Friday, May 8, 2015

Pernyataan ( kamuflase ) Penasehat Tertinggi Republik Iran

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Setelah fitnah besar yang dilakukan oleh sekelompok penjahat dari agama Syi’ah 12 imam dengan perayaan wafatnya Ibunda Aisyah s, yang mereka jadikan sebagai hari raya dan kebahagiaan, dengan meyakinkan bahwa sekarang ini Aisyah s berada dalam neraka dan menjadi santapan api neraka -semoga Allah  melindungi kita dari kejahatan ini- dan setelah kemarahan di kebanyakan negara-negara Islam meluap atas tindakan lancang dan kurang ajar dari orang-orang kafir zindiq tersebut -semoga Allah melaknat mereka-, maka sebagian perwakilan Syi’ah dan sejumlah penanggung jawab berlomba-lomba untuk mengingkari (memprotes) perayaan tersebut yang isinya membodoh-bodohkan dan mempermainkan akal kaum muslimin. Pada edisi lalu telah saya siarkan keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Majelis Alul Bait Internasional, maka pada edisi kali ini saya akan memaparkan fatwa penasehat tertinggi Republik Iran, Sayyid Ali al-Khamenei, menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya dari sebagian ulama dan para cendekiawan Syi’ah yang dirilis oleh al-Jazirah, dan sejumlah besar stasiun televisi, dan situs-situs di internet.

Teks Pertanyaan itu sebagai berikut:
Yang mulia Ayatullah Teragung, Sayyid Ali al-Khamenei al-Husaini, semoga naungan Allah kekal atasnya.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Hari-hari ini umat Islam melewati krisis manhaj yang mengarah kepada berkobarnya fitnah di antara madzhab-madzhab Islam, dan terabaikannya skala prioritas untuk menyatukan barisan kaum muslimin. Satu hal yang bisa menjadi sebab munculnya fitnah internal dan pemecah belah upaya-upaya Islam dalam masalah-masalah sensitif dan menentukan masa depan, serta mengarah kepada menutup mata dari hasil-hasil yang dicapai oleh putra-putri umat Islam di Palestina, Libanon, Irak, Turki, Iran dan negeri-negeri Islam. Dan termasuk efek dari manhaj ekstrim ini adalah melontarkan sesuatu yang mengandung adanya kelancangan dan kekurangajaran terhadap simbol serta kesucian para pengikut sekte sunni yang mulia dengan cara yang disengaja dan diulang-ulang.
Karena itulah, apa pendapat yang mulia terhadap fenomena yang disebarluaskan oleh sebagian media satelit dan internet dari sebagian orang yang berafiliasi kepada ilmu, berupa penghinaan nyata dan cacian dengan kata-kata rendah dan kotor terhadap istri Rasulullah  ibunda kaum mukminin Sayyidah Aisyah dan menuduhnya dengan perbuatan yang bertentangan dengan kehormatan dan kemuliaan bagi istri-istri Nabi, ibunda kaum mukminin semoga Allah meridhai mereka semua.
Untuk itu kami mengharap dari yang mulia untuk menjelaskan sikap syar’i dengan jelas atas apa yang ditimbulkan oleh efek buruk seperti kegoncangan di tengah masyarakat Islam, menciptakan keadaan stress (tekanan jiwa) para pengikut madrasah ahlul bait  dan segenap kaum muslimin dari madzhab-madzhab Islam.
Perlu diketahui bahwa tindakan lancang dan kurang ajar ini dieksploitasi secara sistematis oleh sebagian orang yang ambisius dan suka menebarkan api fitnah di sebagian saluran satelit dan internet untuk menimbulkan keraguan dan mengacau balaukan medan Islam, memicu api fitnah di antara kaum muslimin.
Terakhir, semoga Anda tetap menjadi kemuliaan dan aset bagi Islam dan kaum muslimin.
4 syawal 1431 H
Jawab Sayyid Ali al-Khamenei:
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Haram hukumnya mencela simbol saudara-saudara kita ahlussunnah, apalagi tuduhan terhadap istri Nabi dengan perbuatan yang mencoreng kehormatannya, bahkan masalah ini tidak boleh dialamatkan kepada istri-istri Nabi, khususnya penghulu mereka Rasul teragung.
