Sunday, December 31, 2017

Benar Ucapan Rektor UIN Alauddin Makassar, Profesor Musafir Pababari, Secara Tataran Akademis Ajaran Syi’ah Sudah Tuntas Pembahasan Kekafirannya (Bukan Bagian Dari Ajaran Islam). Silahkan Anda Dan Mahasiswanya Debat Secara Akademis Ribuan Artikel Ilmiyah Di Lamurkha.

Aliansi Nasional Anti Syi’ah Sebut Ada Upaya Sosialisasi Ajaran Syiah di Universitas Islam Negeri Gowa

Tataran akademis terkait Aqidah Yang Haq ajaran Islam dan Kesesatan Sekte Syi’ah bukan diwilayah Kampus tapi Wilayah Ulama yang Tsiqah, lebih utama di Otoritas Resmi (Negara) yaitu MUI. Sarjana Agama di Kampus belum tentu Ulama (sesat aqidahnya), bahkan bisa Perusak Agama (Munafiqun). 

Promosi Ajaran Syiah Di Uin Alauddin

Kemarin, hari Selasa 26 Desember 2017, dilangsungkan acara presentasi dari Prof. Najamuddin (guru besar Univ. Hasanuddin), ketua komisi Hubungan Luar Negeri MUI Sulsel. Beliau ingin memaparkan pengalamannya berkunjung ke Iran, juga mengikuti seminar "Gerakan Takfirisme", serta kesannya bertemu dengan pemimpin Syiah Ali Khamenei. Tentu saja, dibalik semua ini bekerja tangan-tangan Syiah secara halus. Salah satunya dengan memfasilitasi kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk jalan-jalan ke Iran.
Dalam acara yang diselenggarakan di fakultas Adab tersebut, rupanya hadir juga panelis lain dari Iran. Dia fasih bahasa Indonesia, mungkin juga bahasa Arab. Mungkin hal yang tidak disangka oleh para narasumber dan mungkin juga panitia, adalah kehadiran guru kami ustadz Said Abdusshomad hafizhahullah.
Setelah menceritakan pengalaman "indah" ketika di Iran, masuklah pembicaraan menyangkut hasil-hasil seminar "Gerakan Takfirisme". Salah satu hasil seminar tersebut adalah solusi dari problem takfirisme adalah kembali kepada Alqur'an dan ajaran ahlul bait. Tentu saja maksudnya adalah mengikuti ajaran syiah.
Saat sesi tanggapan, tanpa basa-basi ustadz Said menjelaskan kesalahan dari ajakan kembali kepada Alqur'an dan ahlul bait. "Mengapa tidak disebut para sahabat?", kata beliau. "Bukankah para sahabat yang mengumpulkan Alqur'an?".
Panelis asal Iran mencoba menyela, "Karena sahabat tidak disebut dalam Alqur'an". 
Kata ustadz Said, "Ada dalam Alqur'an". Beliau pun membaca ayat 100 dari surah At-Taubah, dan membacakan artinya dengan suara bergetar.
(Silahkan buka http://lamurkha.blogspot.co.id/ribuan artikel terkait kekafiran Syiah).
Orang Iran itu pun menyela, "Coba baca ayat sesudahnya, ayat 101". Perlu dipahami bahwa ayat 101 surah At-Taubah menjadi dalil bagi Syiah tentang kemunafikan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ayat ini memang berisi informasi bahwa ada sebagian orang di Madinah dan sekitarnya yang munafik, tapi jelas bukan para sahabat Nabi karena Muhajirin dan Anshar telah dijelaskan ayat sebelumnya. Bagi anda yang suatu saat berdiskusi dengan orang Syiah, perlu ingat ini.
Namun ustadz Said paham hal ini. Beliau tidak mau menuruti keinginan orang Iran tersebut. "Hadzaa waqty, laa tuqaati'", lalu membacakan ayat 29 surah Al-Fath. Simpulan dari ayat tersebut adalah para sahabat akan membuat takjub Nabi shallallahu alaihi wasallam dan pengikutnya, namun membuat geram orang kafir (termasuk Syiah).
Ustadz Said juga menyesalkan narasumber lain yang seolah menyepelekan dampak gerakan Syiah. Beliau pun menjelaskan kesesatan  syiah mulai dari syahadat hingga nikah mut'ah. Aula yang sebelumnya sejuk dengan narasumber yang senyum-senyum manis, berubah menjadi gerah dan senyum-senyum kecut. Kursi mereka seolah ditaburi paku.
Semoga Allah merahmati guru kami dan memberkahi umur beliau, ustadzuna Said Abdusshomad hafizhahullah.
(Foto dan video tidak dapat saya lampirkan demi melindungi sumber.)

