Tuesday, December 29, 2015

Generasi Salaf Ajarkan Sirah Nabawiyah ( Berdasarkan Riwayat-riwayat Shahih ) Seperti Mengajarkan Surat Al Qur’an

Kewajiban Membaca Sirah Nabawiyah

Asep Shobari; Generasi Salaf Ajarkan Sirah Nabawiyah Seperti Mengajarkan Surat Al Qur’an

Bangsa yang besar dibangun diatas sebuah sejarah. Bahkan, ilmu sejarah nabi Muhammad Saw merupakan suatu ilmu yang harus dikuasai oleh seorang ulama. Hal ini disampaikan Asep Shobari, peneliti sejarah INSISTS dan Pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) dalam acara Workshop “Metodologi Pembelajaran Sejarah”di Ma’had ‘Ali Imam Al Ghazali, Karanganyar, Sabtu (3/10)
Sejarah akan berulang, hakekatnya tetap sama yang berbeda pelakunya. Mengajarkan sejarah kepada anak merupakan suatu perkara yang penting. Terlebih mengajarkan sirah Nabi Muhammad Saw.
Beliau mengutip perkataan dari Ali bin Husain bin Ali ra, “Kami diajari maghazi (sirah nabawi) Rasulullah Saw sebagaimana diajari surat Al Qur’an”.
Yang menjadi permasalahan sekarang ini, mengapa pelajaran sejarah ini tidak menarik. Ada dua sebab pertama gurunya tidak menyajikan dengan menarik atau kedua minimnya sumber-sumber sejarah dimiliki.
Menurut da’I alumni Madinah ini, Sirah merupakan perjalanan hidup nabi Muhammad Saw yang mencakup segala aspek hidup dan peristiwa yang terkait dengannya, sejak sebelum beliau lahir hingga beberapa saat setelah wafat.
Ia menceritakan Rasulullah Saw telah mengadakan perubahan di jazirah Arab. Padahal usaha perubahan sudah dilakukan di Arab. “Namun usaha sebelum nabi Muhammad Saw, mental” tegasnya.
Rasulullah Saw hanya membutuhkan waktu 23 tahun. “Peristiwa ini merupakan, kejadian yang luar biasa” ungkapnya.
Rasulullah Saw mampu menyatukan suku-suku dimana awal mulanya suka berperang antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana bisa diketahui antara suku Aus dan Khazraj. Namun, ternyata setelah dakwah nabi Muhammad saw telah sampai kepada mereka. Menjadikan mereka bersaudara diatas ikatan iman.
Da’I peneliti insists ini memberikan sebuah pertanyaan kembali. Pendekatan apa yang bisa menyatukan masyarakat itu. “Ketika rasulullah Saw datang di Madinah mereka bisa disatukan” ujarnya.
Untuk mengetahui jawaban itu bisa dikaji dalam sirah nabawi. Dalam sirah itu dijelaskan bagaimana pergerakan Rasulullah saw strategi apa yang dipakai, jenis-jenis hambatan apa saja yang menghambat dakwah, dan bagaimana solusi keluar dari permasalahan itu.
Sirah nabawiyah merupakan interpretasi untuh dari seluruh ajaran al Qur’an. “Rosulullah itu model bagaimana melaksanakan Islam ini atau dikenal dengan uswah hasanah” ungkapnya.
Dengan mempelajari sirah nabawi ini, seseorang akan mengetahui proses sunnatullah yang berlangsung dimuka bumi ini. “Disana ada sunnah ibtila’ (ujian), sunnah tadafu’ dan sunnah tamkim (kekuasaan). (Anwar/annajah)

