Wednesday, September 2, 2020

Mengapa Turki Segera Mengakui Negara Zionis Israel, Saat Arab Sedang Berperang, Serta Erdogan Mengunjungi Makam Pendiri Zionisme Di Jerusalem ?

Erdogan Menziarahi Kuburan Theodor Herzl, Pendiri Zionisme di Israel
https://youtu.be/oKgp052kciw


Hijrah Kaum Yahudi di Masa Daulah Utsmaniyah

Miris, Sultan Bayazid II, putera dari Muhammad Al-Fatih, mendorong Yahudi Andalus berhijrah ke negaranya. Dia mendengar dengan telinganya sendiri bahwa kaum Muslimin di Andalus meminta pertolongan namun dia mengabaikannya. Sultan Sulaiman Al Qanuni, yang memerintah sejak 1520 sampai 1566 M, menikah dengan seorang gadis Yahudi. An-Nu’ami mengatakan bahwa Sultan Al Qanuni sendiri, yang memerintahkan untuk membangun pagar kota Al Quds. Dan mengizinkan beberapa orang Yahudi tinggal di beberapa tempat di Palestina pada tahun 1561. Al-Qanuni mengabaikan muslim Andalus dan tidak mengindahkan permintaan tolong mereka, sedangkan dia membawa orang-orang Yahudi dari Andalus dan memberikan mereka tanah di Palestina

Erdogan Akan Membebaskan Masjid Al Aqsa ??? Video Hubungan Erdogan Dengan Zionis Israel


Hijrah Kaum Yahudi di Masa Daulah Utsmaniyah


Kaum Yahudi di masa Daulah Utsmaniyyah terbagi menjadi 3 kelompok, yang pertama adalah mereka yang dahulunya berasal dari Daulah Byzantiyyah dan menyebar ke daerah-daerah Utsmani, setelah Turki merebut Kostantinopel.

Kelompok yang kedua adalah yahudi imigran dari Austria, Jerman, Belanda, Rusia dan sekitarnya.

Sedangkan kelompok yang ketiga, dan yang terpenting, mereka adalah orang-orang Yahudi yang digunakan oleh Turki setelah runtuhnya Andalus di tangan Spanyol.

Dr. Ahmad Nurun an-Nu’ami, dalam bukunya “al-Yahud wa Daulah Utsmaniyah,” mengatakan bahwa kesultanan Daulah Utsmaniyyah mengizinkan orang-orang Yahudi membawa dagangan mereka dari Spanyol ke Turki.

Dan mengizinkan mereka untuk menetap di kota-kota penting di Turki.
Ketika itu, orang-orang Yahudi adalah komunitas terbanyak dan yang paling sejahtera dan kaya.

Dr. Aidh Darwis dalam disertasinya “Al ‘Alaqat At Turkiyyah Al Yahudiyyah,” mengatakan, banyak kemudahan yang diberikan Daulah Utsmani kepada orang-orang Yahudi.

Berupa fasilitas-fasilitas disediakan bagi Yahudi, seperti sekolah khusus yang bergengsi. Sehingga Istanbul menjadi pusat berkumpulnya orang-orang Yahudi.

Di situ orang Yahudi membuka percetakan buku-buku berbahasa Iberia  pada Abad ke-16. Dan mencetak 5 buku kuning mereka serta menyebarluaskannya.

Ahmad Al-Utsman menyebutkan dalam bukunya “Tarikh Al Yahud” pada Juz ke-3, masa Sultan Okhan Bin Utsman (1326 – 1359 M), orang-orang Yahudi diizinkan membuat perkampungan dan tempat peribadatan khusus bagi mereka.

Pada Masa Murod I (1359 – 1389 M), saat memerintah Ankara, Yahudi menjadi kelompok agama terbesar di sana.

Di era Murod II yang memerintah dari 1421 sampai 1451, orang-orang Yahudi mendapatkan hak kepemilikan tanah di Daulah Utsmaniyyah.
Hingga orang-orang Yahudi menjulukinya dengan julukan “Ar Rajul Al Insani Al Kabir.”

