannya sendiri.
Apa saja langkah yang harus diambil jika
sebuah masyarakat berhadapan dengan kristenisasi?
Kristenisasi ini bervariasi. Kalau mereka
mengadakan santunan sosial, pembagian sembako atau lainnya, maka umat Islam
harus melakukan hal yang sama sebagai counternya. Kalau mereka menyerang lewat
buku kita juga mempersiapkan buku dan tulisan-tulisan, sekaligus menyerang
balik kepada mereka. Tapi kalau kasusnya hipnotis maka kita harus laporkan
kepada pihak yang berwajib dan melakukan upaya advokasi bertemu dengan upaya
hukum. Aparat juga harus peka. Kalau tak ada langkah hukum masyarakat bisa
kehilangan kesabaran.
Kepada para misionaris, langkah pertama,
tolak mereka dengan cara yang baik, karena Islam tidak mengajarkan cara kekerasan
jika kita tidak diperlakukan keras. Konkritnya kalau menemukan sudah ada
bukti-bukti itu, ambil bukti-bukti itu kemudian serahkan kepada ulama setempat
dan beritahukan kepada aparat, lantas jelaskan kepada mereka ini melanggar kode
etik penyebaran agama. Kalau mereka berbuat zhalim baru kita lakukan hal yang
sama tapi tidak boleh berlebihan. Ummat Islam jangan menjadi ummat yang bodoh
karena Islam bukan agama yang sempit. Kepada ummat Kristen yang tidak menggangu
jangan diganggu pula mereka.
Tindakan ummat Islam selama ini cenderung
reaktif terhadap isu-isu kristenisasi, misalnya seperti yang terjadi di Doulos.
Bagaimana menurut Anda?
Jangan salah tafsir. Ummat Islam tidak
pernah mengadakan aksi. Mereka hanya bereaksi. Karena aksi-aksi Kristen
melanggar kode etik maka ummat Islam bereaksi.
Mungkin, karena begitu concernnya
terhadap bidang Kristologi, dosen Institut Agama Islam Al-Ghuraba ini, sampai
menamakan anak keduanya dengan seorang tokoh Kristologi terkemuka dari Afrika,
Ahmad Deedat. “Saya memang mengaguminya dan ingin agar dia menjadi ulama
seperti Ahmad Deedat,” jelas Kristolog yang mengaku memiliki kemiripan jalan
hidup dengan Ahmad Deedat itu. Itulah sebabnya di kalangan teman-temannya,
serta belakangan di kalangan media dan umat, anak ketujuh dari 13 bersaudara
pasangan Mahfudz dan Hanafiyah itu lebih sering dikenal sebagai Abu Deedat.
Padahal nama aslinya adalah Shihabuddin.
Mengapa Anda tertarik dan tekun menekuni
Kristologi?
Saya terjun di dunia Kristologi tahun
1982, ketika bekerja di sebuah perusahaan swasta. Di perusahaan itu kebetulan
direkturnya seorang pendeta. Begitu pula para pimpinan lainnya yang memegang
posisi penting rata-rata adalah aktivis gereja. Salah satu dari mereka, yakni
kepala bagian keuangan berusaha menginjili (‘mendakwahkan’ injil) para karyawan
Muslim melalui berbagai tulisan dan diktat tentang potongan-potongan ayat
Qur’an yang terkesan seperti mendukung agama mereka.
Saya penasaran. Maka saya datangi orang
itu. Ketika saya tanya, katanya tulisan-tulisan itu disusun oleh orang yang
sudah berpuluh-puluh kali naik haji. Saya pun terlibat diskusi kecil-kecilan
dengan mereka.
Apa bekal Anda waktu itu?
Bekal saya waktu itu Injil pemberian
seorang Kristen Manado yang saya pelajari. Kebetulan juga saya lulusan Fakultas
Ushuluddin, jurusan Penyiaran Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di
sana ada mata kuliah khusus tentang Kristologi. Dengan modal itu saya terus
menggeluti dunia Kristologi secara otodidak, selain mengikuti kursus-kursus
Kristologi secara tertulis. Misalnya di Pelita Hidup tahun 1986 dengan
menggunakan nama samaran. Alhamdulillah dari situ saya banyak mendapatkan
dokumen penting yang berguna untuk antisipasi gerakan mereka.
Ia dibesarkan di pesantren NU sampai SMP
di Tasikmalaya, Jawa Barat. Orang tuanya juga berlatar belakang NU. Karena
banyak berinteraksi dengan aktivis Persis, ayahnya lalu banyak mendorong untuk
berdakwah. Berbagai diskusi dan kegiatan PII ditekuninya.
Di rumahnya Abud sering meladeni
permintaan debat dari para pendeta dan aktivis gereja. Hal yang sama juga
dilakukan di berbagai tempat. Dan itu sudah berlangsung ratusan kali. Dari
kalangan Budha dan Aliran Kepercayaan ada juga yang pernah menjadi lawan debat
Abud. Menurut Abud, banyak di antara mereka yang menyerah tapi tidak mau
mengakui kesalahannya. Kalau pun ada yang mengaku salah, mereka khawatir kalau
masuk Islam akan miskin. Tidak sedikit juga yang mendapat hidayah.
Buku apa saja yang Anda jadikan pegangan
untuk mendebat mereka?
Ketika masih SMU di kampung, saya sudah memiliki
referensi buku-buku Islam, kurang lebih 500 judul. Yang pertama saya pelajari
adalah dialog Islam-Kristen berjudul “Bibel lawan Bibel” karangan A Hassan dan
buku-buku Pak Abdullah Wasian tentang Kristologi.
Bagaimana Anda mendidik anak Anda, Deedat,
supata kelak jadi seperti Ahmad Deedat?
Saya sekarang sedang berusaha
menyiapkannya menjadi aktivis da’wah. Ketika saya menangani kasus pemurtadan di
rumah, saya sengaja menyuruhnya untuk melihat.
Bagaimana mengatur kesibukan da’wah
dengan keluarga?
Saya mencoba bagaimana kebutuhan rumah
tangga bisa terpenuhi, karenanya saya juga berwiraswasta. Istri saya banyak
sekali membantu dan mendorong saya ketika menangani kasus-kasus pemurtadan
terutama terhadap Muslimah. Jadi antara saya dan istri sejalan. Dia juga tahu
tugas saya, sehingga untuk anak-anak kita beri penjelasan kepada mereka.
Anda pernah mengalami teror?
Iya, sebatas teror telepon dan surat
kaleng biasa. Istri saya juga pernah diancam melalui telepon. Berjuang harus
ada tantangan dan itulah risiko.
Peristiwa apa yang paling berkesan bagi
Anda?
Yang tidak pernah bisa saya lupakan
adalah ketika saya mengobati anaknya kiai, di mana seumur hidup baru kali itu
saya menceramahi kiai secara langsung. Anaknya kuliah di salah satu perguruan
tinggi di Semarang, dibawa kabur oleh anak pendeta kemudian di-Kristenkan,
bahkan sudah dihamili. Akhirnya pak kiai ini mendatangi saya dan minta tolong
kepada saya untuk menangani kasus ini. Alhamdulillah, saya pun dapat melakukan
penyadaran kepada anak tersebut dan kepada kiai itu sekaligus yang merasa
terpukul dengan keadaan anaknya. Kesan lain, ketika saya menghadapi kasus-kasus
Muslimah yang termurtadkan. Ini sering membuat saya sedih.
Apakah perhatian yang mendalam itu tidak
membuat Anda emosional?
Saya sangat prihatin sekali, karena
lembaga yang lain masih sangat minim perhatiannya terhadap masalah seperti ini.
Inilah kelemahan di kalangan kita. Kalau kejadian seperti ini belum menimpa
keluarga kita sendiri, hal itu dianggap biasa saja. Kalau sudah tertimpa
musibah baru merasa.
(Wawancara bersama Abu Deedat oleh Deka
Kurniawan)
Sepucuk surat tergeletak di meja redaksi
kami, Maret lalu. Surat itu dari seberang pulau, Kalimantan Timur. Nama
pengirimnya singkat saja, Dewi. Tetapi persoalan yang diadukan tak sesingkat
namanya. Coba simak isi surat itu:
“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31
tahun. Kami telah dikaruniai dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri
(2). Kami menikah 7 tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat
pertama mengenalnya, saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga
Muslim yang taat, sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin
karena dia tak pernah putus asa, saya kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya
benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam.
Saya benar-benar bahagia sekali.” Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu
disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba
dia jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata
dia tidak benar-benar meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami
lahir, secara terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih
seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.'” “Mendengar kata-katanya, saya
hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba seperti
itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering
memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.’
Kisah memilukan itu tidak cuma dialami
Dewi, tapi juga seorang ibu asal Palu yang datang ke kantor Suara Hidayatullah
(Sahid) Surabaya, Juli lalu. Wanita berperawakan sedang ini datang bersama
suaminya dengan wajah sembab. Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang
menimpa keluarganya. Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah
sesaat sebelum menyelesaikan gelar sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa
amat berat, pacar sang adik itu ternyata pemuda beragama lain. “Adik saya
dihamili oleh pemuda Kristen,” ucapnya sembari menyeka linangan air matanya.
Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah.
Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga
Muslim yang sangat taat. Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan
solusinya. Singkatnya, sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda
Kristen dalam upacara Islam. Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari
keluarga, di Palu. Hanya saja, kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang
mendalam bagi pihak keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik telah
ikut sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.
Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu
tadi bukan hal baru di negeri ini. Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami
hal serupa. Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda agama.
Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena
adanya perbedaan agama. Bagi yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk
berpisah. Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu
dari agama yang dianut pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang
perlu diwaspadai, utamanya para gadis muslimah.
Kejahatan kristenisasi itu, kini
dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu
memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya
dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari
500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan
dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok
orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo
Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.
Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga
karyawan PDAM Padang. (Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).
Tentu saja saya punya data mengenai itu,
kan tinggal kontak FAKTA. untuk pemanasan nich ada data hamilisasi yang pernah
terjadi di Tambun – dan Kranji Bekasi!!
Banyak muslimah telah jadi korban
pemurtadan. Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang
mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk
ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan
media massa. Kejadiannya sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan
puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab.
Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah,
H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya. Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa
berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. “Wa la taqrabuu zina,
demikian peringatan Allah SWT dalam al-Qur’an.” Karena hubungan antara
puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah
relatif lama, maka sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat
untuk meresmikan hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.
Secara bijak H. Kacep mengutarakan
keinginannya pada sang pemuda. Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan
ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan
keberatan dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang
pemuda dengan enteng menjawab, “Ya, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan
pernikahannya dilakukan di gereja!”
Bagai disamber geledek di siang bolong.
Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah
terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata
seorang non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam.
Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga
suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa.
Sekaleng racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan,
sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda
hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu. Kematian puteri tercintanya
membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi kasak-kusuk
tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit.
Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka.
Pesantren yang dikelolanya pun bubar.
Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa
tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip. Seorang Muslimah berteman akrab
dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil. Sang ayah
yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya
sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan enteng, si pemuda
menjawab, “Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja!” Ayah
beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan
pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya
murtad, lebih baik menolak mentah-mentah syarat sang pemuda Kristen tersebut.
Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. “Kini anaknya dirawat
oleh orangtua si gadis”, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen
FAKTA(Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.
Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan
gadis-gadis muslimah. Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah
diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu
diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa
menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh
komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror
kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus Kristus.
Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan
lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi
seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka mengadakan
hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh
kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut
disodorkan dua pilihan: “Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?”. Kalau tidak
pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang muslimah tersebut akan
disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak muslimah
tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib. Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis
muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen
mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan pemerkosaan
dan obat-obat terlarang.
Sumber : Al-Dakwah
Kristenisasi di Indonesia
Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam menjadi sasaran utama proyek Kristenisasi, bahkan bisa dikatakan
sebagai basisnya. Sejak zaman penjajahan Belanda, misi ini sudah dijalani.
Bahkan, di antara pernyataan salah seorang Gubernur Jenderalnya, “Belanda tidak
akan meninggalkan Indonesia sampai berhasil mengkristenkan penduduknya.”
Pernyataan ini termuat dalam buku
Kristenisasi di Poso. Kenyataannya pun demikian. Banyak sekali
peninggalan-peninggalan bangsa Belanda di Indonesia yang bersyiar Kristen.
Berbagai cara ditempuh oleh misionaris
untuk menjalankan proyek Kristenisasi. Adapun sejauh mana keberhasilannya,
perlu dipelajari lebih lanjut. Yang jelas, sensus penduduk 1999 menunjukkan
jumlah umat Islam Indonesia menurun drastis dari 90% menjadi 75%, sedangkan pemeluk
Kristen naik menjadi 19%.
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا
مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يَشۡتَرُونَ ٱلضَّلَٰلَةَ وَيُرِيدُونَ أَن تَضِلُّواْ
ٱلسَّبِيلَ ٤٤
“Tidakkah kamu memerhatikan orang yang
diberi sebagian dari Kitab, mereka membeli kesesatan dan menghendaki agar
kalian tersesat dari jalan yang benar.” (an-Nisa: 44)
Di antara proyek jangka panjang
misionaris internasional adalah menciptakan Indonesia sebagai pusat
perkembangan agama Kristen di Asia Pasifik. Hal ini dinyatakan langsung oleh
seorang pendeta bernama George Anatore dari The Land Family Church, Singapura,
di Hotel Shangrila, Jakarta, dalam acara seminar kerjasama Global Mission
Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, 9—12 Juni 1998.
Seorang peneliti dan penginjil Belanda
bernama Hendrik Kraemer menyatakan, “Jawa Barat adalah wilayah paling gelap di
Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Oleh karena itu, aktivis DWM (Daulos
World Mission) berikrar: Kita harus merebut tanah Pasundan bagi Kristus.”
Proyek ini mereka namakan dengan Yerikho 2000. Selain di Jawa Barat, proyek ini
digerakkan di Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah,
dan Kalimantan Barat. Proyek ini berpusat di Rawamangun (Jakarta Timur) dan
Tangerang (Banten).
Kajian Cara-cara yang mereka tempuh untuk
melancarkan misi Kristenisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1.Propaganda dan pemalsuan terhadap kitab
suci al-Qur’an
Beberapa tahun yang lalu sempat beredar
di internet dan menggegerkan sebagian publik Indonesia berita tentang “The True
Furqan”. Al-Qur’an dipalsukan oleh Evangelis (Ev) Anis Sharrash. Di dalamnya
muncul surat-surat aneh, seperti al-Iman, al-Muslimun, al-Washaya, dan
at-Tajassud. Di antara isinya adalah memuji-muji Yesus.
quran meja
Kasus ini tidaklah mengkhawatirkan,
karena Allah ‘azza wa jalla telah berfirman tentang al-Qur’an,
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا
لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
al-Qur’an dan pastilah Kami akan menjaganya.” (al-Hijr: 9)
قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ
مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ
صَٰدِقِينَ ١٣
Katakanlah, “Datangkanlah sepuluh surat
semisal dengan al-Qur’an, dan ajaklah siapa saja selain Allah, jika kalian
orang-orang yang benar.” (Hud: 13)
Dalam surat Yunus, Allah ‘azza wa jalla
berfirman,
قُلۡ فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ
مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣٨
Katakanlah, “Buatlah sebuah surat seperti
al-Qur’an dan ajaklah siapa saja di antara kalian yang (mampu membuatnya)
selain Allah, jika kalian orang-orang yang jujur.” (Yunus : 38)
Di antara yang dilakukan oleh salah satu
aliran Kristen ialah membaca Injil mereka sabagaimana cara kaum muslimin
melagukan al-Qur’an.
وَإِنَّ مِنۡهُمۡ لَفَرِيقٗا يَلۡوُۥنَ
أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ
ٱلۡكِتَٰبِ
“Dan di antara mereka ada yang
memutarbalikkan lidahnya seperti membaca kitab agar kalian menyangka yang
dibaca adalah kitab, padahal itu bukanlah kitab.” (Ali ‘Imran: 78)
Kasus yang serupa namun lebih terselubung
adalah ajakan untuk mencetak al-Qur’an dan Injil dalam satu sampul. Hal ini
sebagaimana berita yang sampai kepada al-Lajnah ad-Da’imah. (Lihat Fatawa
al-Lajnah no. 19402)
Yang paling sering terjadi adalah penyebaran
buku-buku plesetan ayatayat al-Qur’an dan hadits, seperti buku yang ditulis
oleh Pendeta R.M. Nurdin (seorang murtad). Di antaranya berjudul Ayat-Ayat
Penting dalam al-Qur’an, ash-Shadiqul Mashduq (Kebenaran yang Benar) dan
Sirrullah Akbar (Rahasia Allah yang Mahabesar).
Mahabenar Allah ‘azza wa jalla yang telah
menyebutkan sifat mereka dalam firman-Nya,
وَجَعَلۡنَا قُلُوبَهُمۡ قَٰسِيَةٗۖ يُحَرِّفُونَ
ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَنَسُواْ حَظّٗا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦۚ
“Dan Kami jadikan hati-hati mereka keras
membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya. Mereka (sengaja)
melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.” (al-Maidah:
13)
Selain buku, bermunculan pula tulisan
dalam bentuk buletin, brosur, dan pamflet. Judul yang dipilih seolah-olah
islami. Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab tetapi isinya pujian kepada
Yesus.
2.Misionaris yang mengaku mantan tokoh
Islam
Para misionaris—di kalangan umat Kristen
dikenal dengan sebutan “duta-duta Injil”—tidak segan-segan mengaku sebagai
mantan haji atau pernah haji/hajah, mantan ustadz dan ustadzah, atau berasal
dari keluarga tokoh Islam semisal kiai, atau lulusan sekolah-sekolah tinggi
Islam. Pengakuan-pengakuan seperti itu (yang kebanyakannya dusta) mereka rekam
dalam kaset dan video kemudian dipublikasikan.
Ada juga misi dengan meniru adat,
kebiasaan, dan atribut-atribut yang ada dalam komunitas muslim. Contohnya,
mengadakan tilawatul Injil seperti tilawah al-Qur’an, memakai peci (songkok),
memakai sajadah, dan mendendangkan kasidah yang menyanyikan pujian-pujian
kepada Yesus.
وَقَدۡ مَكَرُواْ مَكۡرَهُمۡ وَعِندَ ٱللَّهِ
مَكۡرُهُمۡ وَإِن كَانَ مَكۡرُهُمۡ لِتَزُولَ مِنۡهُ ٱلۡجِبَالُ ٤٦
“Dan mereka membuat makar-makar mereka,
padahal ada di sisi Allah makar mereka tersebut, meskipun makar mereka membuat
gunung-gunung menjadi lenyap.” (Ibrahim: 46)
3.Merusak akhlak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلىَ
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوّدَان هِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada bayi yang dilahirkan melainkan
lahir di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ
يَقُوتُ
“Cukup seseorang itu dikatakan berdosa
karena menelantarkan orang yang berada dalam tanggungannya.” (HR. Abu Dawud
dengan sanad yang sahih, dari Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu
‘anhuma)
Oleh karena itu, selain memerhatikan agama
dirinya pribadi, kedua orangtua wajib menanamkan akidah yang benar kepada
putra-putrinya dan memerhatikan akhlak anak-anaknya. Sebab, di antara program
pokok proyek Kristenisasi adalah perusakan akhlak dengan berbagai media.
Cara ini mereka anggap cukup berhasil.
Seakan-akan mereka tahu hadits berikut,
إِن لَم تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Jika engkau tidak merasa malu,
lakukanlah sesuka hatimu.”
Pemurtadan dengan cara perusakan akhlak
ini dinyatakan langsung oleh tokoh misionaris bernama Samuel Swimer, seorang
Yahudi yang menjabat menjadi direktur organisasi misi Kristen. Dalam konferensi
misionaris di Quds (1935 M), dia berkata yang kurang lebih maknanya, “Misi
utama kita bukanlah mengharuskan umat Islam menjadi Kristen, melainkan
mengeluarkan seorang muslim dari Islam sehingga menjadi orang yang tidak
berakhlak selayaknya seorang muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan
generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum
penjajah, generasi yang malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”
Oleh sebab itu, kini Kristenisasi lebih
diprioritaskan untuk menjauhkan umat Islam dari agama, baru setelah itu
memurtadkannya.
Kawin antaragama dan tunangan antara
pemuda Kristen dan muslimah atau sebaliknya, adalah salah satu program mereka.
Tidak jarang, kasus pemuda Kristen menghamili gadis muslimah yang berujung akad
nikah di gereja karena tidak mau menanggung malu.
Adapun si Kristen tidak mau menikahi
kecuali dengan ala Kristen. Tidak sedikit pula pemuda Islam tergoda oleh wanita
Kristen yang membawa misi.
PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan KKN
(Kuliah Kerja Nyata) sekolah-sekolah tinggi Kristen mengarah ke program ini.
Sebenarnya, cara ini sudah mereka
terapkan sejak beberapa waktu silam. Pada 278 H, ada seorang pemuda bernama
‘Abdah bin Abdur Rahim. Menurut al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, pemuda yang
nahas nasibnya ini awalnya adalah anggota pasukan mujahidin di negeri Romawi.
Saat kaum muslimin mengepung salah satu daerah di negeri tersebut, pemuda
tersebut melihat seorang wanita Romawi yang membuatnya jatuh hati hingga
menyuratinya, “Adakah jalan bagiku untuk memilikimu?”
Wanita tersebut mengirim balasan dan
berkata, “Masuklah ke agama Nasrani, dan silakan menemuiku.”
Dia pun menyanggupinya.
Setelah kaum muslimin berhasil menembus
benteng negeri tersebut, mereka dikagetkan dengan keberadaan pemuda tersebut di
sisi sang wanita Kristen. Peristiwa tersebut membuat kaum muslimin kebingungan
dan keheranan, apa gerangan penyebabnya sampai demikian?
Setelah berjalan beberapa waktu, dia
ditanya, “Bagaimana nasib al-Qur’anmu? Bagaimana nasib jihadmu? Bagaimana pula
nasib shalat-shalatmu dan puasa-puasamu?”
Dia menjawab, “Al-Qur’an telah dilupakan
dariku kecuali firman Allah ‘azza wa jalla,
رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡ
كَانُواْ مُسۡلِمِينَ ٢ ذَرۡهُمۡ يَأۡكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلۡهِهِمُ
ٱلۡأَمَلُۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ ٣
“Kadang-kadang orang-orang kafir itu
berharap sekiranya mereka dahulu muslim. Biarlah mereka di dunia ini makan dan
bersenang-senang serta dilalaikan oleh angan-angan mereka. Kelak mereka akan
mengetahui.” (al-Hijr: 2—3)
Kemudian dia berkata, “Sekarang, aku
telanjur punya anak dan harta bersama mereka (Nasrani).” (al-Bidayah wan
Nihayah, 11/74)
Di Indonesia, metode ini sudah ditawarkan
sejak lama dan membuahkan hasil. Bahkan, di antara korbannya adalah putra-putri
tokoh agama.
Media-media informasi, elektronik maupun
cetak menjadi sarana mereka yang paling efektif untuk merusak akhlak masyarakat
kaum muslimin dengan menayangkan film pergaulan bebas, pornografi,
wanita-wanita foto model, dan yang lainnya. Diperparah lagi oleh munculnya
dunia internet yang semakin tidak terkendali di akhir-akhir ini.
Oleh karena itu, segenap keluarga muslim
mesti waspada dan perhatian penuh akan keselamatan diri dan putra-putri mereka.
4.Santunan/pinjaman dana untuk biaya
kesehatan dan perekonomian
Trik ini juga telah cukup banyak menelan
korban (memurtadkan sejumlah umat Islam). Sebab, dengan kenyataan yang ada,
kondisi sebagian umat Islam ialah sebagaimana yang disebutkan oleh
Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ
حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ
ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ
ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ ١١
“Dan di antara manusia ada yang beribadah
kepada Allah hanya di bagian tepi; jika ia memperoleh kebajikan, dia merasa
puas, dan jika ia ditimpa cobaan, dia berbalik ke belakang (murtad). Rugilah ia
dunia akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (al-Hajj: 11)
Pembagian mi instan atau bantuan uang
yang dijalankan oleh misionaris beberapa tahun silam, akhir-akhir ini
dimodifikasi menjadi peminjaman modal. Bermunculan sekian banyak koperasi
Kristen yang melayani kebutuhan masyarakat tanpa banyak syarat.
Saat nasabah mengalami kesulitan
mengembalikan dana tersebut, mereka tawarkan untuk dibayar dengan agama.
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَٰلَةَ
بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ ١٦
“Mereka itulah yang membeli kesesatan
dengan (bayaran) petunjuk. Tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat hidayah.” (al-Baqarah: 16)
Hal yang serupa mereka tawarkan kepada
masyarakat yang membutuhkan biaya pengobatan. Misi ini didukung oleh rumah
sakit Kristen yang banyak tersebar di Indonesia.
5.Biaya pendidikan
Biaya kuliah yang kian mahal juga menjadi
pintu yang mereka manfaatkan untuk mengkristenkan kaum muslimin. Universitas
dan sekolah tinggi yang didirikan oleh kaum Kristen relatif lebih murah, belum
lagi beasiswa bagi yang bersedia masuk Kristen.
Yang lebih memilukan lagi, bermunculan
sekolah-sekolah tinggi Kristen dikemas dengan nama yang seolah-olah Islami.
Misalnya, Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola oleh Yayasan
(Kristen) Misi Global Kalimatullah dan (STT) Apostolos yang menyediakan
kurikulum Islamologi.
6. Lapangan pekerjaan
Tidak ketinggalan penyediaan lapangan
kerja juga menjadi lahan subur Kristenisasi. Sebab, mereka tahu bahwa banyak
masyarakat Indonesia membutuhkan lapangan pekerjaan. Mereka pun siap
menyalurkan tenaga kerja dengan gaji yang menggiurkan.
Syaratnya, orang tersebut harus mengikuti
program-program yang telah mereka susun sebagai upaya pendekatan ke agama
Nasrani dan menjauhkannya dari kewajiban-kewajiban Islam, seperti dipersulitnya
shalat dan puasa.
Maka dari itu, kami menasihati kaum
muslimin agar ekstra hati-hati dan tidak memasukkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga
pendidikan Kristen. Demikian pula anggota keluarga yang sakit hendaknya tidak
dirawat di rumah sakit Kristen, yang tim kerohaniannya siap mentalqin pasien
yang sekarat dengan talqin ala Kristen. Wal ‘iyadzu billah.
7.Bantuan untuk fasilitas ibadah
Salah satu upaya misionaris untuk menarik
simpati umat Islam ialah memberi bantuan fasilitas ibadah, sumbangan untuk
perayaan hari besar Islam, pembagian THR, dan beberapa fasilitas lainnya.
Bahkan, ada masjid yang mendapat sumbangan pembangunan dari gereja dan ditandai
dengan prasasti resmi sebagaimana yang terjadi di daerah sekitar Salatiga, Jawa
Tengah.
8.Menjauhkan umat Islam dari bahasa Arab
Sebab, ketidaktahuan akan bahasa Arab
menyebabkan umat kesulitan memahami dan berpegang teguh dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah, yang notabene berbahasa Arab.
Mereka menginginkan umat Islam buta huruf
Arab sebagaimana buta hurufnya sebagian Bani Israil. Allah ‘azza wa jalla
berfirman,
وَمِنۡهُمۡ أُمِّيُّونَ لَا يَعۡلَمُونَ
ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِيَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ ٧٨
“Dan di antara mereka ada yang buta
huruf, tidak memahami kitab (sucinya) kecuali hanya membaca saja dan mereka
hanya menduga-duga.” (al-Baqarah: 78)
9.Memanfaatkan jalur politik
Partai-partai politik di negeri kita
tidak luput dari incaran misionaris. Hampir setiap parpol mesti ada anggotanya
ada yang beragama Kristen. Bahkan, tidak jarang politikus Kristen menduduki
jabatan penting dalam partai, yang berlanjut sampai menduduki jabatan penting
dalam pemerintahan.
Ini tentu saja menjadi pintu bagi
misionaris untuk menawarkan produk Kristen di dunia politik. Yang lebih parah
dari itu semua, keberhasilan Kristen menjadi anggota parpol yang membawa suara
Islam atau sebaliknya partai Kristen dengan tokoh atau aktifis Islam.
Tentu tidak sepatutnya kaum muslimin yang
memiliki al-wala’ (loyalitas dan kecintaan) dan al-bara’ (antipati dan berlepas
diri) dalam agamanya, rela menjadikan orang kafir sebagai kepercayaannya. Allah
‘azza wa jalla telah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا
تَتَّخِذُواْ بِطَانَةٗ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا وَدُّواْ مَا
عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي
صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ
١١٨
“Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kalian menjadikan orang-orang dari luar kalian sebagai teman
kepercayaan, karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kalian. Mereka
berharap kalian hancur. Telah tampak kebencian dari mulut mereka dan apa yang
tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah kami terangkan kepada
kalian ayat-ayat Kami jika kalian mau mengerti.” (Ali ‘Imran: 118)
Namun, itulah dunia politik. Kawan
menjadi lawan, lawan pun bisa menjadi kawan, ketika dirasa menguntungkan.
