2015, AS Hapus Iran dan Syiah
Hizbullah Lebanon dari Daftar Teroris
(selama ini ngapain aja,
bikin sandiwara )
KIBLAT.NET, Washington –
Badan Intelijen Nasional AS, CIA, menghapus negara Iran dan milisi bentukannya
Hizbullah Lebanon dari daftar organisasi teroris yang mengancam Amerika Serikat
selama tahun 2015 ini, seperti dilansir arabi21.com, Selasa (17/03).
Hal tersebut diketahui dalam
konferensi pers yang digelar badan intelijen AS di Washington. Para wartawan
terkejut tidak ada nama Iran dan Syiah Hizbullah Lebanon ketika badan intelijen
AS membacakan daftar organisasi “teroris” yang mengancam AS.
Hal itu berbeda dengan
laporan sebelumnya, di mana CIA menyebutkan bahwa Iran adalah ancaman serius
bagi kepentingan AS karena mendukung Bashar Assad di Suriah, anti Israel dan
mengembangkan kemampuan militernya.
Menurut laporan CIA tersebut,
meski saat ini Iran berupaya memperluas pengaruhnya di Timur Tengah dan
mendukung milisi Syiah, mereka ingin mencapai ketenangan di kawasan Arab. Iran,
tambah CIA, juga ingin memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi.
Sementara itu, surat kabar
Makor Rishon menyebutkan dalam laporannya bahwa pernyataan yang dikeluarkan CIA
itu menunjukkan bahwa hubungan AS dan Iran mulai membaik.
Dihapusnya Iran dan Hizbullah
dalam daftar negara dan organisasi yang mengancam AS menunjukkan membaiknya
hubungan Iran dengan AS. Sebagaimana diketahui, Iran selama ini memosisikan
diri seakan-akan anti AS. Namun, negara Syiah itu tidak terlihat melakukan
langkah-langkah untuk melemahkan negara tersebut.
Yang juga menjadi perhatian
dari laporan itu, CIA tidak memasukan milisi Syiah Iraq, Al-Hasd Al-Syakbi, meski
Amnesty Internasional telah menyatakan milisi itu melakukan kejahatan terhadap
warga sipil. CIA hanya mencukup Jabhah Nusrah dan ISIS serta sejumlah gerakan
jihad lainnya menjadi kelompok ‘teroris’
Perdana Menteri Turki Dovutoglu : Al-Assad
Seorang Hitler dan Ancaman Perang Syi'ah
ANKARA
(voa-islam.com) - Di antara pernyataan Menteri Luar Negeri AS John Kerry,
yang mengatakan konflik di Suriah harus di selesaikan dengan jalan politik,
justru Perdana Menteri Turki, Ahmed Dovutoglu, menyebut Bashar al-Assad
sebagai : HITLER.
Rezim
Syi'ah Alawiyyin Suriah dibawah Bashal al-Assad kejahatannya melebihi
HITLER. Akibat kekejamannya itu, sudah lebih 300.000 penduduk sipil tewas di
tangah al-Assad. Assad tidak segan-segan menggunakan senjata kimia membunuhi
rakyatnya. Separuh penduduk Suriah menjadi pengungsi di Turki,Jordan, dan
Lebanon.
Tak
layak pemimpin yang memiliki hati nurani dan moral melakukan dialog dan
negosiasi dengan pembunuh paling biadab di muka. Tindakan yang oleh
Bashar al-Assad, tak dapat lagi digambarkan kekejiannya. Bukan hanya
menghancurkan rakyatnya dengan senjata kimian, tapi puluhan ribu tahanan yang
berada di penjara, disiksa, dan di biarkan mati satu demi, tanpa makanan.
Maka,
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan melakukan negosiasi dengan
Presiden Bashar al-Assad akan seperti berjabat tangan dengan Adolf Hitler,
menaggapi pernyataan Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang ingin melakukan
penyelsaian dengan Suriah melalui solusi politik dan diplomasi.
Menteri
Luar Negeri AS John Kerry mengatakan AS akan bernegosiasi dengan Assad, Minggu,
15/3/2015. Meskipun Departemen Luar Negeri kemudian mengatakan Kerry tidak
secara khusus menunjuk pada pemimpin Suriah dan bahwa Washington tidak akan
tawar-menawar dengan al-Assad.
Berbicara
pada pertemuan AK Party di Ankara, Davutoglu mengatakan suara di Barat yang
mengatakan ada kebutuhan untuk bernegosiasi dengan Assad "membuat kita
mempertanyakan nilai-nilai kemanusiaan di negara Barat", tegasnya.
"Semua
pembantaian dan kekejian di Suriah menggunakan senjata kimia yang melanggar
garis merah. Jika Anda masih berjabat tangan dengan Assad, jabatan tangan Anda
akan diingat sepanjang sejarah," kata Dovutoglu dalam pidato yang
disiarkan langsung melalui telivisi negara.
"Tidak
ada perbedaan antara berjabat tangan dengan Assad, atau dengan Hitler, Saddam,
Karadzic, Milosevic", tambahnya.
Sekarang,
kebijakan Amerika Serikat telah bergeser dari mendukung oposisi Suriah,
bergeser fokusnya untuk memerangi ISIS. Karena ISIS menguasai sejumlah
wilayah Suriah dan Irak, serta dinilai menjadi ancaman keamanan keamanan
global.
Amerika
dan Iran melakukan perundingan rahasia, dan pemimpin tetinggi Ayatullah Ali
Khamenei mengirim surat rahasia kepada Presiden Barack Obama, yang isinya Iran
akan mendukung Amerika memerangi ISIS, jika Amerika mendukung program nuklir
Iran. Kesepakatan antara Amerika dan Iran telah tercapai, dan diakui oleh
Presiden Roouhani, secara teknis 90 persen perundingan sudah selesai.
Turki
telah menjadi mitra koalisi pimpinan AS terhadap Negara Islam, namun menolak untuk
meningkatkan kerjasama militer memerangi ISIS, tanpa rencana komprehensif
untuk menurunkan al-Assad. Inilah yang menjadi titik tolak perbedaan
antara Ankara dengan Washington.
Amerika
dan Iran bersekutu dengan melakukan 'barter' yaitu Amerika mendukung program
nuklir Iran. Sementara itu, Iran mendukung Amerika menghancurkan ISIS. Sekarang
sejumlah jenderal Iran berada di Irak, dan melakukan perencanaan strategis
dibidang militer, yang bertujuan menghancurkan Irak.
Kekuasaan
Syi'ah akan membentang mulai dari Lebanon, Suriah, Irak, Iran, Bahrain,
dan Yaman. Semua itu dicapai oleh kelompok Syi'ah dengang menggunakan
strategi ganda, yaitu politik dan militer.
Di
setiap negara, Syi'ah didukung dengan kekuatan milisi (pasukan para
militer) yang menjadi pendukung dan pelindung kelompok Syi'ah. Inilah ancaman
bagi masa depan Dunia Islam. Kekacauan akan terjadi di mana-mana. Pengkhianatan
Syi'ah sudah berlangsung sepanjang sejarah. Sekarang berkerjasama dengan Yahudi
dan Nasrani menghancurkan dunia Islam. Wallahu'alam.
*mashadi
Menlu AS Siap Dialog dengan Bashar Assad, Kepleset
atau Serius?
KIBLAT.NET, Washington –
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Senin (16/03), menyatakan meluruskan
pernyataan Menterinya, John Kerry, tentang kesediaan AS bernegosiasi dengan
Bashar Assad. Dephan AS mengatakan bahwa maksud dari pernyataan Menteri Kerry itu
adalah bernegosiasi dengan rezim, bukan dengan Bashar Assad.