Kewajiban Membaca Sirah Nabawiyah

Oleh: Adi Permana Sidik, S.I.Kom., M.I.Kom. (Dosen FIKA USB YPKP)
 “Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam dengan baik, jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam itu”
(Haekal, Penulis buku Sejarah Hidup Muhammad)
Sahabat VOA-Islam...
Penggalan kalimat yang cukup singkat di atas, haruslah membuat kita tersentak dan merenung sebagai seorang Muslim. Sebagai seorang yang mengakui seorang Muhammad sebagai Nabi dan Rosul Allah. Hal ini paling tidak didasari oleh dua hal.                             
Pertama, tentu saja menyangkut pembuktian keimanan. Beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari aqidah seorang Muslim. Oleh karena itulah, menjadi sebuah kewajiban mengetahui sejarah hidup Nabi akhir zaman itu secara menyeluruh, walaupun tentu saja setebal apapun buku yang menulis tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, rasanya tidak akan mampu menggambarkan secara detail dan lengkap, hidup seorang Nabi Muhammad SAW karena begitu agung dan mulianya peri hidup seorang Nabi Muhammad SAW.                                                           
Kedua, adalah bahwa tidak mungkin kita bisa berislam yang benar, termasuk juga memperjuangkan Islam dengan benar, sebagai sebuah peradaban atau sistem hidup, jika kita tidak bisa memahami secara kaffah (menyeluruh) sejarah hidup seorang Nabi Muhammad SAW karena dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW lah kita akan bisa mengetahui, bukan hanya tata cara shalat Nabi Muhammad SAW, tapi kita juga dapat mengetahui bagaimana Nabi Muhammad SAW dahulu memperjuangkan Islam sebagai sistem hidup yang benar dan unggul dari sistem hidup lainnya.
Dengan membaca Sirah Nabawiyah, misalnya, kita akan tahu apakah dulu Nabi Muhammad SAW ketika menegakkan Al-Islam masuk ke dalam sistem jahiliyah atau berada di luar sistem jahiliyah (Darun Nadwah). Atau ternyata Nabi Muhammad SAW melakukan dua hal itu sekaligus, di luar sistem dengan Nabi Muhammad SAW tidak mau menerima tawaran sebagai Raja, dan juga di dalam sistem, dengan mengutus beberapa sahabatnya seperti pamannya Abbas ra. dalam rangka mengumpulkan informasi-informasi apa yang akan dilakukan oleh para musyrikin Quraisy saat itu, untuk kemudian nantinya disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga dengan informasi tersebut Nabi Muhammad SAW dapat melakukan strategi untuk melawannya. Dalam bahasa sekarang profesi Abbas ra dulu itu disebut sebagai intelejen.        
Pengetahuan ini penting sekali bagi kita sekarang ini, yang sedang berjuang menjadi pengemban risalah dakwah. Dengan membaca Sirah Nabawiyah secara benar, kita akan memiliki paduan yang lengkap seperti apa dan bagaimana risalah Al-Islam ini harus diperjuangkan.
Sejatinya, menurut Penulis, hal-hal prinsip yang sifatnya sudah final dan mutlak (tsawabit) dalam konteks perjuangan Al-Islam ini, sudah tersurat dan tersirat dari sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, tinggal kita mencontohnya saja, sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33:21)
Tentu berbeda dengan hal-hal yang bersifat mutaghayyirat artinya ada hal-hal memungkinkan mengalami penggantian, perubahan, takwil, dan pengembangan sesuai zaman dan konteks. Tapi, tetap saja yang menyesuaikan dengan zaman pun tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, dalam artian tidak boleh bertentangan dengan syari’at Allah.   
Umat Islam diseluruh dunia, saat ini sedang memasuki bulan Rabbiul Awwal di mana Sang Nabi Terakhir ini lahir, sebagian di antaranya ada yang memperingatinya. Menurut Penulis, kalaupun ada yang memeringatinya, substansi dari peringatan tersebut mestilah pada akhirnya harus bermuara pada dorongan untuk membaca secara lengkap sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.
Hari ini, buku-buku tentang sejarah Nabi Muhammad sangat banyak dan mudah untuk didapatkan di toko-toko buku. Beberapa buku sejarah hidup Nabi Muhammad SAW yang cukup popular seperti, Sirah Nabawiyyah dari Ibnu Hisyam, atau Sirah Nabawiyyah dari Al-Mubarokfury, Sejarah Hidup Muhammad dari Husein Haekal pun bisa jadi pilihan, di samping buku-buku Sejarah Muhammad dari penulis-penulis lainnya. Dengan demikian, wajib hukumnya bagi seorang yang mengaku sebagai Muslim untuk membaca Sirah Nabawiyah.  
Lebih jauh dari itu, membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW itu berkaitan dengan aqidah kita sebagai Muslim. Membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW adalah menjadi bukti awal, bahwa kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengimani beliau sebagai Nabi dan Rosul utusan Allah SWT.
Syahadat kita terdiri dua kalimat. Pertama, persaksian bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Kedua, persaksian Muhammad sebagai Nabi dan Rosul Allah. Syahadat ini tidak bisa dipisah-pisah. Jika kita hanya beriman kepada Allah sedangkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak, maka keislamannya tidak sah. Dan perlu diingat juga adalah sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dibaca tapi juga harus dipahami, dan diamalkan.
Sebagai Muslim kita jangan kalah oleh orang-orang kafir yang lebih semangat belajar dan membaca tentang sejarah hidup Nabi Muhammad SAW bahkan ada yang sudah menulisnya menjadi sebuah buku, walaupun apa yang mereka lakukan dihadapan Allah barangkali tidak ada gunanya kalau mereka (orang-orang kafir) sampai akhir hidupnya itu tidak mengimani kenabian Nabi Muhammad SAW. Wallahu’alam bis showab. [syahid/voa-islam.com]

Saran, baca Sirah Nabawi berdasarkan  riwayat-riwayat shahih, sesuai kaidah-kaidah ilmu hadits :

*Sirah Nabawiyah Prof.Dr.Mahdi Rizqullah Ahmad, Perisai Qur’an
*Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam