Pembahasan Ahlul-Bait
menjadi pembahasan yang cukup penting untuk dikupas, karena ada di antara kaum
muslimin yang berlebih-lebihan dalam mencintai seperti Syi’ah Rafidlah, dan di
antara mereka ada yang berlebih-lebihan dalam membenci dan memusuhi seperti
Nawaashib. Adapun golongan pertengahan di antara dua sisi ekstrim tersebut
adalah Ahlus-Sunnah. Ahlus-Sunnah adalah ahlul-wasath. Mereka mencintai
Ahlul-Bait menurut apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Kita wajib untuk memuliakan, mencintai, dan
menghormati keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam, karena Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wassallam mewasiatkan seperti itu. Dan kita berkeyakinan,
bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam juga bersalawat atas
keturunannya.
Tapi, jika ada dari golongan mereka keluar dari
Sunnah dan ridha terhadap kebid’ahan dan menyebarkannya, atau juga menyebarkan
kesyirikan, maka tidak boleh kita mengikuti mereka. Ahlul Bait adalah Ahlus
Sunnah. Imam-imam mereka, Ali bin Abi Thalib, Hassan, Hussein, Zainal Abidin,
Ja’far Shadiq, dan Muhammad al-Baqir, semuanya adalah Ahlus Sunnah. Tidak
terdapat pada diri mereka bid’ah. Jika ada, itu adalah hal-hal yang dinisbatkan
kepada mereka oleh kalangan Syi’ah. Profil para imam Ahlul Bait ada di
kitab-kitab Ahlus Sunnah dan mereka tsiqah (terpercaya dalam periwayatan
Hadits, red).
Seluruh
Ulama Ahlus Sunnah mengakui keutamaan Ahlul Bait Rasulullah, karena telah jelas
dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan mereka dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.Di
antaranya adalah apa yang Allah Subhanahuwata’ala katakan tentang mereka dalam
ayatnya:
وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan
hendaklah kalian tetap di rumahmu, janganlah kalian berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu. Dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait
dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (HR.Muslim,
kitab Fadha`il Ash-Shahabah, bab Fadha`il Hasan wal Husain, 15/195)
Asy-Syaikh Shaalih Al-Fauzan berkata : “…kita diperintahkan
untuk mencintai mereka (Ahlul-Bait), menghormati, dan memuliakan
mereka selama mereka ber-ittiba’ kepada sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah,
dan istiqamah di dalam memegang dan menjalankan syari’at agama.
Adapun jika mereka menyelisihi sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan tidak istiqamah di dalam memegang dan
menjalankan syari’at agama, maka kita tidak diperbolehkan mencintai mereka,
sekalipun mereka Ahlul-Bait Rasul…” [Syarh Al-‘Aqidah Al-Washithiyyah, hal.
148].
Oleh
karena itu, orang-orang yang mengaku punya nasab dengan Rasulullahshallallaahu
‘alaihi wa sallam namun ternyata mereka termasuk golongan penyeru bid’ah
dan penggalak kesyirikan; kita tidak perlu mencintai
mereka. Bahkan, mereka menjadi ‘musuh’ kita dalam agama, karena pada hakekatnya
mereka merongrong dan ingin merubuhkan sendi-sendi agama dari dalam.
Asy-Syaikh‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafidhahullah berkata :
ويَرَون أنَّ شرَفَ النَّسَب تابعٌ لشرَف
الإيمان، ومَن جمع اللهُ له بينهما فقد جمع له بين الحُسْنَيَيْن، ومَن لَم
يُوَفَّق للإيمان، فإنَّ شرَفَ النَّسَب لا يُفيدُه شيئاً، وقد قال الله عزَّ
وجلَّ: {إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ}، وقال صلى الله عليه وسلم في
آخر حديث طويلٍ رواه مسلم في صحيحه (2699) عن أبي هريرة رضي الله عنه: ((ومَن
بطَّأ به عملُه لَم يُسرع به نسبُه)).
“Ahlus-Sunnah
berpendapat bahwa ketinggian nasab mengikuti ketinggian iman. Barangsiapa yang
Allah kumpulkan baginya dua hal tersebut, sungguh telah terkumpul baginya dua
kebaikan. Dan barangsiapa tidak menetapi/konsekuen pada iman, maka ketinggian
nasab tidak bermanfaat sedikitpun. Allah ‘azza wa jalla telah
berfirman :“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang
yang paling bertaqwa” (QS. Al-Hujuraat : 13). Dan juga berdasarkan sabda
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam akhir satu hadits panjang
yang diriwayatkan oleh Muslim dalamShahih-nya no. 2699 dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu : ““Barangsiapa yang lambat
amalnya, maka tidak akan bisa dipercepat oleh (kemuliaan) nasabnya” [Fadhlu
Ahlil-Bait wal-‘Uluwwu Makaanatihim ‘inda Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah oleh
‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbad – www.dorar.net].
Permasalahan ahlul-bait adalah
permasalahan yang didasarkan pada nash. Bukan pada akal saya atau akal
Anda.
'Umar saat akan menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy bin Abi Thaalib berkata :
'Umar saat akan menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy bin Abi Thaalib berkata :
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة إلا سببي ونسبي فأحببت أن يكون لي من رسول الله صلى الله عليه وسلم سبب ونسب
“Aku telah mendengar Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Setiap sebab dan nasab akan terputus
pada hari kiamat, kecuali sebabku dan nasabku’. Oleh karena itu, aku ingin
mempunyai sebab dan nasab dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”
[Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy, lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 2036].
Keinginan 'Umar untuk menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy adalah karena keinginannya agar nasab dan keturunan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ada pada (anak keturunan)-nya.
Keinginan 'Umar untuk menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy adalah karena keinginannya agar nasab dan keturunan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ada pada (anak keturunan)-nya.
Sesungguhnya Allah menyediakan pahala sesuai dengan
amal perbuatan bukan karena nasab, sebagaimana firman Allah:
فَإِذَا نُفِخَ
فِي الصُّورِ فَلآ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلاَيَتَسَآءَلُونَ
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada
lagi pertalian nasab antara mereka pada
hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya”. (QS. Al-Mukminun: 101)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
“Orang yang mengaku-ngaku dengan sesuatu
yang tidak dia miliki maka dia seperti pemakai dua pakaian kebohongan.” (HR.
Muslim dalam Shahihnya, no. 2129 dari Hadits Aisyah radliyallahu’anha)
Jadi, mereka yang mengaku sebagai
keturunan Rasul shallallahu’alaihi wa sallam tapi gemar berbuat kesyirikan,
mengkultuskan kuburan-kuburan wali yang tekah mati, mengadukan
shalawat-shalawat bid’ah plus syirik (Burdah, Nariyah, Diba’, dll), rajin
berbuat bid’ah (perayaan maulid, haul, tahlilan), maka tidak bermanfaat
pengakuan tersebut dan tidak perlu dihormati ataupun disegani, pen.
Al Qadhi Iyadh rahimahullah meriwayatkan
dari Malik ( Imam Malik - pent ) bahwa beliau ( Imam Malik ) berfatwa : "
Siapa yang menasabkan - secara batil - kepada ahlul bait Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam maka dia dipukul dan diasingkan hingga nampak taubatnya, hal
ini untuk menjaga kemuliaan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam." (
Syifa 2/1113 ) dan ungkapan serupa dibawakan oleh Al Hafidz As Sakhawi
rahimahullah dalam Al Ajwabatul Mardhiyah 2/796.|
Maka menasabkan diri kepada ahlul bait -
dengan penasaban yang dusta - adalah perkara yang besar, dan semata - mata
kesamaan nasab dengan ahlul bait tidaklah menjamin seseorang terbebas dari dosa
dan kesalahan, perhatikan riwayat berikut : Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu
beliau berkata :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ أُنْزِلَ عَلَيْهِ
{ وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ }
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ
مِنْ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ
رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ
رَسُولِ اللَّهِ سَلِينِي بِمَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda ketika turun ayat kepadanya : '(Dan berilah peringatan kepada
keluargamu yang dekat) ' (QS Asy Syu'ara`: 214). Beliau bersabda : " Wahai
kaum orang Quraisy, belilah diri kalian dari Allah, aku tidak dapat melindungi
kalian dari siksa Allah sedikit pun, wahai bani Abdul Muththalib, aku tidak
dapat melindungi kalian dari siksa Allah sedikit pun, wahai Abbas bin Abdul
Muththalib, aku tidak dapat melindungi kalian dari siksa Allah sedikit pun,
wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak dapat melindungi kalian dari siksa
Allah sedikit pun, wahai Fatimah binti Rasulullah, mintalah kepadaku sesuatu
yang kamu kehendaki, aku tidak dapat melindungi kalian dari siksa Allah sedikit
pun." (HR Imam Al Bukhari dan Imam Muslim serta ini lafadz beliau)
Hadits Tsaqalain : Ahlul-Bait Jaminan
Keselamatan Dunia dan Akhirat
Kritik Tafsir Hadits ‘Ithrah Versi Syiah;
Runtuhnya Ajaran Ghadir Khum
Bantahan Hadits Tsaqalain; Runtuhnya Ajaran
Ghadir Khum Syiah
Riwayat Berpegang Dengan Al-Qur'an Dan Sunnah
Adalah Sah !! (Bukan Berpegang Dengan Ahlul Bait) !
Benarkah Syiah Mengikuti Ahlulbait?
