Thursday, March 26, 2015

Ustadz Farid Okbah: Semua Syiah di Indonesia Rafidhah dan Menyesatkan

Senin, 9 Maret 2015 12:18
Pakar Syiah, Ustadz Farid Ahmad Okbah menyatakan Syiah di Indonesia semuanya ekstrim dan tidak ada Syiah yang moderat.
Tidak ada Syiah moderat, Syiah di Indonesia semuanya Rafidhah, semuanya sesat dan menyesatkan,” tegasnya dalam kajian “Mewaspadai Makar Syiah di dunia dan Indonesia, di Masjid Darus Salam, Griya Tugu Asri, Depok, pada Sabtu (7/3/2015).
Hal itu berdasarkan penjelasan di dalam buku-buku terbitan resmi institusi Syiah di Indonesia, seperti di dalam buku ’40 Masalah Syiah’ terbitan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dan Buku Putih Syiah terbitan Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang mengungkapkan rukun iman dan rukun Islam Syiah yang berbeda dengan ajaran Islam.
Ini menunjukkan betapa jauhnya mereka dari ajaran Rasulullah, meski mereka mengaku sebagai pengikut ahlul Bait (keluarga nabi SAW,red),” ucap Ustadz Farid.
Banyaknya penyimpangan Syiah memicu kritik dan koreksi dari berbagai kalangan, beberapa diantaranya berasal dari kalangan ulama Syiah sendiri. Seperti ulama besar Syiah setingkat Khomeini, Ayatullah Uzhma Al Fadhil Al Burquwi.
“Setelah dia masuk menjadi Ahlus Sunnah, dia banyak mengoreksi ajaran Syiah,” paparnya.
Begitu pentingnya sosok Al Burquwi ini, pendiri Islamic Center Al Islam, Bekasi ini berharap koreksi dari Syaikh Al Burquwi terhadap ajaran Syiah dapat difilmkan. Kisah hidup Al Burquwi yang pernah menjadi ulama besar Syiah diharap dapat menginspirasi banyak orang agar menjauhi ajaran Syiah.
Masyarakat yang terpengaruh oleh Syiah dapat kembali ke ajaran Islam melalui pengalaman Al-Burquwi,” harapnya.
Syiah secara bahasa maknanya adalah pengikut Ali bin Abi thalib. Kemudian berevolusi menganut doktrin bahwa sepeninggal Rasulullah kepemimpinan agama dan umat harus diserahkan kepada kalangan ahlul bait dari keturunan Hussein bin Abi Thalib. Konsep ini, ternyata berasal dari seorang Yahudi asal Yaman, Abdullah bin Saba’yang berpura-pura masuk Islam.
Kita tahu, Kristen dirusak oleh Yahudi dalam konsep tauhid, Syiah juga sama mau merusak Islam dari sisi tauhid. Makanya, ajaran Syiah mirip dengan ajaran Yahudi,” beber Ustadz Farid.
Kemiripan antara Syiah dengan Yahudi, bisa diperhatikan dari kesamaan keyakinan bahwa penerus kenabian harus dari kalangan keturunan. Yahudi berkeyakinan bahwa Nabi harus dari keturunan Bani Israil, Syiah juga berkeyakinan bahwa para Imam harus dari keturunan Nabi SAW. Kemudia dari prinsip ini, Syiah banyak membuat ajaran-ajaran baru.
“Karena imam dalam pandangan Syiah itu ma’shum (bebas dari dosa), mereka akhirnya mengkultuskan para imam. Jadi jangan heran di dalam Syiah ajaran terbanyak bukan dari Rasulullah, tetapi dari para Imamnya,” ungkap Ustadz Farid.
*Komponen Kekufuran Ada di Syiah
Menurut Ustadz Farid, kelompok orang beriman akan selalu memiliki musuh sepanjang zaman. Mereka terdiri dari lima komponen kekufuran yang akan selalu menentang orang beriman.
Lima komponen itu diantaranya, kelompok Al Kuffar atau orang-orang kafir, kelompok musyrikin (penyekutu Allah), munafiqin atau orang kafir berpenampilan Muslim, fasiqin atau Muslim pendosa, dan pengikut aliran sesat atau ahlul Bid’ah.
“Bila kita pelajari kitab-kitab rujukan Syiah, kelima komponen kekufuran ini ternyata ada di dalam ajaran Syiah,” katanya.
Kategori Al-Kuffar, menurut Ustadz Farid, terdapat dalam keyakinan Syiah bahwa jumlah ayat al-Qur’an itu bertambah dan berkurang. Sementara, konsensus para ulama menyatakan barangsiapa berkeyakinan bahwa al-Qur’an tidak sempurna adalah kafir. Konsensus itu berdasarkan penjelasan Allah yang menjamin keterjagaan Al-Qur’an.
“Inna Nahnu Nazzalna Dzikra wa inna lahu wa lahafizhun,” ucap Ustadz Farid mengutip QS. Al hijr:9.
Lanjutnya, kategori Munafiqin, di dalam ajaran Syiah terdapat pada konsep Taqiyah (kamuflase). Syiah membolehkan pengikutnya berbohong untuk menutupi ajaran agama mereka, kebenaran dapat mereka tutupi dengan alasan taqiyyah.
“Ini lebih berat daripada nifak (kemunafiqan),” katanya.
Kata Ustadz Farid, sepanjang sejarah gerakan Syiah selalu berubah menjadi gerakan pemberontakan. Prinsip ini ditanamkan oleh Abdullah bin Saba’ saat memberontak dari kekuasaan Ustaman bin Affan RA. “Khomeini menyebutnya sebagai revolusi,” cetusnya. Khomeini sendiri, menjalankan gerakan pemberontakan terhadap Syah Iran pada tahun 70an. (muqawamah.com)