10.Infiltrasi budaya
Banyak tradisi Kristen yang sudah
memasyarakat di Indonesia.[1] Sudah terjadi apa yang disabdakan oleh
Rasulullah,
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
“Sungguh kalian akan mengikuti
jejak-jejak umat sebelum kalian.” (HR. at-Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits
hasan sahih.”)
Dalam riwayat yang lain,
وَلَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
“Seandainya mereka masuk ke lubang dhab
(hewan serupa dengan biawak), kalian pun akan ikut masuk.”
Acara-acara perayaan semisal ulang tahun,
hari ibu, dan valentine day yang biasa dirayakan oleh umat Kristen, di
Indonesia ikut dirayakan oleh kaum muslimin dengan meriah.
Rangkaian dan taburan bunga di kuburan
seakan-akan Islami padahal itu adalah tradisi orang kafir, di antaranya
Kristen. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن
تُطِيعُواْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَرُدُّوكُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ
فَتَنقَلِبُواْ خَٰسِرِينَ ١٤٩
“Wahai orang-orang yang beriman jika
kalian menaati orang kafir niscaya mereka akan mengembalikan kalian ke belakang
(murtad), sehingga kalian kembali menjadi orang-orang yang merugi.” (Ali
‘Imran: 149)
11.Pemilihan daerah minus sebagai basis
Program yang semestinya mendapatkan
kepedulian serius umat Islam secara umum dan para dai serta pemerintah secara
khusus adalah kepedulian terhadap daerah minus dan pedalaman. Sebab,
daerah-daerah ini dipilih oleh misionaris sebagai basis Kristenisasi sejak
beberapa tahun silam dan telah menuai keberhasilan yang gemilang.
Keberhasilan tersebut didukung oleh
karakteristik masyarakat pedalaman yang labil, sebagaimana disebutkan sifatnya
oleh Allah ‘azza wa jalla,
ٱلۡأَعۡرَابُ أَشَدُّ كُفۡرٗا وَنِفَاقٗا
وَأَجۡدَرُ أَلَّا يَعۡلَمُواْ حُدُودَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦۗ
“Orang-orang pedalaman itu lebih dahsyat
kekufuran serta kemunafikannya, dan sangat wajar tidak mengetahui aturan-aturan
yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.” (at-Taubah: 97)
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata
pada tafsir ayat di atas, “Hal tersebut karena jauhnya mereka dari mengenal
syariat agama, amalan-amalan, dan hukum-hukumnya.” (Taisirul Karimir Rahman)
12.Pembekalan wawasan Kristen kepada
anak-anak
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan, “Para misionaris membagi-bagikan permen yang
berbungkus cantik dan bagus kepada anak-anak. Mereka katakan, ‘Ini permennya
Isa.’ Kemudian mereka mengambil permen yang kadaluwarsa, basi (berjamur -red.),
terbuka bungkusnya dan kotor, dan mereka katakan, “Ini permen Muhammad.” Hal
seperti ini membekas dalam benak anak-anak.
Para pelajar di negeri asing menegaskan
bahwa cara seperti ini masih diterapkan dan terkadang disampaikan di sekolah,
mengikuti arahan para gurunya. (Dikutip dari at-Tanshir, hlm. 93)
Santunan sosial berupa pangan sandang,
kesehatan, dan beasiswa, menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata penduduk
daerah-daerah yang minus dan terbelakang. Kondisi seperti ini menjadi prioritas
utama bagi para duta-duta gereja untuk menjalankan misi mereka. Dana dan tenaga
pun mereka persiapkan besar-besaran dengan dukungan banyak pihak dari berbagai
negara.
لَاحَوْلَ وَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Penutup
Kami ingatkan kepada kaum muslimin bahwa
seruan misionaris kepada Kristenisasi dengan berbagai motifnya, tak ubahnya
seruan setan.
إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ
أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ٦
“Hanyalah seruan setan kepada kelompoknya
agar mereka menjadi penghuni neraka Sa’ir.” (Fathir: 6)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ
إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا
كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ
لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ
وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ
إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ٢٢
Dan setan berkata ketika hisab telah
diputuskan, “Sesungguhnya Allah telah berjanji kepada kalian dengan janji yang
benar, dan akupun telah berjanji kepada kalian tetapi aku menyelisihinya. Tidak
ada kuasa untuk kalian melainkan sematamata mengajak kalian lantas kalian
mematuhiku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencercaku, tetapi cercalah diri
kalian sendiri. Aku tidak dapat menolong kalian dan kalian tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian menjadikanku
sebagai sekutu (Allah) sejak dahulu. Sungguh, orang yang zalim akan mendapat
siksa yang pedih.” (Ibrahim: 22)
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّبِعُواْ سَبِيلَنَا وَلۡنَحۡمِلۡ خَطَٰيَٰكُمۡ وَمَا هُم
بِحَٰمِلِينَ مِنۡ خَطَٰيَٰهُم مِّن شَيۡءٍۖ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ١٢
Dan orang-orang yang kafir berkata kepada
orang-orang yang beriman, “Ikutilah jalan kami niscaya kami akan memikul
dosa-dosa kalian.” Padahal mereka sedikit pun tidaklah memikul dosa-dosanya,
sungguh mereka adalah orang-orang yang berdusta. (al-‘Ankabut: 12)
Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan
kita dari tipu daya setan dan memberikan taufik kepada kita.
Wallahu a’lam bishshawab.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah
Nahar
Kristen
Tidak Toleran
[mosimage] Hj Irene Handono,
Mantan Biarawati
Kristenisasi tak pernah padam. Berbagai
cara dilakukan untuk menggerogoti akidah umat Islam dan membuatnya murtad. Kaum
Kristen yang mendapat dukungan Barat berusaha agar umat Islam tidak lagi
terikat dengan agamanya. Mereka ingin agar seluruh dunia menjadi Kristen.
Bagaimana itu terjadi dan apa saja yang dilakukan mereka, berikut wawancara
wartawan Media Umat Pendi Supendi dengan mantan biarawati Hj Irene Handono,
penulis buku Menyikap Fitnah dan Teror.
Kenapa kristenisasi terus terjadi di
Indonesia?
Perlu dipahami bahwasanya Allah SWT
telah memberikan peringatan, yang antara lain dalam Alquran surat al Baqarah
ayat 120: walan tardla ankal yahudu wala nashara hatta tattabi'a
millatahum. Bahwa Yahudi dan Nasrani itu tidak akan pernah berhenti untuk
berupaya membuat umat Islam ini mengikuti millah mereka. Ikut agama mereka.
Ikut budaya mereka. Ikut pemikiran mereka. Allah menyatakan mereka tidak pernah
berhenti berusaha untuk itu. Bahkan Rasulullah masih menguraikannya lagi karena
pentingnya ayat ini. Rasulullah bersabda kepada para sahabat: Wahai sahabat,
ingat-ingatlah engkau, suatu saat umatku nanti akan mengikuti mereka. Selangkah
demi selangkah, sehasta demi sehasta, dan sedepa demi sedepa. Bahkan ketika
mereka itu masuk ke lubang biawak pun, umatku ikut. Tentu para sahabat terkejut
dengan pernyataan Rasulullah seperti ini. Sehingga ada yang menanyakan
siapa yang akan diikuti oleh umatmu seperti itu, sampai-sampai masuk ke lubang
biawak pun akan diikuti oleh mereka. Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?
Jawab Rasulullah siapa lagi kalau bukan mereka.
Bagaimana dengan kristenisasi di Bekasi?
Di Bekasi misalnya, ada program yang
dicetuskan oleh Yayasan Mahanaim. Ini adalah yayasan Kristen yang mempunyai
networking dengan JDN (Jaringan Doa Nasional) di bawah pimpinan pendeta Rahmat
Manulang. Motto yang dipromosikan oleh mereka ke masyarakat di
antaranya: Kasih Bagi Kota, Sejahtera Bagi Kota dll. Di Bekasi ini mereka
menggunakan istilah B3 (Bekasi Berbagi Bahagia). Berbagai iming-iming hadiah
mereka berikan. Momen ini biasanya dilaksanakan setahun dua kali yakni
menjelang Natal dan Paskah. Mereka menggelar acara ini serentak di semua kota
besar di tanah air. Beberapa organisasi yang mendukung di antarnya Full
Gospel, Gideon International, BMGK (Badan Musyawarah Gereja-gereja Kristen).
Seperti yang terjadi di Bekasi itu 23 November lalu, mereka melakukan
dengan cara-cara simpatik, yaitu menarik simpati masyarakat dengan nyanyi
bersama, joget, bagi-bagi hadiah, yang ujung-ujungnya adalah pembaptisan.
Sementara masyarakat kita yang ikut kegiatan mereka itu adalah masyarakat pra
sejahtera.
Kita punya data, mereka membaptis secara
paksa. Contoh dalam salah satu foto terlihat seorang nenek berbusana muslim.
Dia tertipu. Ujung-ujungnya dari kegiatan itu si nenek diceburin ke air di bak.
Lalu dibaptis. Si nenek tinggal mengucapkan amin. Itulah pembaptisan. Si nenek
tidak mengerti apa itu pembaptisan. Mereka juga tidak mengumumkan bahwa itu
adalah kegiatan pembaptisan. Tapi yang dilakukan itu adalah kegiatan
pembaptisan. Ekspresi si nenek itu tampak ekspresi bingung,
menolak.
Kita juga punya foto seorang gadis
berjilbab. Jelas sekali penolakannya. Dia meronta, dia sempat menampik, dia
sempat memegang tangan panitianya. Tapi oleh panitia dia ditekan pundaknya dan
kemudian diguyur dengan air. Setelah terkena air itu ia kemudian baru berdiri.
Gadis ini tidak tahu bahwa dia dibaptis.
Bagi orang yang mengerti Kristen, ketika
ada bak diisi air kemudian orang dimasukin ke situ sudah pasti itu pembaptisan.
Artinya bagi panitia yang Kristen, mereka yang telah masuk ke air itu sudah
dianggap masuk Kristen. Nah mereka yang telah dianggap masuk Kristen itu
menjadi data bagi panitia untuk dilaporkan ke negara donor, sehingga dapat
kucuran dana lagi. Di satu sisi statistik Kristen dalam catatan mereka
meningkat. Ini lho, Kristenisasi dan pemurtadan sekarang sedang berjalan.
Kita buktikan mereka itu bahkan bagi-bagi uang.
Ujung-ujungnya duit?
Ya, ujung-ujungnya sebenarnya duit. Jadi
mereka menerima dana dari negara donor, kemudian mereka bekerja satu bulan tapi
bisa hidup untuk setengah tahun atau satu tahun. Motivasinya adalah motivasi
ekonomi.
Ada motivasi lain?
Kita tidak bisa mengabaikan ada juga
motivasi politik. Artinya ketika ingin memecah Indonesia yang paling mudah
adalah membenturkan umat Islam. Dan mereka itu sudah tahu caranya sejak Orde
Lama. Saat itu sudah marak di tanah air, membenturkan antar sesama umat Islam
dan antara umat Islam dengan aparat penegak hukum. Hingga pernah terjadi
ungkapan pesantren sebagai sarang teroris. Itu menanggapi seruan dari Paus
Benedictus XVI bahwa jihad harus dibuang dari kurikulum Islam. Paus
mengeluarkan ungkapan itu setelah Bush mengatakan perang Salib belum selesai,
dan dia diperintahkan Tuhan untuk menyerang Irak dan Afghanistan.
Bagaimana sebenarnya pandangan orang
Kristen terhadap Islam?
Sebenarnya sejak kecil anak-anak Kristen
sudah diajarkan bahwa Islam itu jelek, Islam itu kumuh, Islam itu miskin, Islam
itu kampungan, Islam itu ketinggalan zaman. Bahkan kalau Anda mencermati bible,
di situ kebencian itu sudah nampak. Dalam bible itu Nabi Ismail AS dinyatakan
sebagai seorang anak lelaki yang tingkah lakunya seperti keledai liar. Bahkan
tidak tanggung-tanggung dari kalangan gereja ada yang menyebar leaflet atau
brosur, “Siapakah agama Islam itu? siapakah Muhammad itu?” Dengan diurut, nabi
Ibrahim yang mereka sebut Abraham menikah dengan Sarah, kemudian menikah lagi
dengan budak yang bernama Hajar. Dari Sarah lahirlah Ishak putra sulung,
kata mereka, terus Hajar melahirkan Ismail yang lakunya seperti keledai liar.
Begitu tulis mereka. Siapa Ismail? Ismail ini tulis mereka adalah anak budak,
maka berarti nabi Muhammad itu keturunannya budak. Itu berarti umat Islam itu
budak. Budaknya siapa? Budaknya Yahudi.
Apa betul di balik kristenisasi ada peran
Vatikan dan Barat?
Ya, betul sekali.
Apakah Indonesia mau dijadikan negara
Kristen?
Itu sudah pernah diungkap oleh The News
Week. Kristenisasi itu hukumnya wajib bagi Kristen. Seperti saya bandingkan
umat Islam mempunyai kewajiban antara lain menegakkan shalat lima waktu, maka
Kristen pun punya kewajiban melakukan kristenisasi atau melaksanakan amanat
agung. Karena itu wajar bila kristenisasi di Indonesia tidak pernah berhenti.
Ayat perintahnya tercantum dalam Injil Matius pasal 28 ayat 19 yang isinya:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka
dalam nama bapak, dan anak dan roh kudus.” Sementara Markus pasal 16 ayat 15
menyatakan, “Lalu ia berkata kepada mereka pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
injil kepada segala mahluk.”
Adakah kaitan antara kristenisasi dan
penjajahan?
Sangat, sangat terkait. Bahwa
mereka itu menjajah, memang sudah dari sononya mereka bangsa penjajah. Agama
Kristen memang membolehkan melakukan penjajahan. Perintahnya: “jadikanlah
seluruh bangsa muridku.” Dan itu dilakukan dengan berbagai cara. Mereka tidak
mengenal halal haram, karena yang mengenal halal haram cuma Islam. Jadi wajar
pula bila pembaptisan bisa dilakukan secara paksa seperti yang dilakukan
Mahanaim di Bekasi. Bagi mereka tidak ada masalah. Bahkan kemudian ada ayat
dalam bible misal Roma pasal 3 ayat 7, yang juga menyatakan: “Tapi jika
kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaannya mengapa aku
masih dihakimi sebagai orang berdosa.”
