Friday, December 4, 2015

Sifat Munafikin Adalah Menggembosi Jihad & Mencela Mujahidin

December 2, 2015
Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Kaum munafikin memiliki modus dan aksi yang berbeda-beda di setiap zaman dan tempat. Tapi mereka memiliki satu tabiat yang sama: banyak berdusta, malas beribadah, suka mencari muka, mencela pelaku kebaikan, mencibir orang-orang shalih dan yang berbuat baik, benci terhadap Islam dan menunggu-nunggu kehancurannya sehingga mereka menyangka Allah tidak akan menolong tentara-tentara-Nya (para mujahidin) dan tak akan memenangkan agama-Nya.
Allah menyingkap rahasia mereka di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan tetap terulang di zaman-zaman sesudahnya. Allah berfirman,
بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا
“Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa”. (QS. Al-Fath 48 : 12)
Karenanya, kaum munafikin menjadi kaum yang sangat semangat dan getol menggembosi jihad dan menyudutkan mujahidin. Menyampaikan kritik-kritik pedas yang melemahkan jihad dan melabeli aktifitas jihad dengan label-label negatife; teroris, khawarij, bughat, dan semisalnya. Mereka melarang kaum muslimin menyampaikan infak mereka untuk kegiatan jihad (perang) fie sabilillah sehingga Islam melemah dan kebangkitan Islam terkubur.
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa mencibir orang-orang yang beramal untuk Allah itu termasuk sifat munafik. “Tak seorangpun lepas dari kritikan dan celaan kaum ini dalam semua kondisi. Sampaipun orang-orang yang bersedekah akan selamat dari (celaan) mereka. Jika ada orang yang datang (bersedekah) dengan harta yang banyak maka mereka berkata: ini orang riya’ (pamer dan berharap pujian,-terj). Jika datang (bersedekah) dengan harta sedikit maka mereka berkata: Sesunguhnya Allah tidak butuh sedaqoh ini,” kata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, QS. At-Taubah ayat 79.
Kaum munafikin absen dari amal-amal kebaikan untuk dien ini. Mereka tidak mau berkontribusi memberi manfaat untuk Islam dan kaum muslimin. Perhatikan ayat berikut ini yang turun berkaitan dengan Jadd bin Qais, manakala Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Wahai Jadd, maukah engkau memberi pelajaran kepada Bangsa Romawidi tahun ini?”.
Lantas Al-Jadd menolak sambil mengungkapkan alasannya, “Wahai Rasulullah, alangkah baiknya engkau beri izin aku (untuk tidak berperang) dan tidak menjerumuskanku ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku mengenalku sebagai laki-laki yang tidak kuat terhadap wanita, aku takut jika aku melihat wanita Bani Ashfar (Romawi/Eropa) aku tak tahan.” Kemudian terhadap Al-Jadd ini turun ayat,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
“Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah”. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah 9 : 49)
Kekhawatirannya terhadap godaan wanita Romawi tidaklah seberapa. Bukan itu masalah utamanya. Tapi mentalitasnya yang ingin berpaling dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dan sikap egoisnya daripada agama Allah dan Rasul-Nya.
Abu Ja’far al-Thabari dalam menafsirkan QS. At-Taubah ayat 45 berkata, “ini adalah pemberitaan dari Allah kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang tanda orang munafikin: di antara tanda-tanda mereka yang dapat diketahui adalah tidak mau ikut berjihad fi sabilillah. Mereka meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak ikut keluar bersama beliau jika mereka diseru berjihad dengan menyampaikan alasan-alasan palsu”.
Allah berkata Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam: Ya Muhammad, jangan sekali-kali kamu beri izin untuk tidak ikut bersamamu jika kamu pergi untuk memerangi musuhmu kepada siapa siapa yang telah meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad tanpa ada udzur. Karena tidaklah meminta izin kepadamu dalam masalah itu kecuali ia seorang munafik yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sementara orang yang membenarkan Allah dan mengakui keesaan-Nya, beriman dengan hari kebangkitan dan negeri akhirat, pahala dan siksa; maka ia tak akan meminta izin untuk tidak ikut berperang dan berjihad melawan musuh-musuh Allah dengan harta dan jiwanya”.
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan tentang sifat mereka yang enggan berjihad fi sabilillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
“Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan”. (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah-nya atas shahih Muslim, “Maknanya: siapa yang melakukan ini maka dia menyerupai orang-orang munafik yang meninggalkanjihad dalam sifat ini. Sebab meninggalkan jihad adalah satu cabang kemunafikan”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam al-Fatawa, “yang dimaksud dengan nifak kecil adalah nifak dalam amal dan yang serupa, seperti berbohong ketika bicara, ingkar ketika berjanji, berhianat ketika diberi amanat, atau berlebihan ketika bertengkar. Termasuk dalam masalah ini adalah berpaling dari jihad. Sikap ini termasuk karakter orang-orang munafik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia meninggal di atas satu cabang kenifakan”.
Semua ini menjadi peringatan bagi kaum muslimin agar waspada terhadap kaum munafikin dari tipu daya, makar dan berbagai bentuk permusuhan mereka; di mana hal tersebut sulit diendus dan dideteksi. Juga agar mereka menjauhi sifat-sifat orang-orang munafik yang benci kepada perjuangan Islam dan suka mencela para mujahidin. Lalu mereka mengambil peran dalam perjuangan jihad ini, walau minimalnya masih dalam hati mereka berupa niat. Semoga Allah tolong tentara-tentara-Nya dan menganugerahkan kemenangan untuk mereka serta meninggikan agama-Nya di atas isme dan agama-agama yang ada. Aamiin… [AH/Khobarun-News]