Saturday, December 16, 2017

Syekh Dr.Husen Alu As-Syekh hafidzahullah “Masjidil Aqsha merupakan isu sentral umat islam"

Hasil gambar untuk masjid nabawi

Khotbah Jumat, Masjid Nabawi, 27 Rabiul Awal 1439 H

Khotib : Syekh Dr.Husen Alu As-Syekh hafidzahullah

Khotbah Pertama :
Dalam lubuk hati setiap muslim, tetap menyala-nyala isu terbesar, yaitu persoalan Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama dan masjid suci ketiga serta tempat tujuan perjalanan isra’ pemimpin utama umat manusia dan jin.
Itulah isu terpenting yang selalu hadir, tidak pernah menghilang dari benak setiap individu dan komunitas muslim, betapapun besarnya tantangan, dan betapapun terpuruknya kondisi kaum muslimin.
Yerusalem dengan tanahnya yang di atasnya berdiri Masjidil Aqsha adalah persoalan akidah bagi kaum muslimin dan ikatan sejarah yang mendalam dan tidak terlupakan. Bagaimanapun keadaannya tidak akan terhapus dari memori pemikiran Islam, mengingat kedudukannya sebagai simbul jati diri umat Islam yang merupakan salah satu prinsip dasar dan tempat suci umat Islam.
Bagaimana tidak demikian, sedangkan kitab suci Al-Qur'an selalu mengingatkan kita pagi dan petang :

"Maha suci Allah yang memperjalankan hambaNya pada satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha mendengar dan Maha melihat". Qs. Al-Isra’:1
    Masjidil Aqsha adalah salah satu dari tiga masjid yang hanya kepadanya dibolehkan perjalanan jarak jauh dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan mengharapkan tambahan anugerahNya sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadis Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-.
Tanah Yerusalem identik dengan tanah Mahsyar tempat berhimpunnya seluruh manusia. Maimunah –budak perempuan Nabi bercerita : Aku berkata, Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang Baitul Maqdis ! Beliau lalu menjelaskan : "itulah tanah mahsyar tempat berhimpunnya umat manusia". HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih.
Baitul Maqdis mempunyai kedudukan sangat agung dan keistimewaan tinggi dalam Islam.


Abu Dzar –radhiyallahu anhu- berkata : Kami bertukar pikiran ketika kami sedang berada di dekat Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- : Manakah yang lebih utama; Masjid Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- ataukah Masjid Baitul-Maqdis ? Beliau menjawab : " Sekali shalat di masjidku ini lebih baik dari pada empat kali shalat di dalamnya (Masjid Baitul-Maqdis), sungguh dia adalah sebaik-baik tempat shalat. HR. Al-Hakim, yang dinilainya shahih dan disetujui Adzahabi.
    Diantara keutamaan Masjidil Aqsha dalam Islam ialah bahwa ia merupakan tempat tujuan isra' Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- dan dari padanya beliau naik ke langit.
    Anas –radhiyallahu anhu- menceritakan bahwa nabi –shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Seekor buraq didatangkan kepadaku, yaitu hewan tunggangan warna putih tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bagal. Ia menjangkaukan telapak kakinya sebatas maksimal pandangan matanya". Kata beliau : "Lalu aku menunggangnya hingga sampai ke Baitul Maqdis". Kata beliau : "Lalu aku mengikatnya pada lingkaran tempat para nabi mengikatkan tunggangan mereka". Kata beliau: "Lalu aku memasuki masjid untuk shalat dua rak'at, kemudian aku keluar. Maka datanglah Jibril –alaihissalam- dengan sebuah wadah berisi khamar dan wadah lainnya berisi susu, maka aku memilih susu. Jibril lalu berkata : "Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu ia naik bersamaku ke langit". HR. Muslim.
    Di antara keutamaan kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha ialah seperti yang dijelaskan dalam hadis Abdullah bin Amar bin al-Ash, bahwa nabi –shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Ketika selesai membangun Baitul Maqdis, Sulaiman bin Dawud memohon kepada Allah tiga hal: Keputusan hukum yang sesuai dengan hukum Allah, kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, dan agar tidak seorang pun datang ke masjid ini untuk shalat kecuali bersih dari dosa seperti ketika lahir dari perut ibunya". Nabi lalu bersabda : Dua permohonan (Sulaiman alaihissalam) yang pertama sudah terkabulkan, sedangkan permohonan yang ketiga aku berharap terkabulkan pula". HR. Nasa'i dan Ibnu Majah yang dinilai shahih oleh Albani.
Saudara-saudara sesama muslim! 