Ahlul Bait Ahlus Sunnah Beda dengan Ahlul Bait
Syiah
Syi’ah (Rafidhah) : Mengapa kalian tidak mau
jika ahlul bait menjadi rujukan yang hak dalam masalah agama?
Ilmu Al-Jarh Wat-Ta’dil :
Tsaqalain secondprince beserta bantahannya.
Diposting oleh Abu Al-Jauzaa' : di 09.04
Label: 'Aqidah
Pembahasan Ahlul-Bait menjadi pembahasan yang cukup penting
untuk dikupas, karena ada di antara kaum muslimin yang berlebih-lebihan dalam
mencintai seperti Syi’ah Rafidlah, dan di antara mereka ada yang
berlebih-lebihan dalam membenci dan memusuhi seperti Nawaashib. Adapun golongan
pertengahan di antara dua sisi ekstrim tersebut adalah Ahlus-Sunnah.
Ahlus-Sunnah adalah ahlul-wasath. Mereka mencintai Ahlul-Bait
menurut apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Siapakah Ahlul-Bait
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Terjadi silang pendapat
di kalangan ‘ulama dalam hal ini. Di antara pendapat-pendapat tersebut antara
lain adalah :
1. Ahlul-Bait
adalah istri-istri dan keturunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Para ulama yang
memegang pendapat ini membawakan dalil firman Allah ta’ala :
يَا
نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا
تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا
مَعْرُوفًا * وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ
أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا * وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي
بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا
خَبِيرًا
“Hai istri-istri
Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan
ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah
Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui” [QS. Al-Ahzaab : 32-34].
Ibnu Abi Haatim rahimahullah membawakan
satu riwayat dalam tafsirnya :
من طريق
عكرمة رضي الله عنه عن ابن عباس رضي الله عنهما في قوله : { إِنَّمَا يُرِيدُ
اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال : نزلت في نساء
النبي صلى الله عليه وسلم خاصة. وقال عكرمة رضي الله عنه : من شاء بأهلته أنها
نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم.
Dari jalan
‘Ikrimah radliyallaahu ‘anhu, dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu
‘anhuma, tentang firman Allah : “Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait” ; ia berkata :
“Ayat ini turun kepada istri-istri Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam secara
khusus”. ‘Ikrimah berkata : “Barangsiapa yang mau, aku tantang dia mubahalah,
ayat ini turun tentang istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (saja)”
[Tafsir Ibni Abi Haatim hal. 3132 no. 17675; tahqiq : As’ad
Muhammad Thayyib; Maktabah Nizaar Mushthafaa Al-Baaz, Cet. 1/1417 H].
Pada awal ayat,
Allah ta’ala berfirman mengenai istri Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Begitu juga pada akhir ayat. Pada pertengahan ayat,
Allah berfirman :“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Maka,
tidak ada alasan bagi mereka yang mengatakan bahwa keluarga atau ahlul-bait
yang dimaksudkan bukan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jika ada yang mengatakan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bukan yang dimaksud oleh ayat, maka itu menyelisihi siyaq (susunan)
ayat sebagaimana dhahirnya.
(-) Lantas bagaimana
dengan kalimat yuthahhirakum dan ‘ankum pada
ayat di atas yang menunjukkan jama’ mudzakkar (laki-laki) ?
(+) Maka dijawab :
Sesungguhnya perkara yang disebutkan di awal ayat tertuju kepada para wanita
secara khusus. Kemudian datang miim jama’ karena masuknya laki-laki
bersama para wanita tersebut, yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sebagai sayyidul-bait. Apabila laki-laki masuk pada kumpulan
wanita, maka nun niswah berubah (kalah) menjadi miim
jama’ (mudzakkar). Hal ini adalah sesuatu hal yang ma’lum (diketahui)
dalam ilmu nahwu.
إذا
اجتمع المذكر مع المؤنث غلب المذكر
“Apabila mudzakkar (laki-laki)
dan muannats (wanita) berkumpul (dalam satu kalimat), maka
dimenangkan mudzakkar”.
Selain itu, dalil yang
dibawakan ulama yang merajihkan pendapat ini adalah hadits yang menyebutkan
bacaan shalawat dalam tasyahud :
اللهم!
صل على محمد وعلى أزواجه وذريته. كما صليت على آل إبراهيم. وبارك على محمد وعلى
أزواجه وذريته. كما باركت على آل إبراهيم. إنك حميد مجيد
“Ya Allah,
berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada istri-istrinya
serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada
keluarga Ibrahim. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada
istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan
barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia”[HR. Al-Bukhari no. 3369
dan Muslim no. 407].
Lafadh “wa ‘alaa
azwaajihi wa dzurriyyaatihi” (dan kepada istri-istrinya
serta keturunannya) merupakan penafsir dari lafadh “wa ‘alaa aali
Muhammad” (dan kepada keluarga Muhammad) sebagaimana
terdapat dalam riwayat lain yang dibawakan oleh Al-Bukhari :
اللهم صل
على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم
بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
“Ya Allah,
berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada
Muhammad, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia” [HR.
Al-Bukhari no. 3370].
2. Ahlul-Bait
adalah orang-orang yang diharamkan padanya menerima zakat.
Para ulama yang
memegang pendapat ini membawakan dalil sebagai berikut :
عن يزيد
بن حيان. قال: قال زيد بن أرقم: قام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فينا
خطيبا. بماء يدعى خما. بين مكة والمدينة. فحمد الله وأثنى عليه. ووعظ وذكر. ثم قال
"أما بعد. ألا أيها الناس! فإنما أنا بشر يوشك أن يأتي رسول ربي فأجيب. وأنا
تارك فيكم ثقلين: أولهما كتاب الله فيه الهدى والنور فخذوا بكتاب الله. واستمسكوا
به" فحث على كتاب الله ورغب فيه. ثم قال "وأهل بيتي. أذكركم الله في أهل
بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي". فقال له حصين: ومن
أهل بيته؟ يا زيد! أليس نساؤه من أهل بيته؟ قال: نساؤه من أهل بيته. ولكن أهل بيته
من حرم الصدقة بعده. قال: وهم؟ قال: هم آل علي، وآل عقيل، وآل جعفر، وآل عباس.
قال: كل هؤلاء حرم الصدقة؟ قال: نعم.
Dari Yaziid bin Hayyaan
ia berkata : Telah berkata Zaid bin Arqam : “Pada satu hari Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah berdiri dan berkhutbah di sebuah mata air
yang disebut Khumm. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan
peringatan kepada kami : “Amma ba’du, ketahuilah wahai
sekalian manusia, bahwasannya aku hanyalah seorang manusia sama seperti kalian.
Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat maut) akan datang dan dia
diperkenankan. Aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang berat, yaitu :
1) Al-Qur’an yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi
Al-Qur’an itu dan berpegangteguhlah kepadanya – beliau mendorong dan menghimbau
pengamalan Al-Qur’an - ; 2) Ahlul-Baitku (keluargaku). Aku ingatkan kalian
kepada Allah tentang Ahlul-Bait-ku (beliau mengucapkan tiga kali)”. Hushain
berkata kepada Zaid : “Wahai Zaid, siapakah ahlul-bait Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam ? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul-baitnya
?”. Zaid bin Arqam menjawab : “Istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam memang ahlul-baitnya. Namun ahlul-bait beliau adalah
orang-orang yang diharamkan menerima zakat sepeninggal beliau”. Hushain berkata
: “Siapakah mereka itu ?”. Zaid menjawab : “Mereka adalah keluarga ‘Ali,
keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas”. Hushain berkata :
“Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat ?”. Zaid menjawab : “Ya”
[HR. Muslim no. 2408 dan Ibnu Khuzaimah no. 2357].
عن أبي
هريرة يقول: أخذ الحسن بن علي تمرة من تمر الصدقة. فجعلها في فيه. فقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : " كخ كخ. ارم بها. أما علمت أنا لا نأكل الصدقة ؟
".
وفي رواية البخاري : أما علمت أن آل محمد لا يأكلون
الصدقة
Dari Abu Hurairah radliyallaahu
‘anhu ia berkata : “Al-Hasan bin ‘Aliy pernah mengambil sebutir kurma
dari kurma shadaqah yang kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya. Maka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kikh,
kikh, muntahkan ! Tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak boleh memakan harta
shadaqah (zakat) ?”.
Dan pada riwayat
Al-Bukhari : “Tidakkah engkau tahu bahwa keluarga Muhammad tidak
memakan harta shadaqah (zakat) ?” [HR. Al-Bukhari no. 1485 dan Muslim
no. 1069].
عن ابن
أبي مُلَيكة: ((أنَّ خالد بنَ سعيد بعث إلى عائشةَ ببقرةٍ من الصَّدقةِ فردَّتْها،
وقالت: إنَّا آلَ محمَّدٍ صلى الله عليه وسلم لا تَحلُّ لنا الصَّدقة)).
Dari Ibnu Abi Mulaikah
: Bahwasannya Khaalid bin Sa’iid pernah diutus untuk memberikan seekor sapi
shadaqah (zakat) kepada ‘Aisyah, namun ia menolaknya seraya berkata :
“Sesungguhnya keluarga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallamtidak
dihalalkan menerima shadaqah (zakat)“ [HR. Ibnu Abi Syaibah3/214 dengan sanad
shahih].