Juru bicara Deplu AS,
Jennifer Bsaki, menegaskan bahwa Presiden Suriah Bashar Assad selamanya tidak
akan menjadi salah satu pihak dalam perundingan damai di Suriah. Hal itu, kata
Jennifer, AS sudah tidak mengakui delegitimasi Bashar Assad.
“Sebagaimana sudah kami
katakan jauh-jauh hari, harus ada delegasi dari rezim Assad sebagai bagian dari
proses perdamaian,” kata Jennifer seperti dilansir arabi21.com, Senin.
Akan tetapi, lanjutnya,
Bashar Assad secara individu selamanya tidak akan menjadi pihak dalam proses
ini. “Itu yang sebenarnya dimaksud Menteri Kerry”.
“Menteri Kerry menggunakan
Assad sebagai singkatan dari rezim Suriah secara keseluruhan,” jelas Jennefer.
Ia menegaskan bahwa Amerika
Serikat menolak tekad oposisi Suriah “moderat” yang berulang kali menegaskan
tidak akan bernegosiasi dengan Assad. Seseorang tidak mungkin bernegosiasi
dengan dirinya sendiri, akan tetapi memerlukan perwakilan baik dari rezim
maupun oposisi.
Perlu digarisbawahi,
tegasnya, hari ini belum ada proses yang sedang berlangsung mengenai hal itu
(negosiasi). Oleh karenanya, ini hanya fase teori untuk saat ini.
Diberitakan sebelumnya, Menlu
AS John Kerry mengatakan dalam wawancara dengan televisi CBS bahwa AS bersedia
bernegosiasi dengan Bashar Assad untuk menyelesaikan krisis Suriah.
“Tentu, pada
akhirnya kami harus bernegosiasi,” ceplos Kerry. Pernyataan itu
keluar dari mulut Menteri Kerry setelah presenter CBS menanyakan, apakah AS
kemungkinan akan bernegosiasi dengan Bashar Assad.
Sebelum pernyataan Kerry, Direktur CIA menegaskan bahwa
negaranya tidak menginginkan Bashar Assad runtuh. CIA menegaskan
bahwa kelompok-kelompok yang dianggap “teroris” di Suriah dikhawatirkan akan
mendapatkan tempat jika rezim runtuh.
Turki Pertanyakan Kerjasama Syiah Suriah Dengan Zionis-AS
Eramuslim.com – Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menyatakan segala bentuk kerjasama, kesepahaman, dan negosiasi dengan Presiden Syiah Suriah Bashar al-Assad sama saja berkompromi dengan Adolf Hitler. Hal tersebut dikemukakan Davutoglu terkait rencana negosiasi Zionis-AS dengan Assad.
Berbicara pada pertemuan AK Party di Ankara, Davutoglu mempertanyakan sikap AS yang hendak bernegosiasi dengan Assad. Jika negosiasi itu dilakukan, sama saja AS mencederai nilai-nilai kemanusiaan yang ada.
“Semua pembantaian ini telah jelas, penggunaan senjata kimia yang dilakukan Assad, Namun pada akhirnya AS akan berjabat tangan dengan Assad. Ini jabat tangan yang akan diingat sepanjang sejarah,” katanya dalam pidato yang disiarkan langsung. “Tidak ada perbedaan antara berjabat tangan dengan Assad, atau dengan Hitler, Saddam, Karadzic, Milosevic,” ujar dia kembali dikutip dariAl Arabiya, Rabu (18/3).
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, Ahad (15/3), AS harus bernegosiasi dengan Assad. Meskipun kemudian Departemen Luar Negeri AS tidak secara khusus mengatakan kalau Washington akan terbuka menerima tawaran yang diajukan Assad.
Baca Ini, Penting !!
Oleh : AM Waskito
Salah satu alasan yang membuat kaum Syiah Rafidhah selalu berbunga-bunga ialah sebagai berikut…
[=] Syiah adalah musuh terbesar Amerika dan Israel.
[=] Syiah adalah musuh utama Zionis Yahudi yang sangat ditakuti karena punya intalasi nuklir.