    
Nilai-nilai luhur dan istimewa yang melekat pada kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha dalam pandangan Islam, telah dijelaskan secara terpisah oleh para ulama sejak beberapa abad yang lalu dalam karya tulis mereka secara susul menyusul. Sejumlah ulama Islam menulis secara terpisah tentang keutamaannya : antara lain, Bahauddin Ibnu Asakir dalam karyanya : "al-Jami' al-Mustaqsha fi fadhailil masjidil aqsha", Aminuddin Ibnu Hibatullah as-Syafi'i dalam karyanya : "Kitabul Unsi fi fadhailil-qudsi", Burhanuddin al-Fazari dalam karyanya :"Ba'itsun nufus ila ziyaratil-qudsi almahrus", Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi dalam karyanya : "Mutsirul-Gharam ila ziyaratil-qudsi wa as-Syam", al-Husen al-Husaeni dalam karyanya, : "al-Raudh al-Mughras fi Fadhailil Baitil-Muqaddas", Ibnul-Jauzi dalam karyanya, : "Fadhailul-Quds" dan As-Suyuthi dalam karyanya, : "Ittihaful Akhsha bi Fadhailil-Masjidil Aqsha".

Dari sinilah seluruh kaum muslimin bersepakat tidak akan mengakui langkah apapun yang dapat mengganggu isu kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha, mengingat statusnya sebagai tempat suci yang tidak boleh digannggu dalam kondisi apapun.
Tindakan seperti yang terjadi itu hanyalah membuat umat Islam semakin teguh pendirian dan bersikukuh dalam menuntut hak-hak mereka yang sah sesuai prinsip-prinsip dasar yang ada untuk menegakkan kebenaran, mencegah kesemena-menaan dan membela mereka yang teraniaya sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan hukum syariat dan undang-undang hukum internasional.
Dunia sekarang menganggap langkah-langkah yang diambil saat ini sebagai suatu pelanggaran terhadap resolusi yang telah menjadi konsensus masyarakat internasional yang menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Islam dan salah satu kota suci umat Islam.
Pembelaan persoalan umat tidak cukup dengan orasi pidato berapi-api dengan kata-kata yang memikat hati. Tidak efektif wahai saudara-saudara seagama suatu kutukan dan kemarahan. Tidak pula teriakan kecaman dan pengerahan unjuk rasa. Sudah cukup sering hal itu dilakukan oleh kaum muslimin. Acap kali mereka berdemonstrasi secara susul menyusul. Namun demikian hal itu hanya sebatas reaksi yang tidak mampu merubah tindakan kesemena-menaan atau menghilangkan bahaya. Tidak pula mampu mencegah senjata agresor atau ambisi jahat penjajah. Tetapi harus dengan kembali total kepada Allah dengan doa yang tulus sepenuh hati kepada Tuhan yang Maha perkasa.
Umat Islam hanyalah bisa menang berkat pertolongan Allah lahir dan batin, hanyalah karena perkenanNya dan bantuanNya. Maka ketika umat ini berpegang teguh pada agama Allah, menjunjung tinggi perintahNya dan ketentuan hukumNua, bergerak karena dorongan agama yang menjadi pijakan persoalan Masjidil Aqsha, ketika itulah baru terwujud penyelesaian yang sukses dan solusi yang efektif. Allah berfirman :
"Jika kalian menolong agama Allah, pastilah Allah menolong kalian dan memantapkan derap langkah kalian".
Kaum muslimin !

    Ketika hati umat ini terkendalikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah, didukung dengan bukti-bukti nyata di lapangan dalam berbagai aspek kehidupan, maka ketika itulah kaum muslimin tidak terjatuh dalam keterpurukan dan tidak akan tertimpa kenistaan dan kehinaan. Firman Allah.
"Janganlah merasa rendah diri dan janganlah bersedih hati, sedangkan kalian adalah lebih unggul, jika memang kalian orang-orang yang beriman".
    Sudah satnya bagi kaum muslimin terutama saudara-saudara kita di Palestina yang sedang bergolak menghadapi tantangan yang mengancam keamanan warga mereka agar menjalin persaudaraan yang dilandasi ketulusan dan ketakwaan. Hendaklah mereka berdamai atas dasar agama dan visi akhirat. Hendaklah mereka meninggalkan perbedaan dan perpecahan. Hendaklah mereka keluar dari permusuhan untuk beralih ke medan persaudaraan dan persatuan, dari api perseteruan menuju cahaya ketulusan, dari sikap pertentangan dan percekcokan menuju sikap toleransi dan kerukunan.
Hendaklah mereka mengesampingkan kepartaian dan fanatisme golongan untuk segera masuk dalam semangat persaudaraan islam dan kasih sayang keimanan. Firman Allah :
"Taatlah kepada Allah dan rasulNya. Janganlah kalian saling bercekcok sehingga kalian menjadi gentar dan kehilangan kewibawaan. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar".
    Ketika kaum muslimin dalam realita kehidupan telah mempraktekkan misi Islam secara penuh tanpa pengurangan, lalu mereka menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dan mengamalkannya lahir batin sehingga mereka hidup dalam Islam dan untuk Islam, maka upaya mereka tidak akan mengalami kegagalan, segenting apapun persoalan yang mereka hadapi, tidak akan gelap jalan dan akses yang mereka lalui ke depan, sebesar apapun bencana yang menimpa mereka, selagi mereka berada pada jalur Islam dan menerapkan ketentuan hukumnya serta mengikuti dan berpegang teguh pada sunah nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman”. Qs. Alhaj:38
    Jika tidak demikian, maka selagi umat ini terhempas oleh kobaran api syahwat dan kemewahan hidup yang melalaikan serta terombang-ambing ombak kesenangan nafsu yang menyimpang dan kerancuan arah yang tendensius, maka akan bertubi-tubi bencana kesombongan, gelombang bencana dan banjir petaka dengan segala ragamnya yang datang menerpa mereka. Firman Allah:
“Apapun musibah yang menimpa kalian, hanyalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian. Namun Allah memaafkan banyak dari kalian”. Qs. As-Syura :30
Allah berfirman tentang perang Uhud.
“Mengapa ketika kalian ditimpa musibah, yang sebelumnya kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat, kalian berkata: "Darimanakah datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Qs. Ali Imran :165
Kaum muslimin sekalian:

    Umat Islam harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang dapat mengentaskannya dari keadaan krisis yang mencekiknya, tidak ada yang mampu menyelamatkannya dari kondisi terpuruknya kecuali kehidupan Islam yang benar-benar dilandasi akidah tauhid murni dan pengamalan terhadap petunjuk Al-Qur’an dan sunah secara benar sesuai pemahaman ulama salaf.
    Itulah pondasi yang kokoh dan dasar yang teguh untuk mencapai kejayaan, kedaulatan, kemenangan dan superioritas. Firman Allah :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.Qs.Al-An’am:82
Itulah janji yang pasti dan pemberitaan yang benar.
“Dan sudah pasti Kami menolong orang-orang yang beriman”. Qs. Ar-Rum:
“Kekuatan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui”.Qs.Al-Munafiqun:1
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman”. Qs.Almukminun:1
Kaum muslimin sekalian:

    Adalah suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin sesuai tanggung jawab mereka untuk membela isu sentral ini, yaitu persoalan Masjidil Aqsha, Yerusalem dan negara Palestina, bertolak dari Islam murni, dengan kesatuan yang efektif, pergerakan yang profesional agar membuahkan hasil yang positif dan mencapai sasaran yang didambakan.
“Katakanlah, bekerjalah, maka Allah akan melihat hasil kerja kalian bersama rasulNya dan orang-orang yang beriman”.
    Maka perlu ada ketajaman mata hati dan kearifan prima sehingga umat ini mampu menghadapi tantangan dengan segala ragamnya dalam koridor saling bahu membahu, kerja sama dan tolong menolong; bukan saling bertengkar dan saling menyalahkan yang justru membuat diri mereka terperangkap. Dengan cara demikian, umat ini mampu menangkal arogansi kaum perampas hak dan mampu meraih kemenangan secara meyakinkan.
Perlu melihat persoalan umat ini secara cermat untuk melepaskan mereka dari lingkaran emosional menuju arena pemikiran yang mantap dan tindakan nyata yang berimbang dalam suatu sistem penyatuan berbagai upaya yang tulus dengan koordinasi yang akurat terhadap berbagai prinsip yang mendasar, bertitik tolak dari rambu-rambu agama Islam yang bijak dan karakteristik hukum syariat yang diamanatkan oleh pemimpin para nabi dan rasul untuk mengantar dunia seluruhnya ke pantai kearifan, keamanan, kebahagiaan, kerukunan dan kedamaian.
Perlu penyederhanaan upaya yang dapat dilakukan umat ini untuk menghadapi tantangan, yaitu dengan bahasa komunikasi yang membungkam lawan, dan dialog yang mampu mengekangnya, jauh dari bahasa pertentangan, jauh dari simbul-simbul kebangsaan, fanatisme golongan, dan agenda-agenda regional. Semua itu hanya membuat umat ini memetik keburukan dan penderitaan belaka.
“kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka”. Qs. Almukminun : 53
Kita harus merespon seruan Allah :
“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kalian; agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. Qs.Al-Anbiya: 92


Khotbah Kedua
    Negeri dua tanah suci; pemerintah dan rakyatnya, setiap waktu dan kesempatan mempunyai sikap yang terhormat dan tindakan yang cemerlang terhadap setiap isu keislaman dan Arab, lebih-lebih isu Palestina.
    
Sikap pemerintah negeri ini terhadap persoalan Palestina tetap tegas, tidak tergoyahkan. Sikap itu telah digariskan dalam dasar-dasar dan skala prioritas menyangkut upaya-upaya dalam menangani berbagai kemungkinan yang akan terjadi, terutama terkait persoalan ekonomi dan politik.

Dalam era pemerintahan Pelayan dua kota suci Raja Salman, dunia telah menyaksikan adanya perhatian khusus dari beliau terhadap perjalanan negeri ini sebagai persoalan Islam sebelum persoalan bangsa Arab.
Negeri ini melihat adanya tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Karena itu logis mendapat kehormatan mengembannya dengan pertimbangan misi keislamannya dan kedudukannya yang mendunia.
Oleh sebab itu, tidak ada tempat untuk pelelangan paksa bagi pihak yang menafikan jasa-jasa baik negeri ini, dan bagi setiap orang yang mengingkari, orang yang centang perenang dan orang yang membuat keraguan dari kalangan bangsa sendiri terhadap upaya-upaya negeri ini.
Hendaklah mereka takut kepada Allah dan menyadari bahwa penggalangan kekuatan gila-gilaan yang merongrong negeri dua kota suci ini sesungguhnya adalah merongrong ibu kota Islam sebagai pembawa bendera pertahanan Islam.


Handaklah mereka tahu bahwa dengan penggalangan kekuatan itu, mereka menipu diri dan memperdayakan bangsa mereka sendiri.
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri tanpa mereka sadari”. Qs. Al-Baqarah: 9
    Hendaklah mereka sadar bahwa perjalanan pembangunan negeri ini bertumpu pada Islam; tidak merasa gede rasa oleh pujian pihak yang memuji atau kecil hati oleh pengingkaran dan reduksi pihak yang mendengki dan mencari kesempatan.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui maksud yang terpendam.
=== Doa Penutup ===