Tak Bisa Pertahankan IdentitasSekuler,
Presiden Gambia Proklamasikan Negara Islam
Sabtu,
12 Desember 2015 - 18:38 WIB
Tahun
2013, Yahya Jammeh menetapkan empat hari kerja bagi PNS dan menjadikan Jumat
sebagai hari libur agar banyak beribadah
Presiden
Gambia, Yahya Jammeh, telah memproklamirkan negaranya yang sebelumnya sekuler
menjadi Republik Islam. Presiden Jammeh juga menyatakan negaranya akan
bergabung dalam barisan Negara Islam lain.
Menurutnya,
Gambia tidak bisa mempertahankan identitas negara sekuler warisan rezim
kolonial terdahulu yang umumnya ditinggalkan di negara-negara Afrika Barat.
Gambia
menyatakan keluar dari kelompok Negara-Negara Persemakmuran Inggris pada tahun
2013 dan pernah mengatakan “tidak akan pernah menjadi anggota suatu lembaga
neo-kolonial apapun.”
Meski
memilih menjadi Negara Islam, Gambia mengatakan akan tetap menghargai keyakinan
lain penduduk. Menurut Jammeh, warga yang memiliki keyakinan lain masih akan
tetap bisa menjalankan aktivitasnya.tetapi dia ingin menghapus warisan yang
berupa kolonialisme.
“Sejalan
dengan identitas dan nilai-nilai relijius negara saya memploklamirkan Gambia
sebagai Negara Islam,” kata Jammeh di stasiun televisi milik Negara itu dikutip
laman theguardian.com, Sabtu (12/12/2015).
“Sebagai
negara yang mayoritasnya Muslim, Gambia tidak memperbolehkan untuk melanjutkan
warisan kolonial,” tambahnya.
Gambia memiliki
populasi sekitar 1,8 juta jiwa mayoritas Muslim.
Meski
Negara Afrika Barat ini dikenal sebagai tujuan wisata masyarakat Eropa karena
keindahan pantainya. Hubungannya dengan Inggris dan negara-negara Eropa lain
memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Yahya
Jammeh dikenal seorang orator animasi yang telah mendapatkan reputasi di
negaranya setelah berkuasa selama 21 tahun. Dia membuat gebrakan pada tahun
2013 dengan menyatakan Gambia keluar dari Negara Persemakmuran Inggris yang dia
sebut sebagai neo-kolonial. [Baca: Tolak Neo-Kolonialisme, Gambia Keluar
dari Persemakmuran Inggris]
Jammeh,
yang berkuasa setelah kudeta berdarah tahun 1994, memang dikenal dengan
kebiasaannya yang eksentrik. Tahun 2007, ia pernah mengumumkan bahwa dia bisa
menyembuhkan HIV-AIDS dalam waktu tiga hari dengan ramuan rempah-rempah
rahasia.
Pada
November Yahya Jammeh mengumumkan akan mencabut hukum khitan bagi wanita
setelah desakan internasional. Bagaimanapun para aktivis mengatakan desakan
internasional dibutuhkan untuk mendorong presiden agar merealisasikan
pernyataanya, menjadi undang-undang.
Tahun
2013, Gambia pernah menetapkan empat hari kerja bagi para pegawai negeri sipil,
dengan menambah hari Jumat sebagai hari libur.
Yahya
Jammeh mengatakan tambahan jam libur akan membuat warga Gambia yang kebanyakan
Muslim memiliki lebih banyak waktu untuk beribadah, bersosialisasi dan bercocok
tanam.
Selain
itu, sekolah negeri juga tutup pada hari Jumat, tetapi dibebaskan untuk masuk
lagi di hari Sabtu untuk mengganti hari yang hilang.
Belum
lama ini ia menjadi sorotan negara Barat karena sikapnya yang keras kepada kaum
homoseksual dan LGBT.
Yahya
Jammeh pernah mengancam akan menghukum mati seluruh homoseksual di negaranya
jika tertangkap. Ia bahkan mewujudkan nya undang-undang kriminalisasi kaum
homo.
Diberitakan RT.com, ancaman ini disampaikan oleh Presiden
Yahya Jammeh dari Gambia saat berpidato di hadapan rakyatnya, Rabu (13/5).
“Jika kau melakukannya (di Gambia) Saya akan menggorok lehermu,” kata Jammeh
dalam bahasa Wolof.*/Nashirul
Haq AR
Rep:
Admin Hidcom
Editor:
Cholis Akbar