Sejarah Syiah: “Selalu Menusuk Ahlus Sunnah dari Belakang. Dan Tak Pernah Perang Melawan Orang Kafir.”
[=] Hizbullah adalah sosok kekuatan Syiah yang selalu gagah-berani menghadang barisan Zionis Israel.
[=] Sementara Saudi, Kuwait, dan Qatar, selalu bermanis-manis kata dengan dedengkot Yahudi, yaitu Amerika.
[=] Revolusi Khomeini adalah revolusi Islam yang menginspirasi perjuangan gerakan-gerakan Islam di dunia.
Ya, kurang lebih begitu klaim para aktivis agama Persia (Syiah Rafidhah) ini. Di berbagai forum, kesempatan, termasuk dalam diskusi di blog ini, alasan-alasan itu selalu mereka munculkan. Seakan-akan, tidak lagi alasan bagi Syiah untuk tetap eksis di muka bumi, selain klaim-klaim seperti itu.
Lalu bagaimana pandangan kita sebagai Ahlus Sunnah tentang klaim kaum Syiah ini?
Mari kita bahas secara ringkas dan praktis, dengan memohon pertolongan Allah Al Hadi…
PERTAMA. Kaum Syiah Rafidhah itu terus bekerja keras dan sangat nafsu, agar mereka tetap diakui sebagai Islam, tetap dipandang sebagai Muslim, tetap menjadi bagian dari kaum Muslimin sedunia.
Hal ini adalah hakikat siksaan spiritual yang Allah timpakan atas hati-hati mereka, selamanya. Mereka telah sangat berdosa karena mencaci, melecehkan, mengutuk, dan mendoakan keburukan atas isteri-isteri Nabi, para Khulafaur Rasyidin, dan para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.
Maka Allah pun menjadikan mereka selalu gelisah, takut, dan sangat menginginkan diberi label Islam atau Muslim.
Mereka selalu dalam kebingungan seperti ini, layaknya Bani Israil yang kebingungan selama 40 tahun di Padang Tiih, karena telah menghina Musa ‘Alaihissalam dan Allah Ta’ala.
Lihatlah manusia-manusia pemeluk agama Persia (Rafidhah) itu…mereka kemana-mana membawa laknat atas doa-doa laknat yang mereka bacakan untuk mengutuki manusia-manusia terbaik dari para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.
KEDUA. Dalam sejarahnya, sejak zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sampai hari ini, ketahuilah bahwa Syiah Rafidhah (agama Persia) ini tidak pernah berjihad melawan kaum kufar, baik itu Nashrani, Yahudi, musyrikin, dan orang-orang atheis. Syiah tidak punya sejarah jihad menghadapi kaum kufar. “Jihad” kaum Syiah sebagian besar diarahkan untuk menyerang kaum Sunni, sejak zaman dahulu sampai saat ini.
Mula-mula Syiah di Kufah mengundang Husein Radhiyallahu ‘Anhu datang ke Kufah, katanya mau dibaiat.
Karena Husein sudah berangkat ke Kufah, oleh penguasa kala itu (Yazid bin Muawiyah) Husein dianggap bughat, sehingga boleh ditumpas.
Waktu tiba di Kufah, tak satu pun kaum Syiah keluar untuk membaiat, menolong dan mendukung Husein. Posisi Husein sangat terjepit, akan kembali ke Madinah, dia sudah dianggap bughat. Meminta bantuan Kufah, tak satu pun Syiah yang akan menolong. Akhirnya, Husein ditumpas di Padang Karbala.
Bahkan kala penumpasan itu, tak satu pun hidung Syiah menampakkan diri, walau sekedar untuk menolong korban dari pihak Husein dan keluarganya.
Nah, peristiwa pembantaian Husein oleh kaum Syiah itulah yang selalu mereka rayakan dan nikmati dalam momen-momen Asyura. Air mata mereka mengutuk para pembunuh Husein, sedangkan hati mereka berucap: “Alhamdulillah Husein dan keluarganya telah binasa di Karbala.”
“Jihad” kaum Syiah berikutnya ialah membantu Hulagu Khan (penguasa Mongol) untuk menumpas Khilafah Abbassiyah.
Kemudian mereka berusaha melenyapkan kaum Sunni di Mesir, tetapi berhasil ditumpas oleh Nuruddin Mahmud Zanki.
Mereka terus menikam perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi.
Mereka juga selalu menjadi musuh Khilafah Turki Utsmani, selalu kerjasama dengan negara-negara Nashrani Eropa untuk melemahkan Khilafah Turki.
Di zaman kontemporer, Revolusi Khomeini di Iran telah menumpas Ahlus Sunnah di Iran.
Mereka juga menikam perjuangan mujahidin di Afghanistan. Mereka membantai Ahlus Sunnah di Irak, Libanon, Suriah, Yaman, bahkan mereka hampir menguasai Bahrain.
Singkat kata, tidak ada Jihad kaum Syiah dalam sejarah, selain “jihad” yang diarahkan untuk memusnahkan dan menghancur-leburkan kaum Sunni.
Sejarah klasik dan modern sudah memaparkan fakta. Bahkan dalam kasus Iran Contra Gate terbongkar skandal besar.
Ternyata, di balik gerakan Kontra di Nikaragua, Amerika memasok senjata kepada para gerilyawan itu.
Darimana dananya?
Dari hasil kerjasama jual-beli minyak dengan Iran.
Padahal dalam kampanye dunia, sudah dimaklumkan bahwa Amerika itu sedang konflik dengan Iran.
Tetapi di balik itu ada sandiwara “jual-beli minyak” yang menggelikan.
Kasus ini sangat terkenal, sehingga seorang kolonel Amerika dikorbankan sebagai tumbalnya.
KETIGA. Apa sih yang dilakukan Hizbullah (Syiah Rafidhah) di Libanon kepada Israel?
Apakah dia terlibat perang terbuka dengan Israel?
Apakah dia menduduki wilayah Israel dan berusaha mengusir penduduk Yahudi?
Ternyata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya melepaskan tembakan mortir ke arah pasukan Israel atau wilayah Israel.
Atau mereka melakukan tembakan senapan, atau tembakan rudal anti tank.
Hanya itu saja.
Mereka tidak pernah terlibat perang terbuka vis a vis, seperti para pejuang Ahlus Sunnah di Irak, Afghanistan, Chechnya dan lainnya.
Jadi singkat kata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya semacam “main-main” untuk membuang amunisi-amunisi ringan. Itu saja kok.
KEEMPAT. Dalam sejarah perang Arab-Israel, sejak merdeka tahun 1948 Israel sudah berkali-kali bertempur dengan pasukan Arab.
Yang terkenal adalah perang tahun 48, perang tahun 67, dan perang tahun 70-an.
Ia kerap disebut perang Arab-Israel. Setelah itu belum ada lagi perang yang significant.
Dalam sejarah ini, lagi-lagi tiada peranan Iran sama sekali. Bahkan ketika Ghaza dihancur-leburkan Israel pada tahun 2008-2009 lalu, Iran lagi-lagi tidak terlibat apa-apa.
Jadi, apa yang bisa dibanggakan dari manusia-manusia pemeluk agama Persia (Syiah Rafidhah) itu?
KELIMA. Menurut Ustadz Farid Okbah, di Iran itu sangat banyak orang-orang Yahudi.
Menurut informasi, jumlahnya bisa mencapai 50.000 jiwa.
Mereka bisa hidup aman dan sentosa di Iran, sedangkan Ahlus Sunnah hidupnya sangat menderita disana.
Iran bersikap welcome kepada kaum Yahudi, dan sangat ofensif kepada kaum Muslimin.
Ini adalah realitas yang sangat menyedihkan.
Makanya tidak salah kalau ada yang mengatakan, Rafidhah lebih sadis dari orang-orang kafir lain.
Contoh yang sangat unik ialah kerjasama antara Hamas dan Iran.