An-Nu’ami mengatakan bahwa sultan Muhammad yang dijuluki Al Fatih, ketika merebut Kostantinopel tahun 1435M, dia menyambut orang-orang Yahudi, atau orang Yahudi disambut olehnya, menyambut para pemenang.
Dia memberikan mereka tempat tinggal khusus di Istanbul. Dari pemberian terpenting yang diberikan Al-Fatih kepada orang-orang Yahudi, adalah kebebasan Yahudi melakukan kegiatan peribadatan.

An-Nu’ami juga membeberkan, saat itu ketua komunitas Yahudi, Ishak Shafhati, mengajak seluruh umat Yahudi untuk pindah ke Daulah Utsmani.
Sedangkan Sultan Bayazid II, putera dari Muhammad Al-Fatih, mendorong Yahudi Andalus berhijrah ke negaranya.

Sultan ini, mendengar dengan telinganya sendiri bahwa kaum Muslimin di Andalus meminta pertolongan namun dia mengabaikannya.

Sedangkan Sultan Bayazid, inilah yang mendorong orang-orang Yahudi Andalus untuk pindah ke Turki.

Dan memberikan mereka kebebasan sepenuhnya tinggal di daerah manapun di Turki, sebagaimana yang dikatakan Dr. Aidh Darwis.

Sedangkan Sultan Sulaiman I yang memerintah dari 1512 sampai 1520 M, ketika menguasai Mesir, dia pergi ke seorang Yahudi Mesir.

Dia memberi wewenang yang besar yang terikat dengan ibukotanya, Istanbul.

Lalu anaknya Sultan Sulaiman Al Qanuni, yang memerintah sejak 1520 sampai 1566 M, menikah dengan seorang gadis Yahudi.

Pada tahun 1525 sampai 1526 M, ketika Sulaiman Al Qanuni menguasai Kota Budaphest, mengkhususkan kapal untuk mengangkut orang-orang Yahudi yang ketika itu keadaannya buruk di sana.

Kemudian mengangkut sekitar 1000 keluarga Yahudi dari Budhapest ke Turki.

An-Nu’ami mengatakan bahwa Sultan Al Qanuni sendiri, yang memerintahkan untuk membangun pagar kota Al Quds.

Dan mengizinkan beberapa orang Yahudi tinggal di beberapa tempat di Palestina pada tahun 1561.

Al-Qanuni mengabaikan muslim Andalus dan tidak mengindahkan permintaan tolong mereka, sedangkan dia membawa orang-orang Yahudi dari Andalus dan memberikan mereka tanah di Palestina.

Dr Aidh menyebutkan dalam salah satu dokumennya di “Ad Duwal Al Mutsallas” bahwa berbagai macam pergerakan kaum Yahudi di Daulah Utsmani ada sekitar abad 17.

Gerakan Yahudi tersebut disebut sebagai “Harakat Taharrur,” yang menyeru Yahudi untuk berpindah ke tanah yang subur di Palestina.
Pemerintahan Daulah Utsmaniyah mengetahuinya, tetapi tidak bertindak apapun.

Dr Audh Darwis mengatakan, ketika Palestina di bawah pemerintahan Utsmani pada Abad ke 16 M, orang-orang Yahudi berpindah kesana, dan menempati banyak kota di Palestina.

Berhijrahlah orang-orang Yahudi ke Kota Safed di Palestina, dan berhijrah ke Thabariyyah, Ke Quds, dan Ke Khalij.
Semua ini atas perlindungan dan sepengetahuan Daulah Utsmani dan pemerintahan kesultanannya.

Pada abad ke 18, orang-orang Yahudi hijrah ke Palestina, sekali lagi. Dan menetap di Safed dan Thobariyyah dengan perlindungan dan keamanan.
Selama periode Utsmani tidak ada tindakan apapun terhadap Yahudi tersebut, terhadap hijrahnya mereka di beberapa kota di Palestina.
Ini semua sebelum masa Sultan Abdul Hamid II, yang memfasilitasi pergerakan Suyuliyyah, yang menjadikan Palestina sebagai negara secara resmi.