Semoga diberi taufik  kepada setiap kebaikan.

Tanggapan kami (Syaikh Mamduh):
Sesungguhnya jawaban yang ditulis oleh sayyid Ali al-Khamenei memerlukan waktu yang panjang dari saya untuk membantahnya, jika saya mau mungkin bisa menjadi buku tersendiri, mengingat penting dan bahayanya catatan dan tanggapan yang datang pada jawaban tersebut. Hanya saja saya akan meringkasnya dalam jawaban yang singkat dengan mengandalkan kecerdasan para pembaca yang mulia untuk memahami apa yang saya maksudkan. Berikut ini adalah beberapa tanggapan atas jawaban tersebut:
Pertama, sekalipun dosa dan kejahatan tersebut begitu hebat dan pengaruhnya terhadap kaum muslimin begitu dalam, akan tetapi kita mendapati jawaban yang diberikan tidak lebih dari dua baris saja!! Ini salah satu indikasi bahwa jawaban tersebut tidak mencerminkan besarnya masalah dan rasa sakit hati yang dialami oleh kaum muslimin di manapun berada.
Kedua, ia sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang para pelaku kejahatan tersebut, tidak menjelaskan hukum atas perbuatan mereka dan jahatnya ucapan mereka, tidak mengingkari apa yang mereka lakukan dengan pengingkaran yang nyata dan jelas, atau sekalipun hanya sekedar mengkritisi sambil lalu.
Ketiga, tidak menyebutkan nama ibunda Aisyah  dalam jawaban yang ia tulis, agar ia tidak terpaksa untuk mendoakan ridha atasnya, padahal pertanyaan yang diajukan dengan jelas menyebutkan nama, akan tetapi ia cukup mendiamkan semua itu dalam jawabannya.
Keempat, ia sempat menyinggung kehormatan Aisyah RA, hanya itu! Tidak menyinggung agamanya dan keutamaannya, dan tidak menyinggung bahwa Aisyah s  adalah wanita beriman termasuk penghuni sorga, karena mereka  (orang syiah itu) – sungguh disayangkan- menganggap Aisyah  itu kafir dan kekal dalam neraka -semoga Allah melindungi kita dari kesesatan ini- berdasarkan nash kitab-kitab dan ulama-ulama mereka.
Kelima, menganggap ibunda Aisyah  termasuk simbol ahlussunnah, bukan simbol Islam. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak ada urusan dengan ‘Aisyah, tidak ada juga ada ikatan antara Aisyah s dengan mereka. Maka ini menampakkan perbedaan antara kita ahlussunnah dengan mereka, kaum syi’ah. Kita menganggap bahwa simbol Syi’ah adalah simbol Islam, seperti Ali bin Abi Thalib, Fathimah, al-Hasan, al-Husain dan selain mereka y. Sementara mereka tidak menganggap bahwa simbol-simbol kita itu termasuk simbol Islam. Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan selain mereka y adalah simbol ahlussunnah menurut mereka, bukan simbol Islam. Di sinilah saya arahkan pertanyaan saya, kepada Penasehat Umum Sayyid Ali Khumna’i dan yang lainnya, siapakah yang berupaya menyatukan kaum muslimin dan urusan mereka, dan menganggap bahwa ahlul bait dan sahabat itu bersaudara, kami ataukah syi’ah?
Keenam, dalam jawabannya dia menyebut kata Nabi begitu saja, tanpa menyebutkan shalawat dan salam, padahal jika mereka menyebut salah satu imam mereka, pasti akan menyebutkan shalawat dan puja-pujian bagi mereka. Khutbah dan ceramah serta kitab-kitab mereka menjadi saksi dalam hal ini.
Ketujuh, dia menyebutkan haramnya menghina istri-istri Nabi i, di sini saya akan berhenti sejenak untuk mendiskusikan secara ilmiah dan tenang hingga kita sampai pada satu hakikat dan persamaan di antara kita dan mereka.