Juga hadits
‘Abdul-Muthallib atau Muthallib bin Rabi’ah – terdapat perbedaan pendapat atas
namanya – dan Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, bahwasannya mereka berdua memohon kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar ditugasi
menarik zakat. Ketika mereka meminta bagian dari harta zakat, maka beliau
bersabda :
إن
الصدقة لاتنبغي لآل محمد. إنما هي أوساخ الناس
“Sesungguhnya
shadaqah itu tidak diperkenankan bagi keluarga Muhammad, sebab ia hanyalah
kotoran manusia” [HR.
Muslim no. 1072].
Dapat dipahami dari
larangan beliau di atas bahwa ‘Abdul-Muthallib bin Rabi’ah dan Al-Fadhl bin
Al-‘Abbas – keduanya berasal dari Bani Haasyim bin ‘Abdil-Manaaf – termasuk
keluarga Muhammad (Ahlul-Bait) yang terlarang menerima harta shadaqah/zakat.
Selain Bani Haasyim,
sebagian ulama (seperti Asy-Syafi’iy dan Ahmadrahimahumallah) juga
menambahkan Bani Al-Muthallib bin ‘Abdil-Manaaf sebagai Ahlul-Bait, karena
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganggap keduanya
adalah satu :
عن جبير
بن مطعم قال: مشيت أنا وعثمان بن عفان إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقلنا:
يا رسول الله، أعطيت بني المطلب وتركتنا، ونحن وهم منك بمنزلة واحدة؟ فقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: (إنما بنو المطلب وبنو هاشم شيء واحد).
Dari Jubair bin Muth’im
ia berkata : “Aku dan ‘Utsman bin ‘Affaan berjalan menuju Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Kami berkata : “wahai Rasulullah, Anda memberi
bagian khumus kepada Bani Al-Muthallib, namun tidak
memberikannya kepada kami. Padahal kedudukan kami dan mereka terhadapmu adalah
sama”. Maka beliau menjawab : “Sesungguhnya Bani Al-Muthallib dan Bani
Haasyim adalah satu (sama kedudukannya)” [HR. Al-Bukhari no. 3140].
Namun yang shahih, Bani
Al-Muthallib bukan termasuk orang-orang yang diharamkan menerima zakat, karena
hadits di atas hanyalah penyamaan dalam masalah khumus saja. Wallaahu
a’lam.
3. Ahlul Bait
adalah ‘Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain; tanpa selain mereka.
Dalil yang mereka
bawakan adalah hadits kisaa’ :
عن عمر
بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه وسلم قال نزلت هذه الآية على النبي صلى الله
عليه وسلم {إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا} في بيت أم
سلمة، فدعا النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة وحسنا وحسينا فجللهم بكساء وعلي خلف
ظهره فجلله بكساء ثم قال: اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا.
قالت أم سلمة وأنا معهم يا رسول الله؟ قال أنت على مكانك وأنت الى خير".
Dari ‘Umar bin Abi
Salamah, anak tiri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata
: “Ayat ini (“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) turun
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam” di rumah
Ummu Salamah. Maka Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam memanggil
‘Ali, Fathimah, Hasan, dan Al-Husain, lalu beliau menyelimuti mereka
dengan kisaa’ (kain/baju), dan beliau pun menyelimuti ‘Ali
yang berada di belakang punggungnya dengan kisaa’. Kemudian beliau
bersabda : “Ya Allah, mereka semua adalah Ahlul-Bait-ku. Hilangkanlah
dari mereka rijs dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. Maka Ummu Salamah berkata : “Apakah aku bersama mereka
wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Tetaplah kamu di tempatmu, dan
kamu di atas kebaikan” [HR. At-Tirmidzi no. 3205; shahih].
Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullah menjelaskan berkaitan hadits kisa’ di
atas :
و أهل
بيته في الأصل هم " نساؤه صلى الله عليه وسلم و فيهن الصديقة عائشة رضي الله
عنهن جميعا كما هو صريح قوله تعالى في (الأحزاب ) : *( إنما يريد الله ليذهب عنكم
الرجس أهل البيت و يطهركم تطهيرا )*
بدليل
الآية التي قبلها و التي بعدها : *( يا نساء النبي لستن كأحد من النساء إن اتقيتن
فلا تخضعن بالقول فيطمع الذي في قلبه مرض و قلن قولا معروفا . و قرن في بيوتكن و
لا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى و أقمن الصلاة و آتين الزكاة و أطعن الله و رسوله
إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت و يطهركم تطهيرا . و
اذكرن ما
يتلى في بيوتكن من آيات الله و الحكمة إن الله كان لطيفا خبيرا )* , و تخصيص
الشيعة ( أهل البيت ) في الآية بعلي و فاطمة و الحسن و الحسين رضي الله عنهم دون
نسائه صلى الله عليه وسلم من تحريفهم لآيات الله تعالى انتصارا لأهوائهم كما هو
مشروح في موضعه , و حديث الكساء و ما في معناه غاية ما فيه
توسيع
دلالة الآية .
“Ahlul-Bait Nabi pada
asalnya adalah istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Termasuk pula di dalamnya Ash-Shiddiqah ‘Aisyah binti Abi Bakr Ash-Shiddiqradliyallaahu
‘anhum jamii’an sebagaimana yang jelas dinashkan dalam firman Allahta’ala : “Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Bukti bila Ahlul-Bait di sini adalah
istri-istri Nabi adalah ayat sebelum dan sesudahnya : “Hai istri-istri
Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan
ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah
Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui”. Sedangkan
anggapan Syi’ah (Rafidlah) bahwa Ahlul-Bait dalam ayat ini hanyalah ‘Ali,
Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain radliyallaahu ‘anhum, tanpa
mengikutsertakan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
maka hal itu adalah bagian dari tahrif mereka terhadap
ayat-ayat Allah yang mereka lakukan untuk menolong, membantu, serta membela
hawa nafsu dan kebid’ahan mereka. Adapun hadits kisaa’ dan
yang semakna dengan itu, kemungkinan terbesar yang dimaksud adalah penunjukan
perluasan ayat (yaitu ayat ini umum mencakup istri-istri Nabi, berikut ‘Ali,
Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain)” [Silsilah Ash-Shahiihah, 4/359-360
no. 1761].
Adapun yang paling kuat
di antara ketiga pendapat tersebut mengenai makna Ahlul-Bait adalah orang-orang
yang diharamkan menerima shadaqah/zakat, yang terdiri dari : istri-istri
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan keturunannya serta
seluruh muslim dan muslimah keturunan Bani Haasyim (termasuk di dalamnya
keluarga ‘Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas). Ini
adalah pendapat paling ‘adil yang mengambil semua hadits shahih yang berkaitan
dengan Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adapun klaim
Syi’ah Rafidlah bahwa Ahlul-Bait itu hanyalah khusus pada keluarga dan
keturunan ‘Ali saja - itupun mengeluarkan keturunan Al-Hasan bin ‘Ali dan
sebagian keturunan Al-Husain - tentu saja ini tidak benar. Mereka mengambil
satu hadits yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan namun membuang
hadits-hadits yang lain yang bertentangan dengannya. Allaahul-Musta’aan.
‘Aqidah Ahlus-Sunnah
terhadap Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Syaikhul-Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata ketika menjelaskan ‘aqidah
Ahlus-Sunnah terhadap Ahlul-Bait :
ويحبون
أهل بيت رسول الله ويتولونهم ويحفظون فيهم وصية رسول الله صلى الله عليه وسلم حيث
قال يوم (غدير خم) : (أذكركم الله في أهل بيتي)، وقال أيضاً للعباس عمه وقد
اشتكى إليه أن بعض قريش يجفو بني هاشم فقال : (والذي نفسي بيده لا يؤمنون حتى
يحبوكم لله ولقرابتي (وقال) إن الله اصطفى بني إسماعيل واصطفى من بني إسماعيل
كنانة واصطفى من كنانة قريشاً واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم).
ويتولون أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم أمهات المؤمنين ويؤمنون بأنهن أزواجه
في الآخرة خصوصاً خديجة رضي الله عنها أم أكثر أولاده أول من آمن به وعاضده على
أمره وكان لها منه المنزلة العالية والصِّدّيقة بنت الصّدّيق رضي الله عنها التي
قال النبي صلى الله عليه وسلم : (فضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر
الطعام).
“Dan mereka
(Ahlus-Sunnah) mencintai Ahlul-Bait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, setia kepada mereka, serta menjaga wasiat Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam tentang mereka, yaitu ketika beliau bersabda di satu
hari (Ghaadir-Khum) : “Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul-Bait-ku”. Beliau juga berkata kepada pamannya, Al-‘Abbas,
dimana ketika itu ia (Al-‘Abbas) mengeluh bahwa sebagian orang Quraisy membenci
Bani Haasyim. Beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, mereka itu tidak beriman sehingga mereka mencintai kalian karena
Allah, dank arena mereka itu sanak kerabatku”. Beliau juga bersabda : “Sesungguhnya
Allah telah memilih dari Bani Isma’il yaitu suku Kinaanah, dan dari Bani
Kinaanah, yaitu suku Quraisy, dari suku Quraisy, terpilih Bani Haasyim. Dan
Allah memilihku dari Bani Haasyim”. Dan Ahlus-Sunnah senantiasa setia dan
cinta kepada istri-istri Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, karena
mereka adalah Ummahatul-Mukminin, serta meyakini bahwasannya mereka
adalah istri-istri beliau di akhirat nanti, khususnya Khadijah radliyallaahu
‘anhaa, ibu dari sebagian besar anak-anak Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Ia adalah orang yang pertama kali beriman kepada beliau,
mendukungnya, serta mempunyai kedudukan yang tinggi. Dan juga Ash-Shiddiqah
binti Ash-Shiddiq radliyallaahu ‘anhaa dimana Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya : “Keutamaan ‘Aisyah
atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid atas semua jenis makanan” [selesai
- Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah].
