Wednesday, September 30, 2015

Membongkar Ahlul Fitnah Penebar Berita Dusta Terkait Tragedi Mina 2015

Chirpstory


Menguliti propaganda media pro-Iran terkait tragedi Mina

AmeeraSenin, 14 Zulhijjah 1436 H / 28 September 2015 10:00
Menguliti propaganda media pro-Iran terkait tragedi Mina
Sejumlah media pro syiah memperkuat tudingan itu dengan sebuah video yang seolah-olah menunjukkan pangeran Arab Saudi menggelar konvoi dan menutup akses jalan. Namun setelah ditelusuri, ternyata video tersebut adalah video lama yang telah diunggah pada tahun 2012.

MINA (Arrahmah.com) – Beberapa surat kabar Inggris dihujani kritikan karena telah melakukan pemberitaan yang salah tentang penyebab tragedi di Mina yang terjadi pada Kamis (24/9/2015).
Colin Freeman, koresponden asing untuk The Telegraph, menuai kritikan di media sosial atas ceritanya yang menyatakan bahwa “desak-desakan yang memakan korban jiwa itu disebabkan karena polisi menutup dua pintu jalan masuk karena ada kunjungan VIP ke istana Raja Salman yang berada di dekat lokasi tragedi itu.”
Pada kenyataannya, kepanikan tersebut berlangsung di jalan yang jauh dari istana. Wartawan yang mengetahui topografi daerah itu tertawa dengan cerita palsu dan ketidaktahuan penulis mengenai kondisi yang sebenarnya.
“Daripada menerima tuduhan liar, seharusnya ia melakukan crosscheck dengan orang-orang yan berada di lapangan mengenai lokasi di Jalan No 204 (di mana tragedi itu terjadi) dan lokasi istana Raja Salman,” kata Jamil Radwan, seorang wartawan Mesir yang meliput pelaksanaan ibadah Haji, sebagaimana dilansir oleh Arab News, Ahad (27/9).
“Dua kutub yang terpisah. Dan juga, sama sekali tidak ada rombongan VIP di daerah itu,” Radwan menegaskan.
Dalam sebuah pernyataan kepada media, Duta Besar Saudi untuk Inggris, Pangeran Muhammad bin Nawaf, mengatakan bahwa kepanikan itu terjadi karena ada rombongan VIP yang lewat adalah benar-benar palsu.
“Ini adalah kebohongan berbahaya yang tidak memiliki dasar kebenaran apapun. Kendaraan dari pejabat Saudi tidak melakukan perjalanan melalui daerah ini,” katanya dan menjelaskan sumber dari rumor tersebut.
Rumor itu berasal dari saluran berita yang dikendalikan oleh negara Iran, Press TV dan Lebanon Adiyar, yang baru-baru ini juga salah mengklaim bahwa 200 masjid sedang dibangun di Jerman oleh Arab Saudi untuk pengungsi Suriah.
Dia mengatakan hal itu sangat disayangkan bahwa surat kabar arus utama Inggris telah menerima cerita itu sebagai sesuatu yang benar tanpa memeriksa keandalan sumber berita itu.
Analis keamanan Saudi, Nawaf Obaid, mengatakan: “Ini adalah kasus klasik jurnalisme amatir oleh media Inggris tertentu. (Mereka) telah menciptakan suatu realitas fiksi yang paralel.”
Pangeran Muhammad mengatakan bahwa Raja Salman telah memerintahkan untuk melakukan penyelidikan penuh atas penyebab bencana itu dan segera setelah hasilnya diketahui, penyebab-penyebab itu akan diumumkan.
Kepala Muslim World League (MWL) juga mengecam kritik Iran terhadap Arab Saudi.
“Pernyataan yang tidak bertanggung jawab dari beberapa pejabat Iran ditujukan untuk menyakiti Arab Saudi dan para pemimpinnya,” kata Sekretaris Jenderal MWL, Abdullah Al-Turki.
“Mereka ingin menyakiti Muslim di Arab Saudi dan kepemimpinannya yang melayani dua masjid suci.”
“Jenis berita apa itu?” Tanya seorang penulis Arab dan juga seorang pendidik, Khaled Al-Awadh di akun Twitter-nya dalam menanggapi Freeman, wartawan dari The Telegraph.
Wartawan Inggris, Ismaeel Nakhuda, mengatakan bahwa mayoritas media Barat tidak tahu tentang geografi lokasi pelaksanaan ibadah haji, sehingga mereka sering membuat kesalahan.
Sebagai tanggapan, beberapa pihak menyarankan bahwa kesempatan ini harus digunakan untuk mendidik para wartawan tentang Mina dan pelaksanaan ibadah haji.
Seoang warga Saudi, dengan akun @ nawaf442, memposting tweet di mana ia mengatakan: “Hanya untuk informasi: Desak-desakan dan terinjak-injak yang terjadi di sebuah stadion di Sheffield, Inggris, selama pertandingan Liverpool vs Nottingham, dihadiri oleh 40.000 penonton, mengakibatkan 100 orang tewas.”
Tweet itu di-retweet sebanyak 15.000 kali.
Seorang jamaah dari Pakistan, Muhammad Omar Ali Khan, mengatakan hal itu sangat disayangkan bahwa beberapa orang dan negara-negara melibatkan politik atas kematian pada jamaah.
“Ini sangat memalukan. Semoga Allah memberikan negara-negara itu bimbingan dan membimbing mereka untuk menghormati orang mati. Saya akan memaafkan media itu karena mereka tidak tahu tentang topografi dan pelaksanaan ibadah haji,” ungkap Ali Khan.
(ameera/arrahmah.com)