Sebelum saya mulai merinci secara ilmiah dan singkat, dan supaya saya juga menjadi orang yang obyektif, maka saya ucapkan terimakasih kepada Sayyid Ali al-Khamenei atas ucapan baiknya dalam mengharamkan penghinaan terhadap istri-istri Nabi i. Akan tetapi hal ini mengharuskan kepada satu masalah penting yang sangat serius, yaitu bahwa semua kitab referensi Syi’ah menunjukkan kafirnya ibunda kaum mukminin Aisyah s, wal iyadzu billahi. Ibn Babawaih al-Qummi yang berjuluk ash-Shaduq, dan al-Majlisi menukil adanya ijma’ (konsensus) agama Syi’ah atas hal itu. Keduanya berkata –redaksi ini milik al-Majlisi-, “Akidah kami dalam berlepas diri adalah, kami berlepas diri dari empat berhala; Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Mu’awiyah, serta dari empat wanita; Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam, serta dari seluruh pengikut dan pendukung mereka. Dan bahwa mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi ini. -Ash-Shaduq menambahkan, “dan kami meyakini bahwa mereka semua adalah musuh-musuh Allah dan Rasul Nya- dan bahwa iman kepada Allah dan Rasul Nya serta para imam, tidak akan sempurna kecuali setelah berlepas diri dari musuh-musuhnya tersebut.” Al-Hidayah, karya ash-Shaduq, 110/a, dan Haqqul Yakin, karya al-Majlisi, hal. 519.
Jadi, mereka melaknat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu’awiyah y dan berlepas diri dari mereka, tidak cukup sampai di situ, mereka juga melaknat putri Abu Bakar, yakni Aisyah, dan putri Umar, yakni Hafshah, dan berlepas diri dari keduanya, mereka mengaku bahwa para pengikut dan pendukung mereka, yakni ahlussunnah, adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi ini.
Saya cukupkan dengan satu riwayat ini saja yang terbilang sebagai ijma’ kelompok Syi’ah. Jika tidak, tentu saya ingin perincian lebih lanjut, dan saya akan menyebutkan ratusan riwayat dalam buku-buku rujukan mereka yang menjelaskan pengkhianatan Aisyah s, kekufuran dan wajibnya melaknat dirinya. Begitu pula dengan kafirnya Abu Bakar, Umar dan selain mereka y, serta wajib melaknat mereka.
Sekarang apa yang akan Anda katakan wahai penasehat tertinggi Republik Iran, tentang ijma’ yang diusung oleh semua buku rujukan Syi’ah ini? Apakah Anda akan mengatakan batilnya (rusuknya) buku-buku tersebut, atau Anda  akan diam terhadap kejahatan dan kebiadaban ini, dan cukup Anda mengatakan tidak boleh mencaci simbol-simbol ahlissunnah tanpa ada langkah nyata?!!
Saya meminta adanya aksi dari kalian, tidak cukup hanya dengan omongan, sebab omongan tidak berguna jika tanpa diiringi praktek nyata yang mengarah kepada harus dibuangnya buku-buku dan ceramah-ceramah serta pelajaran yang menjadikan pengkafiran sahabat dan pelaknatan mereka sebagai agama, yang dengannya mereka bertaqarrub kepada Allah.
Saya menghormati ucapan Anda yang mengharamkan mencaci dan menghina istri-istri Nabi i, tetapi ini menjadikan saya bertanya-tanya tentang rujukan agama Anda, sebab yang sudah dimaklumi bersama adalah bahwa rujukan Anda dalam beragama adalah al-Khumaini, lantas apa yang Anda katakan tentang al-Khumaini dalam bukunya Haqqul Yaqin, hal. 519,“Akidah kami dalam berlepas diri dari empat berhala, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu’awiyah, serta dari empat wanita; Aisyah, Hafshah, Hindun dan Ummul Hakam, serta dari semua pengikut dan pendukung mereka, dan bahwa mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi ini?”
Sayyid Husain al-Musawi (ulama Nejef) dalam kitabnya Lillahi tsumma lit Tarikh, hal. 72, mengatakan: “Sesungguhnya al-Khumaini selalu berdoa setiap pagi dan sore dengan ‘doa dua berhala Quraisy’, “Ya Allah, laknatlah dua berhala Quraisy Abu Bakar, dan Umar, juga para pendukungnya, pembelanya, dan dua putri mereka, Aisyah dan Hafshah…”
Sekarang, sesuai dengan fatwa Anda yang mengharamkan untuk mencaci para istri Rasulullah i yang karenanya kami berterima kasih kepada Anda, oleh karena itu Anda harus mengumumkan sikap berlepas diri Anda dari al-Khumaini dan akidahnya yang batil. Jika tidak, maka tidak ada gunanya sama sekali dari yang Anda ucapkan, dan setiap orang muslim akan memahami bahwa itu hanyalah fatwa yang berlindung di balik taqiyyah (kebohongan), untuk melayani kepentingan Anda sekalian!
