Sikap Syi'ah Dalam Permasalan Fiqh
Oleh
: Syaikh Musthofa Al ‘Adawy
Dalam permasalahan fiqh mereka tidak berlandaskan
kepada hadits-hadits yang shohih dari nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,akan
tetapi mereka berdasarkan pada perkataan-perkataan dusta yang dibuat-buat oleh
ulama mereka sendiri,oleh karenanya fiqh mereka bathil,penuh penyimpangan dan
tidak boleh dianggap,tetapi kesalahan fatal mereka dalam fiqh tidak sebanding
dengan kesalahan dan kesesatan mereka dalam masalah aqidah,oleh karenanya
mereka membolehkan menikahi sembilan wanita,mereka berdalil dengan firman Alloh
Ta’ala
{ مثنى وثلاث ورباع} ( النساء 3 )
Yang mana mereka artikan kata wawu
didalam ayat tadi dengan menggabungkan / menambahkan, yang akhirnya menjadi
(2+3+4=9), padahal hal ini menyalahi kaidah bahasa arab,sementara nabi
memerintahkan para sahabat yang memiliki istri lebih dari empat,untuk menceraikan
istri-istri mereka sampai hanya tersisa empat saja.
Kemudian mereka juga menghalakan nikah
mut’ah,sebagaimana hal ini terjadi di Iran, Lebanon, dan Iraq, yang mana si
laki-laki menzinahi wanita yang dipilihnya dan memberikan beberapa lembar uang,dan
bahkan mereka membuka tempat-tempat nikah mut’ah sedari pagi buta dengan
anggapan agar diberkahi transaksi mereka ini,inilah sebagian aqidah
mereka,sedangkan Alloh dan rasul-Nya telah mengharamkan nikah mut’ah ini pada
hari Khoibar selama-lamanya.
Dan diantara sempalan kelompok Syi’ah
yang bernama Al Isma’iliyah (termasuk dari salah satu Syi’ah Al
Imamiyah),lantas apa yang mereka katakan? Sebagian mereka -yang ada di Yaman-
mengatakan : sholat itu dalam sehari semalam ada 50 kali,karena itulah yang Alloh
wajibkan,misalkan kita sholat dzuhur sekali mereka sholat 10 kali,dan bahkan
mereka menganggap kalau kita belum selesai sholat mereka sudah sholat 10 kali.
Dan kelompok lainnya mengatakan :
tidak,sholat bukan lima kali atau lima puluh kali,melainkan sembilan belas kali
dalam sehari semalam,namun apa yang mereka semua katakan ini adalah kedustaan
dan kebathilan.
Mereka juga dalam masalah sholat
berpendapat orang yang mengucapkan aamiin batal sholatnya,karena ucapan aamiin
menurut mereka termasuk dari berbicara,dan berbicara ketika sholat termasuk
dalam hal yang membatalkan sholat.Sebagian mereka juga berpendapat kalau
bersedekap itu membatalkan sholat,akan tetapi ini semua tidak ada apa-apanya
bila dibandingkan dengan penyimpangan-penyimpangan dan kesesatan mereka dalam
hal aqidah.
Oleh : Budi Marta Saudin
“Saya mengikuti madzhab fiqih imam
Ja’far Asshodiq”, begitulah jawaban seorang laki-laki separuh baya kepadaku,
setelah kutanya mengapa sholat dzuhur kok membaca qunut di roka’at terakhir?.
Kejadian tersebut di tanah kelahiranku tercinta ( Cirebon ) sekitar tahun 2007,
saat itu ada acara diskusi antara Prof. Dr. Jalaludin Rahmat ( Gembong Syi’ah
Indonesia ) dengan Prof. Dr. Salim Bajri, kulihat saat itu “pengikut madzhab
Imam Ja’far Asshodiq” berjumlah ratusan.
Diantara bentuk kekeliruan fatal yang
menyebar luas di kalangan kaum Muslimin memberikan julukan Ja’fariyah kepada
Syi’ah Imamiyah berdasarkan klaim mereka mengikuti pemahaman fiqih madzhab imam
Ja’far Asshodiq – Rohimahulloh-.
Para pembaca yang semoga di muliakan
Allah Ta’ala, jika kita teliti dengan cermat, tidak ada satu karya pun dalam
bidang fiqih dan hadits yang di tulis oleh Ja’far Asshodiq – Rohimahulloh-, hal
tersebut tidak seperti imam madzhab yang empat atau yang lainnya, mereka
meninggalkan karya ilmiyah dalam bidang fiqih dan hadits. Imam Abu Hanifah
-Rohimahulloh- meninggalkan kitab Al Fiqh Al Akbar , Imam Malik menulis
Almuwatho’, Imam Syafi’iy menulis kitab Arrisalah, Al Umm, Imam Ahmad menulis
Musnad.
Adapun riwayat yang disandarkan kepada Ja’far
Asshodiq -Rohimahulloh- adalah muncul beratus-ratus tahun setelah beliau
meninggal dunia. Kitab "Furu’ Al Kafi" karya Al Kulaini adalah kitab
fiqih Syi’ah Imamiyah yang di sandarkan kepada Ja’far Asshodiq. Al Kulaini
meninggal dunia pada tahun 329 H yaitu setelah 180 tahun meninggalnya Ja’far
Asshodiq,kitab fiqih Man Laa Yahdhuruhu Al Faqiih yang di tulis oleh Muhammad
bin Ali bin Babawaih Al Qummi yang meninggal tahun 381 H, yaitu setelah 230
tahun wafatnya Ja’far Asshodiq.
Jadi Fiqih Ja’far Asshodiq manakah yang
di ikuti oleh Syi’ah??
Fiqh Ja’fari: Khayalan Tingkat Tinggi Syi’ah
Selama ini orang-orang Syi’ah mengklaim
mereka bermadzhab fiqh Ja’fari, dan madzhab Ja’fari tak ubahnya seperti madzhab
imam-imam lainnya yaitu Abu Hanifah, Malik, As Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal
seperti yang mereka dakwakan.
Namun ironisnya, orang-orang Syi’ah
tidak memiliki kitab yang ditulis langsung oleh Imam Ja’far As Shadiq, begitu
juga tidak akan kita dapati murid-murid Imam Ja’far yang mengumpulkan dan
menuliskan madzhab Imam Ja’far dalam masalah fiqh, jikapun ada pasti kitab
tersebut akan bergulir dari generasi ke generasi, sebagaimana kitab-kitab para
Imam 4 Madzhab. Adapun kitab yang mereka nisbatkan kepada Imam Ja’far dalam
permasalahan fiqh adalah kitab yang baru muncul setelah sekian ratus tahun dari
wafatnya Imam Ja’far dan tidak memiliki sanad yang shahih dan terpercaya.
Diantara hakekat yang tersembunyi dari
kalangan awam Syi’ah adalah Ja’far As Shadiq dan Imam-Imam Syi’ah lainnya yang
berjumlah dua belas tidak pernah mengarang kitab baik dalam hal fiqh ataupun
hadits.
Padahal empat Imam milik Ahlus Sunnah
semuanya memiliki karya tulis dalam disiplin ilmu fiqh dan hadits,berikut ini
rinciannya:
-Imam Abu Hanifah mewariskan hadits
dalam “Musnad” beliau, adapun fiqh beliau, maka murid-murid senior beliaulah
yang menyusunkannya seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan As Syaibani.
-Imam Malik menuliskan hadits dan
permasalahan fiqh dalam kitab beliau “Al Muwattho”.
-Imam Syafi’i mewariskan dan menulis
hadits dalam “Musnad” beliau, dan fiqh dalam kitabnya “Al Umm”.
-Dan Imam Ahmad bin Hanbal maka kitab
“Musnad” beliau sudah sangat masyhur, adapun fiqh beliau telah disusun dan
dikarang oleh murid-murid beliau diantarannya Imam Al Khallal.
Alangkah kasihannya orang-orang Syi’ah,
Imam mereka Ja’far As Shadiq tidak memiliki karya tulis dalam hadits ataupun
fiqh, begitu juga tidak ada yang menyusunnya dari murid-murid beliau.
Adapun riwayat yang dinisbatkan
kepadanya yang muncul pertama kali yaitu kitab Furu’ Al Kafiy milik Al Kulaini
yang wafat pada tahun 329 H. Dengan kata lain setelah wafatnya Imam Ja’far As
Shadiq dengan jarak 180 tahun!
Keanehan fiqh Ja’fari ini mengingatkan
kita dengan kepalsuan Injil milik umat Nashrani, karena Injil baru ditulis
kurang lebih 175 tahun setelah wafatnya Isa.
(Usthurah Al-Madzhab Al-Ja’fari: Dr.
Thaha Hamid Ad Dulaimi)
Artikel terkait :