Rektor UIN Alauddin: Jangankan Syiah, Komunis pun Kami Terima

Pernyataan mengejutkan disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Profesor Musafir Pababari, saat berdialog dengan Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Indonesia Timur, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Sulawesi Selatan, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Makassar, Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI), dan Forum Arimatea Sulsel, di ruang kerjanya di kampus II UIN, Samata, Kabupaten Gowa, pada Rabu (27/12/2017) lalu.
Secara mengejutkan, Musafir mengaku tidak mempersoalkan keberadaan Syiah yang leluasa masuk ke perguruan tinggi yang dipimpinnya.
“Jangankan Syiah, Komunis pun saya terima di UIN Alauddin. Dan sudah berapa yang datang di UIN, yang humanis, yang Komunis, yang tidak ada masalah sama saya. Saya terima semua,” ujarnya.
Bahkan, Musafir menganggap fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang kesesatan paham Syiah, tidak mengikat secara hukum. Disebutnya, fatwa itu boleh diikuti, juga boleh tidak diikuti.
“Majelis Ulama, ya, Majelis Ulama. Kita di sini hanya tataran akademis. Silakan kita berdebat secara akademis,” tutur Musafir.
Menurutnya, persoalan Syiah dan Sunni sudah selesai. Secara akademis telah dibahas secara tuntas. Tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan. Masalah pengamalan itu individu.
Tim Forum Pegiat Media Islam (Forpemi) Sulawesi Selatan yang meliput jalannya dialog itu, menangkap kesan tidak bersahabat dari Rektor UIN kepada para tamunya.
Berkali-kali Rektor UIN, yang pernah berkunjung ke Iran selama sepekan itu, tampak meninggikan suara dengan pernyataan yang disampaikan. Beruntung perwakilan LBH Muslim Makassar selalu menyanggahnya dengan dalil hukum, sehingga Musafir pun memilih mengalah.
Ketua LPPI Indonesia Timur, Kyai HM Said Abd Samad, Lc., menjelaskan maksud kedatangannya bahwa hanya sekadar ingin memberikan saran dan masukan ke UIN Alauddin sebagai salah satu kampus Islam terbesar di kawasan timur Indonesia.
Wakil Pimpinan Muhammadiyah Daerah Makassar itu memaparkan tentang perlunya paham Syiah diwaspadai. Apalagi para pengikutnya sudah terang-terangan masuk ke kampus-kampus.
“Kullukum Ra’in wa Kullukum Mas’ulun…..Kalau mahasiswa ini setelah mendengar penjelasan-penjelasan yang menarik, lalu terpengaruh dengan Syiah, bukankah ini bukan tanggung jawab (Prof) di akhirat!” tegas Kyai Said.
Dalam kesempatan itu, Kyai Said berjanji akan kembali menemui Musafir Pababari dan berdialog langsung yang membahas masalah Syiah.
Sebelum pertemuan itu digelar, Kyai Said terlebih dahulu menyanggah dan membantah pernyataan Ghasem Muhammadi dan Ebrahim Zargar, dua pengajar dari Al Mustafa International University of Iran, saat menjadi pembicara di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin.
Sumber: Tim Forum Pegiat Media Islam (Forpemi) Sulsel
Editor: Hunef Ibrahim