Banyak orang menyebutkan, Hamas kerap kerjasama dengan Iran.
Hal itu konon berdasarkan sikap Syaikh Al Bana yang dulunya pernah berujar, bahwa Syiah adalah sesama saudara Muslim juga.
Mereka sama-sama Ahlul Qiblah.
Tetapi realitasnya, Ikhwanul Muslimin di Suriah dibantai puluhan ribu manusia disana oleh rezim Hafezh Assad.
Ternyata, rezim itu dan anaknya, dibantu oleh Iran juga.
Nah, ini kan sangat ironis.
Hamas kerjasama dengan Iran, sementara Al Ikhwan di Suriah dibantai oleh regim Suriah yang didukung oleh Iran.
KEENAM. Propaganda bahwa Syiah Rafidhah itu musuh Zionis Israel, semua ini hanya propaganda belaka.
Sejatinya mereka itu teman-karib, sahabat dekat, saling tolong-menolong, sebagian menjadi wali atas sebagian yang lain. Mereka ini selamanya tak akan pernah terlibat dalam peperangan.
Kaum Yahudi membutuhkan Iran, sebagai seteru Ahlus Sunnah.
Sedangkan Iran membutuhkan Yahudi, juga sebagai seteru Ahlus Sunnah.
Dalam hadits Nabi Saw juga disebutkan bahwa kelak dajjal akan muncul dari Isfahan (salah satu kota di Iran yang saat ini banyak dihuni Yahudi) dengan 70.000 pasukan.
Yahudi membutuhkan Iran, karena darinya akan muncul pemimpin mereka. Dan dalam literatur-literatur Syiah, sosok dajjal itu sebenarnya adalah sosok “Al Mahdi Al Muntazhar” yang selalu mereka tunggu-tunggu. Begitulah, banyak kesamaan kepentingan antara Syiah dan Yahudi.
KETUJUH. Fakta berikutnya yang sangat mencengangkan.
Ternyata Syiah Iran juga menjalin kerjasama dengan China dan Rusia, dua negara dedengkotnya Komunis.
Mereka ini umumnya kerjasama dalam soal industri, perdagangan, dan jual-beli senjata.
Ketika Amerika berniat menjatuhkan sanksi akibat instalasi nuklir Iran, segera China dan Rusia memveto niatan itu.
Kedua negara terang-terangan membela Iran. Begitu juga China dan Rusia juga membela rezim Bashar Assad (semoga Allah Al Aziz segera memecahkan kepala manusia durjana satu ini, amin ya Mujibas sa’ilin) dari ancaman sanksi internasional.
Sedangkan kita tahu, rezim Suriah sangat dekat koneksinya dengan Iran. Jadi, kita bisa simpulkan sendiri posisi Iran di mata China, Rusia, dan rezim Suriah.
Jadi kalau kemudian kita mendengar propaganda Syiah anti Yahudi, Syiah anti Amerika, Syiah anti Zionis, dan sebagainya…ya sudahlah, saya akan ketawa saja.
Tidak usah dianggap serius. Anggaplah semua itu hanya “olah-raga kata-kata” saja (meminjam istilah seorang politisi busuk). Syiah selamanya akan berkawan dengan kaum kufar dan sangat apriori dengan kaum Muslimin (Ahlus Sunnah). Mereka itu lahir dari sejarah kita, tetapi wujud dan hatinya milik orang kafir. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Semoga artikel sederhana ini bermanfaat.
Semoga kita semakin sadar, bahwa Syiah Rafidhah bukanlah kawan.
Mereka membutuhkan istilah kawan selagi masih lemah.
Nanti kalau sudah kuat, mereka akan menghancur-leburkan Ahlus Sunnah.
Tetapi cukuplah Allah Ta’ala sebagai Wali, Pelindung, dan Penolong kita. Dialah sebaik-baik Pelindung dan Penjaga. Walhamdulillahi Rabbil a’alamiin.[erm].
Ardhullah, 17 Maret 2012.