Saya ingin menjelaskan kepada Anda bahwa rujukan agama Anda, yaitu al-Khumaini menyebutkan dalam buku yang sama, hal. 206, “Abu Bakar akan menjadi sahabat setan di neraka jahannam!” ia juga berkata tentang Umar t, pada halaman 223, “Umar dikenal bahwa ia adalah kafir, munafiq, musuh ahlul bait, dan pada lehernya tergantung semua dosa seluruh orang yang mati syahid.”
Sebagaimana saya ingin mengingatkan seriusnya masalah ini dengan fatwa Anda yang mengharamkan penghinaan terhadap para istri Nabi i, bahwasanya Anda tidak hanya menyelsihi buku-buku induk referensi Anda, sebaliknya Anda juga menyelisihi para imam Anda yang ma’shum, di mana menurut riwayat-riwayat kitab yang paling shahih menurut Anda bahwa mereka melaknat musuh-musuh Allah dalam shalat-shalat dan pada tiap akhir shalat mereka, seperti yang dilakukan oleh Imam Al-Shodiq AS. Al-Kulaini mengeluarkan dari al-Husain bin Tsuwair dan Abu Salamah al-Sarraj, keduanya berkata, Kami mendengar Abu Abdullah ‘alaihissalam tengah melaknat di tiap akhir shalat wajib empat tokoh laki-laki dan wanita; Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Mu’awiyah. Aisyah, Hafhsah, Hindun, dan Ummul Hakam saudara Mu’awiyah. (al-Kafi, 3/342, begitu pula al-Thusi meriwayatkan dalam al-Tahdzib, 1/227, dan Wasa`ilu al-Syi’ah, 4/1037)
Dari sini menjadi jelas, bahwa sekelompok berandalan Syi’ah yang mengadakan pesta syukuran di London tersebut yang meneriakkan kekafiran dan laknat terhadap ibunda Aisyah s dan para sahabat terbaik tidaklah dari omong kosong, tetapi mereka dapati itu semua dari buku-buku induk Syi’ah 12 imam yang penuh dengan pengkafiran dan laknat.
Sekarang, berdasarkan fatwa Anda, maka sebagai konsekuensinya adalah gugurnya kitab-kitab referensi Anda, gugurnya para imam Anda, dan gugurnya rujukan utama Anda, sebab mereka semua menyelisihi syariat Allah dan melakukan maksiat dan pelanggaran syariat yang nyata. Itu sesuai dengan ucapan Anda. Jika demikian, maka apakah yang tersisa dari agama Anda?
Untuk itulah saya mengatakan, selagi Anda menfatwakan haramnya menghina para istri Nabi i, maka wajib bagi Anda dengan fatwa tersebut untuk berlepas diri dari semua buku dan kitab yang isinya mencaci para istri Nabi i dan para sahabat, juga dari semua ulama dan rujukan yang mengharuskan melaknat ibunda kaum mukminin. Jika tidak, maka apa yang akan dikatakan oleh Sayyid al-Khamenei tentang semua teks yang dinukil dari kitab-kitab sandaran, para imam ma’shum mereka, dan para ulama serta rujukan terpercaya mereka tersebut?
Saya harap dengan komentar singkat ini, menjadi jelas gambarannya bagi seluruh kaum muslimin. Pada waktu yang sama majalah Qiblati memberikan hak untuk membantah dari siapa pun yang berkehendak dari kalangan ulama Syi’ah, baik di Indonesia maupun lainnya, dan ini termasuk obyekifitas ilmiah sehingga kami tidak mencaplok hak orang lain dan menolak pendapat mereka.
Selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita dan keluarga beliau, khususnya para istri beliau ibunda kaum mukminin, semoga Allah meridhai mereka semua.