Saturday, July 1, 2017

Qatar Pamerkan Hubungannya Dengan Rezim Ekspansif Subversif Iran


Saat telepon dari Iran datang (lagi), mengapa pemimpin Qadr Syaikh Tamim setuju untuk mengangkatnya lagi? Sebulan yang lalu, di saat perselisihan antara negara-negara Teluk dengan Qatar mulai terjadi, Presiden Iran Hassan Rouhani melakukan panggilan telepon pada Syaikh Tamim yang mereka publikasikan besar-besaran.

Dari sisi Iran, ini adalah politik yang licik. Pada saat terjadi perselisihan antara anggota negara-negara teluk, Iran segera melompat masuk dan mendorong perpecahan lebih lanjut antara negara-negara Teluk, dan juga muncul sebagai kekuatan regional yang ia suka berpura-pura berperan sebagai "penengah" dalam perselisihan tersebut.

Pertanyaannya mengapa Syaikh Tamim setuju untuk menerimanya?
Dia pasti menyadari bahwa sikapnya tersebut akan semakin mengobarkan ketegangan di antara anggota persekutuan negara-negara teluk, GCC. Dan memang itulah yang terjadi. Hal ini tentu bisa diperdebatkan bahwa tanpa sikap provokatif semacam itu, perselisihan ini mungkin saja terjadi.

Dan sekarang Doha sampai melakukan hal yang sama lagi. Sekali lagi, Presiden (Qatar) setuju untuk menyambut telepon dari Rouhani, yang memungkinkan kantor berita nasional Iran untuk mempropagandakan kata-katanya bahwa "Pengepungan terhadap Qatar tidak dapat diterima oleh kita. Negara kita akan selalu terbuka untuk Qatar sebagai negara tetangga dan saudara".

Layak bagi pengamat Teluk untuk bertanya-tanya, apakah Syaikh Tamim dan orang-orang Qatar tertipu oleh kata-kata itu? Tentu tidak bagi negara lain di Teluk. Orang-orang Saudi dan Emirat sangat menyadari bahwa intervensi Iran dalam mendukung pemberontak Houthi di Yaman telah merugikan mereka, harta dan darah para tentara mudanya. Negara-negara Teluk telah melihat cara Iran dalam mendukung elemen sektarian terburuk di Irak, mengacaukan negara tersebut dan mempengaruhi perbatasan GCC.

 
Gambar 1. 2 Milisi pemberontak Houthi (afiliasi Masyaikh Watsiqah Kufriyah Muhammad al-Imam dkk) yang tertangkap mengungkapkan bahwa mereka dilatih oleh Iran dan Hesbolatta (2 captured Houthi fighters revealed that they were trained by Iran and Hezbollah)


Dan jelas bagi siapapun bahwa tindakan Iran di Bahrain hanyalah membawa destabilisasi, kekacauan. Tentunya seseorang di antara pengamat Syaikh Tamim harus menyadari bahwa ideologi ekspansionis Iran dengan senang hati akan menyapu (pula) istana Presiden Doha, jika mendapat kesempatan. Memang, hanya dengan cara Teluk menghadapi Iran bahwa ekspansi tersebut dapat dihentikan. Alih-alih membantu dalam pertarungan tersebut, Doha telah memilih untuk menawarkan bantuan kepada musuh.

 
Gambar 2. Revolusi Pemberontak Syiah Houthi Yaman adalah kepanjangan Revolusi Khomeini Iran.
                                             
Apa yang Qatar dapatkan dari pelatihan hubungan masyarakat ini dalam jangka panjang? Masa depannya berada di dalam keluarga negara-negara Teluk. Memamerkan hubungannya yang norak dengan rezim ekstremis hanya akan membahayakan dan merusaknya.


Gambar 3. Memang, hanya dengan cara Teluk menghadapi Iran bahwa ekspansi tersebut dapat dihentikan. Alih-alih membantu dalam pertarungan tersebut, Doha telah memilih untuk menawarkan bantuan kepada musuh (paling atas).