Asy-Syaikh Shaalih
Al-Fauzan berkata : “…kita diperintahkan untuk mencintai mereka (Ahlul-Bait),
menghormati, dan memuliakan mereka selama mereka ber-ittiba’ kepada
sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang
shahihah, dan istiqamah di dalam memegang dan menjalankan
syari’at agama. Adapun jika mereka menyelisihi sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan tidak istiqamah di dalam
memegang dan menjalankan syari’at agama, maka kita tidak diperbolehkan
mencintai mereka, sekalipun mereka Ahlul-Bait Rasul…” [Syarh Al-‘Aqidah
Al-Washithiyyah, hal. 148].
Oleh karena itu,
orang-orang yang mengaku punya nasab dengan Rasulullahshallallaahu ‘alaihi
wa sallam namun ternyata mereka termasuk golongan penyeru bid’ah dan
penggalak kesyirikan (seperti banyak habaaib di tanah air);
kita tidak perlu mencintai mereka. Bahkan, mereka menjadi ‘musuh’ kita dalam
agama, karena pada hakekatnya mereka merongrong dan ingin merubuhkan
sendi-sendi agama dari dalam.
Asy-Syaikh
‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbad hafidhahullah berkata :
ويَرَون
أنَّ شرَفَ النَّسَب تابعٌ لشرَف الإيمان، ومَن جمع اللهُ له بينهما فقد جمع له
بين الحُسْنَيَيْن، ومَن لَم يُوَفَّق للإيمان، فإنَّ شرَفَ النَّسَب لا يُفيدُه
شيئاً، وقد قال الله عزَّ وجلَّ: {إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ}،
وقال صلى الله عليه وسلم في آخر حديث طويلٍ رواه مسلم في صحيحه (2699) عن أبي
هريرة رضي الله عنه: ((ومَن بطَّأ به عملُه لَم يُسرع به نسبُه)).
“Ahlus-Sunnah
berpendapat bahwa ketinggian nasab mengikuti ketinggian iman. Barangsiapa yang
Allah kumpulkan baginya dua hal tersebut, sungguh telah terkumpul baginya dua
kebaikan. Dan barangsiapa tidak menetapi/konsekuen pada iman, maka ketinggian
nasab tidak bermanfaat sedikitpun. Allah ‘azza wa jalla telah
berfirman :“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang
yang paling bertaqwa” (QS. Al-Hujuraat : 13). Dan juga berdasarkan
sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam akhir satu
hadits panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalamShahih-nya no. 2699
dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : ““Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak akan bisa dipercepat oleh (kemuliaan) nasabnya” [Fadhlu
Ahlil-Bait wal-‘Uluwwu Makaanatihim ‘inda Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah oleh
‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbad – www.dorar.net].
Demikianlah
tulisan singkat mengenai ahlul-bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga ada manfaatnya.
Abu Al-Jauzaa’ Al-Bogoriy
Direvisi tanggal 25 Nopember 2009 – [editing kalimat dan
kata-kata yang salah dalam pengetikan].
COMMENTS
elfizonanwar mengatakan...
Bani Hasyim apakah semua warganya Ahlul Bait? Saya kira, juga
tidak, apa lagi jika mereka itu tidak mempercayai Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Saya sependapat dengan uraian pada angka 1.
Kalau Fatimahnya jelas adalah Ahlul Bait, tapi apakah Ali bin Abi Thalib dan
anak-anak-nya juga Ahlul Bait?. Karena, sistem nasab dalam Islam, ya diambil
dari garis keturunan bapak bukan isterinya.
Salah satu hikmat terbesar dari Allah SWY mengapa Nabi Muhammad SAW tidak
diberikan-Nya anak laki-lakinya yang sempat dewasa, adalah menjaga agar
'umat'-nya tidak ada yang mengkultuskan dinasti dari Nabi Muhammad SAW. Jadi
Ahlul Baitnya putus sampai kepada anak beliau yang perempuan saja!.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Bani Hasyim adalah Ahlul-Bait. Dan sebagai tambahan keterangan,
Bani Hasyim ini tidaklah meninggalkan keturunan kecuali berasal
'Abdul-Muthallib.
Namun sayangnya akh,... pernyataan antum di atas menyelisihi nash dan
penjelasan banyak ulama salaf sebagaimana telah dituliskan di atas....
elfizonanwar mengatakan...
Assalamualaikum WW
Apakahh benar bahwa setiap 100 (seratus) tahun akan lahir seorang mujaddid?.
Lalu, siapakah mujaddid dari Ahlus Sunnah yang hidup di abad sekarang ini?.
Apakah Imam Khomaini yang telah berhasil menciptakan sistem negara dan
pemerintahan yang mengacu ke prinsip-prinsip ajaran Islam di Iran dapat
dimasukkan sebagai seorang mujaddid Islam abad ini?
Wassalamualaikum WW
elfizonanwar mengatakan...
Putri Khadijah ini adalah satu-satunya yang menurunkan garis
keturunan Muhammad. Menjelang wafatnya, hanya Fathimahlah anak Muhammad yang
masih hidup. Katanya: "Siapa yang menyakiti Fathimah, berarti menyakiti
diriku". Dari Fathimahlah lahirnya keturunan yang dinamakan "ahl
al-bayt" (Sirah Muhammad Rasulullah, Fuad Hashem, halaman 276).
Pendapat ini bisa dirujuk dengan QS. Al Ahzab: 4)
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
إن
الله يبعث لهذه الأمة في رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها
Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini setiap 100 tahun sekali
orang yang akan melakukan pembaharuan (tajdiid) dalam agama" [HR.
Abu Dawud, Al-Hakim, dan yang lainnya; shahih].
Makna tajdiid di sini secara ringkas adalah :
"menghidupkan amal perbuatan yang telah lenyap dengan Al-Qur'an dan
As-Sunnah, serta menghidupkan kembali perkara-perkara yang sesuai dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah; serta menghancurkan/memberantas bid'ah dan sesuatu
yang diada-adakan yang telah nampak menyebar [lihat Aunul-Ma'bud Syarh Sunan
Abi Dawud, 11/91].
Dari hadits di atas serta penjelasan mengenai tajdid, maka Al-Khomeini bukan merupakan
mujaddid, karena ia adalah orang yang merobohkan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta
menghidupkan bid'ah-bid'ah. Bagaimana bisa disebut mujaddid jika ia
mengkafirkan para shahabat yang mulia (terutama Abu Bakr dan 'Umar) ? Bagaimana
disebut mujaddid seorang yang melecehkan dan menghina Ummul-Mukminin 'Aisyah
radliyallaahu 'anhaa ? Bagaimana disebut mujaddid seorang yang mengklaim bahwa
Al-Qur'an sekarang ini tidak asli lagi ?
Adapun komentar Anda tentang pernyataan Fathimah - jika itu Anda kaitkan dengan
Ahlul-Bait - , maka memang benar bahwa ia merupakan ahlul-bait. Namun sekali
lagi, hal itu bukan khusus kepadanya saja. Namun juga kepada istri-istri
beliau, keluarga 'Ali, keluarga 'Aqil, keluarga Ja'far, dan yang lainnya.
Saya kira, kita harus memperhatikan keseluruhan nash hadits jika hendak
menyimpulkan satu perkataan. Jangan hanya melihat kepada satu nash saja, namun
kemudian meninggalkan yang lainnya.
Abul-Jauzaa'
Berpendapat ayat tersebut khusus buat Ali, Fatimah, Hassan,
Husain..saya rasa tidak menjadikan seseorang Syiah... Jangan karena kebencian
terhadap syiah semua yg meninggikan Ali, Fatimah, Hassan dan Hussain harus di
jegal...dengan membuatnya seolah2 tidak ada kelebihan..... Saya baca tentang
Sejarah pembukuan alquran....
Bagai mana sahabat-sahabat lain menolak Mushaf yg disusun oleh Ali....Kemudian
di zaman Ustman mereka meninggalkan Mushaf Inbu Masud (hanya karena mushafnya
menta'wilkan tentang Ali diayat rukuk)....
elfizonanwar mengatakan...
dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari BAPAK-BAPAK
mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Dan kami telah memilih
mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke
jalan yang lurus (QS. 6:87).
dari ayat ini jelas, nasab itu hanya dari garis bapak BUKAN DARI IBU atau
PEREMPUAN. Jadi nasab dari keturunan Bunda Fatimah (anak-anaknya) ya bernasab
pada Saidina Ali, Ali bukan rasul dan bukan pula nabi.
jadi 'ahlulbait' dari Nabi Muhammad SAW ya 'hanya' Bunda Fatimah, tapi Bunda
Fatimah tidak ada kewenangan bernasab. krn itulah, mukjizat Allah SWT pada Nabi
Muhammad SAW pada Islam dan umatnya, Nabi SAW tidak diberikan anak laki-laki
yang sampai dewasa apalagi mempunyai keturunan.
elfizonanwar mengatakan...
Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasa ada 3 (tiga) ayat dan
3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang
ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah".
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah
isteri dari Nabi Ibrahim.
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang
mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku
tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka
dapat berlaku baik kepadanya?
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah
Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.
3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka
makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33
yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar
Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.
Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik
yaitu KELUARGA RUMAHTANGGA RASULULLAH SAW. Berarti, anak Nabi SAW terakhir yang
berkedudukan sebagai halulbait ya Bunda Fatimah, lalu apakah bunda Fatimah ini
mempunyai hak bernasab sebagaimana dimaksud dlm QS. 33:4-5 dimana nasab
keturunan itu diambul dari nasab bapaknya? Dengan demikian, anak-anak dari
Bunda Fatimah tetap saja bernasab pada Saidina Ali bin Abi Thalib bukan pada
Nabi Muhammad SAW.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Anda cuma berkutat pada sebagian dalil saja dan berlebihan dalam
logika.
elfizonanwar mengatakan...
"Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu HARAM-kan
apa-apa yang baik yang telah Allah HALAL-kan bagi kamu, dan JANGANLAH KAMU
MELAMPAUI BATAS. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang MELAMPAUI
BATAS" (QS. 5:87)
elfizonanwar mengatakan...
lalu, apakah ada anak keturunan 'nabi'???
presiden jabatan buah karya manusia, nabi jabatan anugerah Tuhan, Allah SWT
anak keturunan yang ada, bukan anak presiden atau anak nabi,
tetapi ya ada anak keturunan Bung Karno atau Pak SBY atau anak keturunan
Saidina Muhammad bin Abdullah
dlm Islan yg termuat dlam Al Quran, nasab itu diambil dari keturunan bapak krn
itu kita tidak boleh menutupi, menghilangkan atau mengganti nasab seseorang, ya
mengganti nasab dari bapak ke ibu dsb. Allah SWT saja memuliakan 'nasab'
seorang anak angkat (QS. 33:4-5). Krn itu, nasab Saidina Hasan dan Saidina
Husein ya bernasab pada Saidina Ali bin Abi Thalib.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Permasalahan ahlul-bait adalah permasalahan yang didasarkan pada
nash. Bukan pada akal saya atau akal Anda.
'Umar saat akan menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy bin Abi Thaalib berkata :
سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة إلا سببي ونسبي
فأحببت أن يكون لي من رسول الله صلى الله عليه وسلم سبب ونسب
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‘Setiap sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebabku dan
nasabku’. Oleh karena itu, aku ingin mempunyai sebab dan nasab dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy, lihat Silsilah
Ash-Shahiihah no. 2036].
Keinginan 'Umar untuk menikahi Ummu Kultsum binti 'Aliy adalah karena
keinginannya agar nasab dan keturunan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
ada pada (anak keturunan)-nya. Apakah Anda akan mengatakan 'Umar telah keliru
karena bertentangan dengan logika yang Anda sebutkan ?
Sdr.Elfizonanwar , kelihatan sekali kalau saudara tidak paham
tentang yang saudara tanyakan maka sangat tepat kalau akhi Abul Jazaa
mengatakan " Anda cuma berkutat pada sebagian dalil saja dan berlebihan
dalam logika " .
Maka sebaiknya saudara baca dengan seksama isi bloq ini , kalau tidak jelas
tanyakan dengan sopan maka insya Allah saudara akan memperoleh ilmu yang
bermanfaat.
Kalaupun memang tidak sama dalam pemahaman , memang qadarrallah tidak akan
pernah bersatu antara ahlus sunnah dengan ahlu bidah .
elfizonanwar mengatakan...
Alhamdulillah, yang penting saya sudah sampaikan ayat Al Quran,
bahwa nasab itu tegas dari bapak dan jika ada dari garis ibu, ya itu hanyalah
Nabi Isa As. bin Maryam. Terima kasih dan Insya Allah saya tak akan komentar ini
lagi dlm blog ini.
Alhamdulillah
1syahadat mengatakan...
Ya Ustadz,
Saya ingin bertanya ttg hadith Al Baihaqi sebagaimana yg Anda sebutkan diatas,
yg kalau tidak salah kelanjutannya adalah sbb:
"Semua anak yang dilahirkan oleh ibunya bernasab kepada ayah mereka
kecuali anak Fatimah; akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah
mereka". Hadithnya seingat saya dari Aisyah ra. Sejauh yg saya pahami,
hadith dari Thabrani juga ada yg meriwayatkan demikian.
Jadi anak dari Fatimah ra bernasab kepada Nabi saw, bukan kepada Ali ra.
Kemudian Hasan dan Husain tetap dituliskan "bin Ali (bin Abu
Thalib)", bukan "bin Muhammad (bin Abdullah)".
Mohon tanggapan/penjelasannya, bagaimana sebaiknya kita memahami hadith ini.
Terima kasih sebelumnya.
elfizonanwar mengatakan...
mhn maaf, soal hadits tsb. saya kira sebaiknya kita tanyakan pada
ahli hadits, apakah ada kesan bertentangan dengan QS. 33:4-5 tsb.?
Menurut hemat saya, QS. 33:4-5 jelas dan terang benderang, cobalah mhn petunjuk
pada Allah SWT dimalam hari, smg Allah SWT memberi petunjuk-Nya pada kita.
elfizonanwar mengatakan...
"Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu HARAM-kan
apa-apa yang baik yang telah Allah HALAL-kan bagi kamu, dan JANGANLAH KAMU
MELAMPAUI BATAS. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang MELAMPAUI
BATAS" (QS. 5:87)
ibnu abi irfan mengatakan...
tidak apa2 jika pertanyaan itu dilontarkan kepada ustadz abul
jauza, karena jika kita tanyakan langsung pada ulama ahli hadits akan
kesulitan.
toh, nantinya ustadz abul jauza akan menjawabnya dengan membawa penukilan
kitab2nya ulama ahli hadits, bukan dari ijtihad beliau sendiri.
sepengetahuan ana, begitulah metode penulisan artikel2 beliau yang pernah ana
baca. setahu ana, beliau bukan seorang yang sok pintar yang memaksakan diri
menjawab pertanyaan yang diluar kapasitas ilmunya. wallohu 'alam.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
@elfizonanwar,...... tidak ada pertentangan antara hadits tersebut
dengan ayat yang Anda sebutkan selama Anda menempatkan hadits shahih sebagai
bayaan dari Al-Qur'an. Anda bukanlah nabi atau rasul yang diutus. Oleh karena
itu, pemahaman Anda harus tunduk dengan pemahaman Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Beliau lebih tahu tentang
Al-Qur'an dibandingkan saya ataupun Anda.
Hadits tersebut shahih. Apa yang beliau katakan merupakan kekhususan beliau
yang tidak dipunyai oleh selain beliau. Tidakkah Anda perhatikan lafadh hadits
tentang ucapan beliau tersebut ? Hadits tersebut mengandung takhshish.
Cobalah mohon petunjuk pada Allah ta'ala di malam hari. Semoga Allah ta'ala
memberikan petunjuk-Nya pada kita semua.
elfizonanwar mengatakan...
Jika tidak bertentangan, Alhamdulillah
Tapi jika terjadi perbedaan, saya kira Ustad juga harus mohon kehadirat Allah
SWT petunjuk, sehingga dapat yang lebih benar lagi.
Alhamdulillah, mohon maaf sudah menggangu Anda dll.
dewa mengatakan...
@elfizonanwar >> spertinya anda perlu belajar lagi tentang
agama,,atau anda belajar dengan para habaib yang sering mengajarkan bidah-bidah
dan syubhat-syubhat,,,banyak orang shalat tapi tidak diberi petunjuk contohnya
seperti anda ini,,dibilangin masih aja ngeyel,,belajar sama ustadz yang sesuai
Al Quran dan Sunnah,,biar terbuka syubhatnya...
elfizonanwar mengatakan...
@dewa terima kasih, slmt
apakah kaum Nawaashib itu bagian dari Syi'ah?
sebab saya kok baca, katakanya yang membunuh Al Husain adalah Nawaashib?
siapakah mereka itu?
Ibnu Taimyah berkata:
“Pasal: Si Rafidhi berkata, “Dan mereka menamakan Aisyah Ummul Mukimin dan
tidak menamai selainnya dengan nama itu. Mereka juga tidak menggelari Muhammad
putra Abu Bakar dengan gelar Paman kaum Muslimin padahal ia sangat mulia dan
dekat kedudukannya di sisi ayah dan saudarinya; Aisyah Ummul Mukminin.
Sementara itu mereka mengelari Mu’awiyah dengan gelar Paman kaum Mukminin
dengan alasan karena Ummu Habibah bintu Abu Sufyan saudarinya adalah seorang
dari istri Nabi saw. Saudarinya Muhammad ibn Abu Bakar dan ayahnya lebih agung
dari saudarinya Mu’awiyah dan ayahnya.
Jawab: Dikatakan di sini bahwa perkataannya bahwa mereka (Ahlusunnah) menamakan
Aisyah ra. dengan sebutan Ummul Mukminin dan tidak menggelari istri-istri
lainnya dengan gelar itu adalah sebuah kepalsuan nyata yang tampak bagi setiap
orang. Aku tidak mengerti apakah orang itu dan yang semisalnya menyengaja
berdusta atau Allah membutakan mata mereka karena hawa nafsu yang berlebihan
sampai-sampai samar bagi mereka bahwa yang demikian itu adalah dusta?!
Sementara itu mereka mengingkari terhadap sebagian orang Nawâshib bahwa ketika
Husain berkata kepada mereka, “Tidakkah kalian mengetahui bahwa aku ini adalah
putra Fatimah putri Rasulullah saw.?!” Lalu mereka menjawab, “Demi Allah kami
tidak mengetahuinya!” yang demikian itu tidak mungkin mengatakannya dan tidak
mungkin mengingkari nasab Husain kecuali orang yang menyengaja berdusta dan
mengada-ngada. Dan barang sispa yang dibutakan Allah mata hatinya karena
mengikuti hawa nafsunya, sehingga ia mengingkari yang demikian. Dan mata hawa
nafsu itu buta!