Penjajahan dalam bentuk sekarang?
Sekarang ini kan melalui budaya dan
pemikiran. Mereka itu selalu mempropaganda negatif tentang Islam. Citra Islam
dibuat buruk oleh mereka. Di satu sisi mereka menyudutkan Islam sebagai teroris
dan sebagainya, tapi di sisi lain mereka melestarikan peperangan yang tak
kunjung selesai. Contohnya Bush menyatakan perang salib belum selesai. Bahkan
dia menyatakan dirinya diperintahkan untuk menyerang Irak dan Afghanistan.
Kemudian melalui budaya Valentine day
yang mereka usung dengan istilah kasih sayang. Valentine day itu
sebenarnya merusak umat Islam.
Perang pemikiran dan budaya itu dimulai
dengan pemahaman bahwa semua agama sama. Kalau semua agama sama maka bagi
mereka mengikuti ibadah mereka tidak masalah. Shalat mulai ditinggal dan
akhirnya mengikuti millah mereka.
Bagaimana dengan rencana transformasi 2020?
Mereka memang punya banyak program
seperti itu. Jadi mereka mengagendakan bahwa pada tahun itu Indonesia sudah
menjadi negeri Kristen. Bahkan mereka sudah membuat suatu program atau agenda,
bahwa R1 itu harus Kristen. Makanya yang mereka lakukan saat ini adalah dengan
kristenisasi untuk meningkatkan jumlah populasi. Setelah populasi meningkat,
maka bukan tidak mungkin terjadi apa yang terjadi di Manokwari di mana mereka
meminta Perda Injil. Kalau sudah begitu mereka terus menuntut dan menuntut,
minta hak semakin banyak, termasuk di legislatif.
Bagaimana dengan isu toleransi yang mereka gembar gemborkan?
Kalau memang mereka toleransi kenapa
mereka mengkristenkan orang Islam. Apa sih definisi toleransi. Itu yang harus
kita tanya kepada mereka, kalau mereka mau jujur menjawab. Bagi kita definisi
toleransi jelas seperti disampaikan dalam Alquran surat Al Kafirun. Lakum
dinukum waliadin. Toleransi akan berubah menjadi intervensi kalau sudah masuk
ke wilayah keyakinan yang beda. Jadi apa yang mereka lakukan itu bukan hanya
intervensi tapi sudah melakukan pelanggaran HAM. Sebab apa? Di tanah air kita,
kebebasan agama dijamin. Juga ada undang-undang yang menyatakan tidak boleh
memaksakan agama kepada orang yang berlainan agama. Apa yang mereka lakukan
jelas pemaksaan. Penipuan. Jadi apa yang mereka lakukan itu adalah pelanggaran
hukum. Harusnya penegak hukum sudah punya alasan untuk menindak mereka. Kenapa
mereka membaptis orang Islam, yang orang Islam sendiri tidak tahu itu
pembaptisan. Melihat fakta ini, mereka yang sebenarnya sudah mempraktekkan
hidup tidak bertoleransi itu. Bukan umat Islam.
Faktor apa yang menyebakan umat Islam termurtadkan?
Satu karena masalah kebodohan. Kedua
adalah masalah kemiskinan. Kebodohan dalam arti kata, mereka rawan iman dan
rawan akidah Islam. Kemudian kebodohan ilmu pengetahuan sehingga mereka tidak
tahu mereka mau diapakan.
Lalu apa yang mesti kita lakukan?
Saya lebih menyerukan dalam hal ini
kembali ke basic. Ibda' binafsika. Mulai dari diri kita sendiri melakukan
pembenahan. Kewajiban kita bersama untuk membentengi akidah umat. Menyatakan
yang hak itu hak, yang batil itu batil. Dan kita melaksanakan perintah Allah
Quu anfusakun wa ahlikum naara. Ini kewajiban kita.
Perlukah kita memiliki negara yang melindungi Islam dalam arti sebenarnya?
Iya. Saat ini kita tidak memiliki
kepemimpinan sentral. Saya menemukan contoh pembuktian konkret, ketika ada Imam
Khomeini dulu, saya tidak berbicara suni-syi'ah---melihat buku the satanic
verses, langsung beliau memberikan fatwa mati ke Salman Rusdhi. Berapa tahun
kemudian itu sepi. Bukunya hilang, Salman Rushdinya hilang. Tapi setelah itu?
Hujatan terhadap Islam kembali terjadi. Terakhir hujatan terhadap Nabi Muhammad
melalui komik berbahasa Indonesia .
Artinya menjadi sangat urgen kepemimpinan Islam itu?
Iya. Kepemimpinan zaman dulu yang dikenal
dengan khilafah itu sangat urgen. Sekarang Anda bandingkan, Katolik. Katolik meski
mengalami perpecahan dengan adanya Protestan , tapi sampai hari ini tidak bisa
disangkal Katolik masih kuat karena mempertahankan pemimpinnya.
Mereka mampu berarti kita juga bisa?
Kita mampu kalau kita bersatu. Kita tetap
lakukan pembinaan dan terus memberi penyadaran pentingnya persatuan umat.
[mosimage] Menyingkap Fitnah dan Teror
Hj Irene Handono lahir dari ibu dan ayah
yang beragama Katolik. Ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan tersebut . Ia
pun sempat menjadi biarawati. Namun sejak tahun 1974-an, wanita kalahiran
Surabaya, 30 Juli 1954, tidak lagi menjadi biarawati. Dirinya mengalami
kebimbangan dengan agama yang dianutnya. Sehingga akhirnya sehari sebelum
bulan suci Ramadhan tahun 1983, atas bimbingan KH Misbach dan KH Achmad Soedja'i,
Irene pun mengucapkan kalimat syahadat.
“Sejak saat itulah saya menjadi muslimah,
dan sejak itu pula bertubi-tubi hinaan, cemoohan, hujatan dan fitnah bahkan
sumpah serapah dilontarkan bukan saja terhadap saya, tapi juga kepada Allah SWT
yang saya sembah, Nabi Muhammad SAW yang saya cintai dan Islam yang saya
yakini,” ujarnya. Teror demi teror, katanya, terus dia rasakan baik
secara fisik maupun mental hingga sekarang. Saat ini Hj Irene
Handono aktif berdakwah dan menjadi pengurus di berbagai lembaga Muslimah. Ia
pun mendirikan sekaligus memimpin Irene Center, sebuah lembaga perbandingan
agama dan pembinaan mualaf.
Karena merasakan kepedihan dan
keprihatinan yang sangat mendalam Irene Handono pun akhirnya
menulis sebuah buku yang berjudul, Menyingkap Fitnah dan Teror. Di buku itu, ia
memaparkan siapa sesungguhnya Kristen dan Yahudi. Bagaimana sejarah mereka, apa
program mereka, apa taget mereka dan bagaimana visi dan misinya. Ia pun
memaparkan dalam buku itu bahwa fitnah dan teror itu telah menimpa Rasulullah
SAW dan seluruh umatnya sampai hari ini. “Bagi saya semua teror itu membuktikan
betapa benarnya ayat-ayat Allah, betapa mulia dan mahalnya Islam. Karena
semakin banyak teror dilakukan, insya Allah semakin menguatkan iman saya,”
tulisnya dalam buku setebal 295 halaman itu.
Buya hamka dan sikap tegasnya terhadap
kristenisasi
1. 31/1/2014 Buya Hamka dan Sikap
Tegasnya Terhadap Kristenisasi - Islampos SOSOK Buya Hamka dan Sikap Tegasnya
Terhadap Kristenisasi Kamis 6 Safar 1434 / 20 December 2012 08:46
http://www.islampos.com/buya-hamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi-33695/
1/4
2. 31/1/2014
Buya Hamka dan Sikap Tegasnya Terhadap Kristenisasi - Islampos Oleh: Artawijaya
Editor Pustaka Al-Kautsar dan Dosen STID Mohammad Natsir Jakarta Di hadapan
penguasa, Hamka bicara tegas menolak upaya-upaya Kristenisasi. Ia juga tegas
melarang umat Islam mengikuti perayaan “Natal Bersama” yang menggunakan kedok
toleransi. Suatu hari menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun 1969, dua orang
perwira Angkatan Darat datang menemui Buya Hamka. Keduanya membawa pesan dari
Presiden Soeharto, agar Hamka bersedia memberikan khutbah Ied di Masjid
Baiturrahim, komplek Istana Negara, Jakarta. Hamka terkejut, karena disamping
permintaan tersebut mendadak, ia heran mengapa istana memilihnya menjadi
khatib, padahal pada waktu itu ia dikenal sebagai
http://www.islampos.com/buya-hamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi-33695/
2/4
3. 31/1/2014
Buya Hamka dan Sikap Tegasnya Terhadap Kristenisasi - Islampos ulama yang dalam
setiap ceramahnya selalu tegas mengeritik upaya-upaya Kristenisasi. Maklum,
pada masa-masa awal Orde Baru, gurita Kristenisasi mulai membangun jejaringnya.
Baik di tingkat elit kekuasaan, maupun aksi-aksi di lapangan. Atas saran dan
dukungan umat Islam, Buya Hamka akhirnya bersedia memenuhi permintaan istana.
Umat ketika itu berharap, ulama asli Minangkabau ini bisa menyampaikan
pesan-pesan dakwah kepada para pejabat, terutama dalam menyikapi maraknya
Kristenisasi. Inilah kali pertama Hamka, seorang mantan anggota Partai Masyumi,
berkhutbah di Istana. Dari atas mimbar, ulama yang juga sastrawan ini
menguraikan tentang bagaimana toleransi dalam pandangan Islam. Islam sangat
menghargai agama lain, dan tak akan pernah mengganggu akidah agama lain. Di
hadapan Presiden Soeharto dan para pejabat Orde Baru, Buya Hamka menegaskan
secara lantang, “Tapi kalau ada usaha orang supaya kita berlapang dada, jangan
fanatik, lalu tukarlah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu dengan tuhan
yang maha tiga, atau berlapang dadalah dengan mengatakan bahwa Nabi kita adalah
nabi palsu dan perampok di padang pasir, atau kepercayaan kita kepada empat
kitab suci; Taurat, Zabur, dan Injil dan Al-Qur’an, lalu disuruh berlapang dada
dengan mendustakan Al-Qur’an, maaf, seribu kali maaf, dalam hal ini kita tidak
ada toleransi!” tegasnya. Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka juga
menyampaikan bahaya Kristenisasi ia sampaikan di mimbar-mimbar dakwah dan media
massa. Melalui Majalah Panji Masyarakat, Buya Hamka membahas bahaya
Kristenisasi, modernisasi dan sekularisasi. Dalam rubrik “Dari Hati ke Hati”
yang dikelolanya, Buya Hamka juga menjelaskan soal prinsip toleransi dalam
Islam. Dalam setiap kesempatan khutbah, Buya Hamka yang prihatin dengan gurita
kristenisasi yang sedang menggeliat ketika itu, bersuara lantang di hadapan
umat agar mewaspadai sepak terjang kelompok Kristen yang berusaha memurtadkan
kaum Muslimin. “Modernisasi bukan berarti westernisasi, dan bukan pula
Kristenisasi,” demikian ketegasan yang sering diulang-ulang oleh Hamka ketika
ditanya para wartawan. Dalam setiap khutbah di Masjid Al-Azhar, Jakarta, Hamka
juga menegaskan bahwa misi zending Kristen yang sedang bergeliat pada masa itu
telah dirasuki dendam Perang Salib untuk menghabisi umat Islam. “Kristen lebih
berbahaya dari Komunis,” ujar Hamka. Ketegasan Buya Hamka terhadap bahaya
Kristenisasi kembali ia sampaikan di hadapan penguasa Orde Baru, ketika Buya
menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam rapat dengan
Presiden Soeharto pada 1975, Buya Hamka menerangkan di hadapan Presiden tentang
faktafakta Kristenisasi yang bergeliat setiap hari di masyarakat, dengan
berbagai bujukan dan iming-iming materi yang menggiurkan. Hamka juga
menyampaikan keprihatinannya tentang berdirinya Rumah Sakit Baptis di
Bukittinggi, sebagai upaya terang-terangan dalam mengkristenkan masyarakat
minang lewat cara pengobatan. Kepada Presiden Soeharto, Hamka mengusulkan agar
rumah sakit itu dibeli dan diambil alih pemerintah agar bisa dikelola dengan
semestinya. Soeharto setuju dengan usulan tersebut, bahkan dengan terang-terangan
menyatakan tidak sukanya pada Kristenisasi tersebut. Sikap tegas Buya Hamka
yang melegenda adalah ketika ia mengeluarkan fatwa haram perayaan natal
bersama. Pada saat itu di lingkungan birokrat yang sudah dikuasai jejaring
Kristen memang digagas acara “Natal Bersama”. Buya sebagai Ketua MUI merasa
perlu http://www.islampos.com/buya-hamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi-33695/
3/4
4. 31/1/2014
Buya Hamka dan Sikap Tegasnya Terhadap Kristenisasi - Islampos memberikan fatwa
agar umat Islam tidak terjebak menggadaikan akidah hanya semata-mata takut
dibilang tidak toleran. Saat berkhutbah di Masjid Al-Azhar, Buya Hamka
mengingatkan kaum Muslimin, bahwa kafir hukumnya jika mereka mengikuti perayaan
natal bersama. “Natal adalah kepercayaan orang Kristen yang memperingati hari
lahir anak Tuhan. Itu adalah akidah mereka. Kalau ada orang Islam yang turut
menghadirinya, berarti dia melakukan perbuatan yang tergolong musyrik,” terang
Hamka. “Ingat dan katakan pada kawan yang tak hadir di sini, itulah akidah
kita!” tegasnya di hadapan massa kaum Muslimin. Keteguhannya dalam memegang
fatwa haramnya natal bersama inilah yang kemudian membuatnya mengundurkan diri
dari Ketua Majelis Ulama Indonesia. Tak berapa lama setelah fatwa itu dikeluarkan,
pada 24 Juli 1981, Buya Hamka wafat menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahyarham Mohammad Natsir, teman karib seperjuangan yang menyaksikan
detik-detik wafatnya Buya Hamka kemudian memanjatkan doa tulus bagi seorang
pejuang dan pengawal akidah umat.
http://www.islampos.com/buya-hamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi-33695/
4/4