Dan kaum Rafidhah lebih dahsyat pengingkarannya terhadap kebenaran dan lebih
buta dibandingkan mereka (yang mengingkari nasab Husain). Di antara mereka
(Rafidhah) adalah kaum Nushairiyah daan selainnya yang berpendapat bahwa Hasan
dan Husain bukan putra-putra Ali, akan tetapi anak Salman al Farisi. Di antara
mereka ada yang berpendapat bahwa Ali tidak mati… dan demikianlah pendapat-pendapat
lain.
Dan di antara mereka ada yang berkata, “Abu Bakar dan Umar tidak dikebumikan di
samping Nabi saw.”
Dan di antara mereka ada yang berkata, “Ruqayyah dan Ummu Kultsum istri Utsman
itu bukan putri Nabi saw. tetapi putri Khadijah dari suami lain.
Dan kaum Syi’ah punya sikap ngeyel dan menentang kebenaran pasti lebih dahsyat
dari apa yang dilakukan kaum Nawâshib yang telah membunuh Husain. Dan ini
adalah bukti bahwa mereka adalah paling pembohong, paling zalim dan lebih jahil
dari para pembunuh Husain.”
(Baca: Minhâj as Sunnah,4/366-368)
Ibnu Jakfari Berkata:
Jadi jelaslah bagi kita semua sesuai apa yang dikatakan Syeikhul Islamnya kaum
Salafi/Wahhâbi bahwa para pembunuh Imam Husain itu adalah kaum Nawâshib… bukan
kaum Syi’ah seperti yang selama ini dilontarkan mulut kaum pembenci kebenaran
dari kalangan Nawâshib dan antek-antek bani Umayyah, asy Syajarah al Mal’unah
fil Qur’ân/pohon terkutuk dalam Al Qur’an!
Dan segala puji bagi Allah yang telah membukakan mulut Ibnu Taimiyah untuk mengucap
kebenaran walaupun tidak ia kehendaki!
Atau jangan-jangan apa yang ditegaskan Ibnu Taimyah itu digolongkan para
pemujanya sebagai ijtihad yang salah?!
Atau mungkin mereka akan menuduhnya sebagai menggigau, yahjuru?!
SUmber : jakfari.wordpress.com
mohon penjelasan tentang kaum Nawaashib...
apakah benar mereka kaum Nawaashib yang membunuh Al Husain?
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Nawaashib adalah kaum yang membenci ahlul-bait. Dalam persepsi
teologi Syi'ah, Nawaashib itu diidentikkan dengan Ahlus-Sunnah. Ya, kita-kita
ini telah menjadi bagian Nawaashib karena tidak beragama dengan agama Syi'ah.
Adapun Ahlus-Sunnah memandang bahwa Nawaashib itu adalah kelompok ekstrim yang
berlebihan dalam membenci Ahlul-Bait; kebalikan dari Syi'ah yang ekstrim dalam
mencintai Ahlul-Bait.
Menilik penjelasan Ibnu Taimiyyah, maka yang membunuh adalah kelompok
Nawaashib. Ini dalam pengertian,yang membunuh Al-Husain adalah orang-orang yang
sangat membencinyasehingga tega membunuhnya. Dalam pengertian ini, maka itu
benar. Namun kalau mengglobalkan bahwa Nawaashib itu adalah Bani Umayyah sebagaimana
dapat tersimpulkan dari perkataan Ibnu ja'fariy itu, tentu saja tidak benar.
Ibnu Ja'fariy Asy-Syi'iy itu mengambil perkataan Ibnu Taimiyyah dan
mengartikannya sesuai dengan yang dimauinya, bukan dengan pengertian yang
dimaui Ibnu Taimiyyah.
elfizonanwar mengatakan...
akar permasalahannya bukan karena membenci 'keturunan' ahlul bait,
krn setiap kita shalat selalu kita baca shalawat pada Nabi Muhammad SAW dan
ahlinya.
lalu, ahlinya siapa? lalu apakah ada 'keturunan' dari ahlul baitnya? lalu, jika
ada yg merasa 'keturunan' ahlul bait, apakah tepat dasarnya, misal dikaitkan
dengan makna QS. 33:4-5?
krn dari beberapa artikel, kita tak temukan kajian 'keturunan' ahlul bait itu dikaitkan
dengan makna QS. 33:4-5.
kalau tdk mau dikaitkan dengan QS. 33:4-5, lalu apakah kita berani mengatakan
bahwa Saidina Hasan dan Saidina Husein kita sebut 'bin Fatimah'? atau apakah
kita berani menghilangkan identitas nasab dari Saidina Ali bin Abi Thalib atas
keturunannya?
jadi masalah tersebut tidak ada kaitannya dengan pembunuhan atas Saidina Husein
dsb. lalu dituding dan difitnahlah suatu kelompok tertentu.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Bicara dengan Anda memang 'susah'. Anda cuma mengulang-ulang
propaganda pemahaman Anda sebagaimana komentar sebelumnya. Pemahaman Anda
terhadap ayat Al-Qur'an hanyalah menurut standar akal Anda semata dengan
menafikkan sunnah (al-hadits). Bagi saya, pemahaman model Anda ini jelas
sekali tertolak, alias tidak terpakai. Maaf.
elfizonanwar mengatakan...
jika anda 'menolak' dasar QS. 33:4-5 silahkan saja, tp tolong anda
cari artikel ttg seputar 'ahlul bait' yang di dlm artikel itu ada memuat
kaitannya dengan QS. 33:4-5.
Ayat tsb. dan ayat-ayat ttg 'ahlul bait' seperti yg pernah sy kemukan terdahulu
adalah kunci untuk kita menjawab masalah pengertian 'keturunan'. kita tdk bisa
hanya berpegang pada QS. 33:33 lalu plus hadits saja.
terima kasih atas kesedian anda untuk berdialog dng saya, jika ada tulisan sy
yang tdk berkenan ya saya mhn maaf. dan jika ada sy salah menafsirkan makna dan
hakikat al Quran tsb. hanya kehadirat Allah SWT sy mohon ampunan-Nya. yang
jelas, ayat-ayat tsb. sudah hamba sampaikan ya Allah, termasuk para pembaca web
ini. smg Allah SWT memberkahi dean memberi kita petunjuk-Nya.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Saya menolak logika aneh Anda dalam memahami ayat. Dan Anda nyuruh
saya nyari artikel yang 'membela' pendapat Anda itu ? ya, paling-paling saya
akan menemui artikel yang Anda tulis yang inti pokoknya sebagaimana telah Anda
tulis di atas.
Dalam QS. 33 ayat 4-5 (ayat 5 khususnya) adalah perintah untuk memanggil anak
dengan memakai bapak-bapak mereka. Saya sepakat bahwa seorang anak itu pada
asalnya dinasabkan kepada bapaknya. Namun itu bukan sebagai batasan mas...
Bukankah seorang anak yang dihasilkan dari hubungan zina itu dinasabkan kepada
ibunya ? Itu kita peroleh dari mana ? Ya dari hadits. Dan ingat, bahasan
Ahlul-Bait ini bukan sekedar dalam sekup ini saja. Dan dari mana saya menolak
bahwa cucu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam itu tidak dinasabkan
kepada 'Aliy ? Aneh Anda ini. Al-Hasan dan Al-Husain itu ya dinasabkan kepada
'Aliy. Riwayat hadits menjadi saksi. 'Aliy bin Abi Thaalib pun kunyahnya
Abul-Hasan. Tapi di sini, ta'rif Ahlul-Bait bukan sekedar itu ? Saya rasa saya
tidak perlu mengulangnya....
Perkataan Anda :
kita tdk bisa hanya berpegang pada QS. 33:33 lalu plus hadits saja.
adalah kesalahan fatal. Kalau tidak dengan hadits, lantas dengan apa ? Dengan
pemahaman Anda ?
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada Anda (dan kita semua) yang telah
berupaya 'menyampaikan' apa yang Anda anggap benar, padahal hakekatnya adalah
kekeliruan.
Baarakallaahu fiikum.
@elfizonanwar,
anda ga fair, harusny anda bawakan artikel yg anda maksud dan dpt mendukung
pendapat anda, kok anda malah menyuruh ustadz abul jauzaa untuk mencarinya??
Aneh anda ini...
Al-Ikhlas mengatakan...
Yang menyanggah, yang membantah, bawalah dalil bantahannya
elfizonanwar mengatakan...
@anonim, sy kira sy fair, krn sy memakai nama lengkap, dan @ al
ikhlas sy yakin dng makna yang tegas dan jelas bahwa dlm prinsip ajaran Islam
khususnya Al Quran, maka QS. 33:4-5 sdh merupakan 'penegasan' Allah SWT bahwa
jalur nasab itu hanya dari kaum lelaki, kecuali terhadap Nabi Isa As. yg berhak
menggunakan 'bin'-nya adalah Maryam. Silahkan anda banding dengan dalil
lainnya, monggo.
Mhn maaf, jika yang sy kemukakan ini salah, maka itu tanggungjawab saya kehadirat
Allah SWT, maka dihadapan para pembaca ini 'saya mohon ampunan-Mu Ya Allah'.
sebaliknya, jika ini 'benar'. maka 'memang' pasti ayat-ayat Allah SWT Maha
Benar, kita aja yang menafsirkan 'salah'. seandainya tafsiran kita salah ya
sportif dan fair kita mohon ampuan-Nya saja.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Ya, Anda memang akan bertanggung jawab dengan penafsiran Anda itu.
Semoga Allah ta'ala mengampuni Anda....
elfizonanwar mengatakan...
terima kasih, semoga Allah SWT mengampuni saya, dan semoga
tafsiran sy membela QS. 33:4-5 'benar'. Sy mhn kiranya disampaikan kebenaran
ini karena ini ayat Al Quran.
...Katakanlah (Wahai Rasul): "Aku tidak meminta kepadamu
(umatku) sesuatu upahpun atas seruanku (ajaranku) kecuali Mawaddah fiil Qurba
(kecintaan pada Ahlul Baitku)... (42:23). Orang2 kafir (hatinya tertutup), sama
saja bagi mereka, apakah engkau beri peringatan kpd mereka atw tidak, mereka
tak akan beriman. (2:6). Orang2 yg mmprdebatkan ayat2 Allah tanpa alasan yg
sampai kpd mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi ALLAH Dan Di Sisi
ORANG-ORANG yg BERIMAN (kata majemuk). Demikianlah Allah mengunci mati hati
orang yg sombong dan sewenang-wenang. (40:35)
Sholawat (Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'alii Muhammad)
elfizonanwar mengatakan...
Orang yang tak cinta pada Ahlul Bait itu, adalah mereka yang tak
mau mengucapkan sholat pada nabi Muhammad SAW dan keluarganya, siapa
keluarganya, ya sampai (terakhir) ya pada Bunda Fatimah.
Sholawat yang benar itu, ya yang sesuai dengan ajaran nabi kita sendiri, bukan
yg dibuat-buat oleh 'orang' bukan nabi. Sholawat yang dibuat oleh manusia bukan
nabi, silahkan tapi jangan berlebihan yang akhir punye kecendrungan
pengkultusan melampaui batas.
Mengapa Ahlul Baitnya sampai Bunda Fatimah, ya itulah mukjizat Allah SWT
sehingga dipertegas dengan prinsip-prinsip nasab sebagaimana termuat dalam QS.
33:4-5 tsb.
Kalau tidak dibatasi masalah Ahlul Bait, maka terbukti sampai saat ini sangat
banyak yang 'ngaku' keturunan Ahlul Bait, kerennya 'ngaku keturunan nabi' ada
yg dari Sunni, ada yang dari Syiah, ada yang dr Yaman,Indonesia dsb. ya kapan
selesainya, missi Islam yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW itu sampai
kiamat.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Cyclic : Tidak perlu Anda mengulang-ulang statement Anda di sini.
Di atas sudah penuh itu akan komentar Anda yang nadanya sama. Tidak ada yang
baru.
Intinya, itu hanyalah deskripsi ilusi Anda atas pemahaman terhadap ayat, tanpa
mau menengok hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Walhasil : Tertolak.
Mr. elfizonanwar,
Biarkan mereka mnafsirkan dalil versi mereka sendiri. Anda sdh brusaha,
sebagian yg mmbaca dialog trbuka ini sdh melihat dr awal akan sadar mana yg
hak, mana yg doktrinasi.
Kebenaran adl Hak dg cahaya yg terangnya melebihi sinar matahari, kecintaan pd
ahlul bayt adl Kebenaran.
Hak itu milik Muhammad saaw, dan beliau Milik Allah swt.
Wasalam, Doni
Fredy mengatakan...
Assalamu'alaykum.
Maaf, bila yang punya blog berkenan, saya mau urun pendapat. =)
Sebetulnya ada kesamaan tujuan antara pendapat ust. Abul Jauzaa, dengan ust.
elfizonanwar.
yaitu pengingkaran beliau berdua terhadap pengkultusan individu, khususnya dari
kalangan ahl bayt.
Ust. elfizonanwar membatasi ahl bayt Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam hanya
smpai fatimah r.a. (tanpa menerima nash yang lain),
sebab di khawatirkan akan banyak yang mengaku-aku sebagai ahl bayt, kemudian
mengkultuskan mereka, baik ahl bayt yang masih hidup, maupun ahl bayt yang
sudah berganti status menjadi ahl qubr.
*dan pengkultusan yang beliau khawatirkan memang terbukti.
Sementara, ust. Abul Jauzaa memakai pendapat Ahl as-Sunnah di dalam perkara
ini, dengan menerima semua nash yang berkaitan dengan perkara tsb.
dan hasilnya ahl bayt tidak hanya sampai sayyidah fatimah saja, tetapi masih
ada ahl bayt sampai hari kiamat.
Namun begitu, ustadz berdua sama2 mengingkari perbuatan sebagian kaum muslimin
yang ghuluw terhadap ahl bayt.
----------------------
Untuk ust. elfizonanwar ::
Saya mau nyumbang pendapat neyh tadz, siapa tau bisa jadi pertimbangan. =)
Ust. tentunya beriman dengan hari akhir/kiamat kan?
kalo iya, ust. tentunya faham tanda2 hari kiamat, baik yang sudah terjadi,
sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
Nah, salah satu tanda datangnya hari akhir yang belum/akan datang ialah :
Turunnya Nabi Isa 'alaihis salaam
Untuk apa?
Salah satu tujuan turunnya Beliau -'alaihis salaam- selain menghancurkan salib,
yaitu untuk membunuh al-Masih Dajjal.
Lalu apa yangg di lakukan oleh Nabi Isa 'alaihis salaam pertama kali?
Beliau -'alaihis salaam- mengikuti syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihiy
wasallam, dengan sholat di belakang Imam Mahdi.
Lantas, siapakah Imam Mahdi itu?
Imam Mahdi adalah ahl bayt Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, yang namanya sama
dengan nama Rasulullah, yaitu Muhammad bin 'Abdullah.
Jadi kesimpulannnya, ahl bayt masih ada sampai hari kiamat, tidak terbatas
sampai fatimah r.a. saja.
Kecuali antum tidak mengimani turunnya Nabi Isa 'alaihis salaam, atau munculnya
Imam Mahdi pada akhir zaman. ;)
*untuk nash yang berkaitan dengan Nabi Isa 'alaihis salaam dan Imam Mahdi saya
serahkan urusannya kepada Ust. Abul Jauzaa, agar dapat me-rely informasinya
(kalo sempat)
---------------------------------------------------------------------------------------
Untuk Ust. Abul Jauzaa ::
di posting atau tidaknya komentar ini, saya ucapkan Jazakallahu khayr atas ilmu
yang sudah dibagikan kepada kaum muslimin.
*khususnya saya =)
Fredy mengatakan...
@ Anonim, 22 April 2011 16:59
a.k.a Doni.
Maaf mas, antum keliru jika mengira kaum muslimin yang menerima eksistensi ahl
bayt sampai hari kiamat (tidak membatasi sampai fatimah r.a. ) telah
terdoktrinasi. =)
Kalo boleh tau, terdoktrinasi dalam hal apa ?
Ust. Abul Jauzaa, dan kaum muslimin yang lain meyakini eksistensi ahl bayt
sampai hari kiamat di karenakan adanya petunjuk dari al-Qur'an dan as-Sunnah
(hadits).
dengan kata lain pendapat mereka (termasuk saya) ada dalilnya, ada dasarnya. =)
Sementara pendapat ust. elfozonanwar diatas hanya berdasarkan pada sebagian
dalil saja.
Beliau ndak menerima dalil yang lain (hadits).
Kalo kaum muslimin yang menerima HADITS tentang keberadaan ahl bayt antum
anggap terdoktrinasi.
saya mau nanya neyh,,,
antum sholat kan ?
kalo iya -alkhamdulillah-, dari mana antum dapatkan gerakan-gerakan sholat
(bersedekap, ruku', sujud, salam, dsb)..?
bukankah semua gerakan tersebut dari hadits Nabi ?
Apakah orang yang mengimani sesuatu atau melakukan sesuatu, di karenakan adanya
informasi dari HADITS shahih di anggap terdoktrinasi ?
al-Qur'an maupun Hadits berasal dari satu sumber, yaitu dari Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wasallam.
Keduanya sama-sama di bukukan, hanya saja untuk hadits harus di teliti
(sanad.nya) karena tidak semua kitab hadits berisikan hadits yang shahih dari
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, melainkan ada yang lemah atau palsu.
Salah satu penyebab munculnya hadits palsu yaa itu ...pengkultusan terhadap
mazhab maupun individu.
al-Qur'an dan hadits shahih adalah hujjah, yang terangnya melebihi matahari di
siang bolong. =)
Wallahu ta'ala a'lam
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Telah banyak bahasan tentang Ahlul-Bait dalam Blog ini, baik
dengan judul khusus atau include dalam bahasan lain. Barangkali ada yang mau
baca-baca :
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/04/berlepas-dirinya-imam-ahlul-bait.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/05/hadits-tsaqalain-ahlul-bait-jaminan.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/11/ahlul-bait-adalah-jaminan-keselamatan.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/01/hak-hak-ahlul-bait-menurut-ahlus-sunnah.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/imam-mahdi-mu-bukan-imam-mahdi-ku.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/konsisten-dalam-inkonsisten.html
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/02/al-husain-bin-ali-bin-abi-thalib.html
dan yang lainnya.
اصبر
ياأستاذ..فعليك أن تكون ملما بمفاتيحه هذه النفس البشرية، لتسبر أغوارها ولتغلغل
إلى أعماقها....لأن فيها الإقبال والإحجام وفيها الحير والشر، فيها الطاعة
المعصية، وفيها الفجور والتقوى....hehe,,walaupun sebenernya ana juga bacanya uagak kuesel...
kepada mas elfizonanwar yang terhormat... Al Qur'an dan Hadits itu sama2
menjadi sumber hukum, dan tidak bertentangan, karena sama2 dari Allah...
makanya kalo ada hadits dan qur'an,kedua-duanya di ambil.. bukan Qur'an di
ambil hadits di buang... nanti kalo kita comot sebagian tinggalin sebagian,
jangan2 kita mbaca al maidah 44,,bisa jadi tukang ngebom kita... seraya dengan
penuh keyakinan bilang, "ini lho jelas yang tidak berhukum dengan hukum
Allah maka dia....!" wal'iyadzubillah...
Ane Nyimak Gan... mengatakan...
antara Syaikh. elfizonanwar dan Ust. Abul Jauzaa....kelihatannya
akan sulit menemui titik temu.
(maaf sekedar bertanya bukan menghukumi)untuk syaikh elfizonanwar...apakah anda
salah satu anggota penganut faham "inkarussunnah"..? kalau benar anda
penganut paham tersebut maka jelaslah sudah sampai kapanpun diskusi ini tidak
akan menemui titik temu...
apabila bukan demikian lalu dimanakah letak hadits terhadap alqur'an bagi
anda...?
maaf (lagi) mungkin penyebab tidak di dapatinya titik temu antara Syaikh.
elfizonanwar dan Ust. Abul Jauzaa adalah karena yang di inginkan Syaikh.
elfizonanwar adalah pengertian ahlul bait secara BAHASA sedangkan yang di
inginkan Ust. Abul Jauzaa adalah pengertian ahlul bait secara
ISTILAH/SYAR'I...jadi ya...ga nyambung2...
sama halnya dengan orang yang mengartikan makna shalat yang satunya mengingikan
arti secara bahasa yang satunya lagi mengartikannya secara ISTILAH /SYAR'I...
tapi tetap saja di sini yang saya anggap pendapatnya kurang tepat ialah
pendapatnya Syaikh. elfizonanwar ...semoga anda kembali kejalan yang benar.
elfizonanwar mengatakan...
aneh ya jika sy dituding inkarsunnah, tapi ya terserah anda, yang
pasti Allah SWT Maha Mengetahui.
satu kata yang kita lontarkan atau tulis di sini ya samahalnya dengan satu
ucapan yang kita ucapkan. Allah SWT Maha Mengetahui dan malaikat dikanan kiri
kita akan mencatat ucapan/kata kita ini.
soal 'keturunan' nabi atau ahlul bait (baca keturunan) ya monggo saja, yang
penting temuan dalam Al Quran ini sudah saya sampaikan. soal percaya atau tidak
ya tanyakan langsung pada Al Quran itu sendiri.
semoga Allah SWT memberkahi dan memberikan petunjuk dan yang penting
ampunan-Nya pada saya yang penuh dosa ini.
ahmad nugroho mengatakan...
mohon ijin posting atas sedikit pengetahuan saya..
Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR
Muslim). Bahwa keduanya Al Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak
terpisahkan hingga hari kiamat.
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga
akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi
afs yang dinanti-natikan.
Maaf atas ketidaktahuan saya
Apa nggak sebaiknya dibedakan antara "ahlul bait" dengan
"keturunan nabi".
Dengan demikian maka "keturunan ahlul bait masih ada (dari jalur Ali ra),
dan keturunan nabi Muhammad SAW sudah terputus, karena nabi tidak mempunyai
anak laki-laki(?)
greats_brother@yahoo.co.id mengatakan...
buat ente nih,, @@elfizonanwar yang mengedapankan akal dalam
memahami nash. apalagi cuma pake terjemahan.
saya ambil contoh: keluarga besar presiden... di situ disebutkan menantu
(padahal bukan keturunan)dari laki2, keponakan (padahal bukan keturunan,
saudara kandung padahal bukan keturunan laki2 si bpk presiden), cucu presiden
dari anaknya yang perempuan, dll kenapa disebut sebagai bagian dari keluarga
(AHLUL BAIT) si bpk presiden??????? Ente ngerti gak sih maksud ahlul bait??
kalau ente merasa paling benar jawab deh pertanyaan ane,, sebelum islam datang
keluarga besar sudah familiar di kalangan kerajaan di indonesia sampai sekarang
berbentuk REPUBLIK.
elfizonanwar mengatakan...
pada sahabatku yang kurang sependapat atau kurang senang dng
pendapat sy di atas, ya silahkan saja, Insya Allah yang benar itu akan
dinampakkan pada kita. kini yang ngaku keturunan Ahl;ul Bait ada yg versi agama
syiah, ada versi agama Islam, ada versi lainnya, lalu mana yang benar dan
berhak itu???
Sudah Jelas sebetulnya yang dipaparkan Ustadz Abul Jauzaa,
Ahlul-Bait adalah orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah/zakat, yang
terdiri dari : istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan keturunannya
serta seluruh muslim dan muslimah keturunan Bani Haasyim (termasuk di dalamnya
keluarga ‘Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas).
PERBEDAAN Ahlul Bait Yang Ada Saat Ini, adalah pada :
1. SYIAH RAFIDHAH
Mungkin benar mereka keturunan Al-Husein, tetapi tidak mengindahkan LARANGAN
Rasulullah (Haramnya Shodaqoh untuk Ahlul Bait).
Lihatlah betapa serakahnya Ahlul Bait/Marja' (Rafidhah) Menarik Khums 20%
kepada Pengikutnya? Untuk memperkaya diri.
Inikah yang diajarkan Rasulullah?? Tentu Tidak.
Maka, GUGURLAH Nasab-nya si Ahlul Bait yg berfaham SYIAH RAFIDHAH ini, dan
gelarnya menjadi "Mantan Ahlul Bait".
2. AL'JAMAAH (Ahlusunnah)
Nasab Al-Husein & Al-Hasan, ada juga perbedaannya.
- Al-Husein (Quraisy-Persia)
- Al-Hasan (Quraisy)
Dari 2 Keturunan ini yang memegang teguh Sunnah Penghulu Ahlul Baitnya
(Rasulullah), maka Wajib diakui.
Merekalah (Ahlul-Bait) yg mengharamkan menerima shadaqah/zakat.
Karena bukan hal yang mudah untuk menjaga "Kebersihan" Nasab
Rasulullah SAW.
Wallahu A'lam
-husein-
Sangkakala Zaman mengatakan...
lohh,,teman2 yg keras,tegar ego mmbutakan mata/hati zahir
bathinnya mohon brlapang dada..buru2 mnegakkan benang basah..prjanjian utk
SELAMAT dunia akhirat?? KITABULLAH/ASSUNAHH..apa masih ragu2 abu abuan??.
trserah.,hujah haq udah tegak bagi insan yg berakal YG TAAT brlaNdaskan tali
tuntutan ALLAH swt mlalui prutusanNYA...jika bobot gugur salah
satunya..jawapannya apa??mikir sndri lohh..mohon dijauhi akibatnya..menakutkan
amat..peace
Afqi Al-Pantouw mengatakan...
Assalamu'alaikum yaa Ustadz Abul Jauzaa’, sepertinya dia
(elfizonanwar) dari sekte al-Qur’aniyun, si Inkarussunnah !!
Imam as-Suyuthi rahimahullah, berkata :
“Ketahuilah –semoga Alloh merahmatimu– bahwa orang yang mengingkari hadits Nabi
yang shohih sebagai hujjah, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, maka dia
telah kufur, keluar dari Islam dan di kumpulkan bersama orang-orang Yahudi,
Nashoro dan kelompok-kelompok kafir lainnya.”
[Miftahul Jannah fil Ihtijaj bis Sunnah hlm.11]
Jauh-jauh hari, Nabi telah menginformasikan akan munculnya kelompok sesat
seperti ini, yaitu dalam haditsnya yang shohih:
أَلاَ
إِنِّيْ أُوْتٍيْتُ الْقُرْاَنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ. أَلاَ يُوْشِكُ رَجُلٌ
شَبْعَانَ عَلَى أَرِيْكَتِهِ يَقُوْلُ: عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْاَنِ، فَمَا
وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَلاَلٍ فَأَحِلُّوْهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ
حَرَاٍم فَحَرِّمُوْهُ.
“Ketahuilah bahwa aku mendapatkan wahyu al-Qur’an dan juga semisalnya (hadits).
Ketahuilah, hampir saja akan ada seseorang duduk seraya bersandar di atas
ranjang hiasnya dalam keadaan kenyang, sedang dia mengatakan: Berpeganglah
kalian dengan al-Qur’an. Apa yang kalian jumpai di dalamnya berupa perkara
halal, maka halalkan lah. Dan apa yang kalian jumpai di dalamnya berupa perkara
haram, maka haramkan lah.”
[HR. Abu Dawud: 4604, Ahmad: 4/130-131, dll. Hadits ini dishohihkan al-Albani
dalam al-Misykah: 163]
Imam al-Baihaqi rahimahullah, berkata :
“Inilah khobar Rasululloh tentang ingkarnya para ahli bid’ah terhadap hadits
beliau. Sungguh apa yang beliau sampaikan telah nyata terjadi.”
[Dala’il Nubuwwah: 1/25]