Turki: Ingin Kuasai Suriah?
Hadapi Kami Dulu!!
Tanah
Suriah tidak akan menjadi bagian dari "tujuan imperium, Rusia", kata
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, hari Selasa (22/12). Dia bersumpah
bahwa mereka yang menindas rakyat Suriah akan menghadapi Turki.
"Rusia
harus mendekati rakyat lain dengan persahabatan dan saling menghormati dan
meninggalkan gaya kebohongan dan tuduhan Uni Soviet. Tanah Suriah tidak dan
tidak akan menjadi bagian dari tujuan imperialistik Rusia," katanya,
seperti dikutip harian Turki, Hurriyet Daily News.
Davutoglu
mengecam serangan militer Rusia di Aleppo dan Idlib baru-baru ini yang
menewaskan puluhan warga sipil tak bersenjata.
"Rakyat
Suriah teman dan saudara kita. Kami selalu mencoba untuk berdiri bersama mereka
dalam setiap masalah. Mereka yang mengambil Suriah akan menghadapi kami,"
kata Davutoglu dalam pidato di depan parlemen. Dia tidak menyebut negara, namun
itu merujuk pada Rusia yang baru menyerang Aleppo dan Idlib di Suriah.
Hubungan
antara Turki dan Rusia menjadi tegang sejak jatuh jet tempur Rusia pada 24
November oleh militer Turki dengan alasan hal itu melanggar wilayah udara
Turki.
Serangan
militer Rusia yang dimulai pada 30 September dikritik kera s oleh blok Barat
yang menuduh sasaran sebenarnya adalah kelompok oposisi yang
"moderat", bukan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS).
"Hanya
391 dari 4.198 serangan Rusia yang menargetkan DAESH (singkatan bahasa Arab
untuk NIIS). Selebihnya serangan dilakukan di daerah dekat perbatasan Turki dan
menargetkan oposisi moderat dan bahkan warga sipil," kata Davutoglu.
"Apa dasar dari keberadaan Anda (Rusia-Red.) di Suriah? Mengapa 90
persen serangan udara penargetan warga sipil dan kelompok-kelompok oposisi
moderat? Mengapa Anda membom pegunungan Turkmen, Idlib, Aleppo dan warga sipil,
meskipun Anda mengatakan Anda berada di sana untuk melawan DAESH?"
kata dia.
Davutoglu
menyamakan situasi Suriah seperti Bosnia pada tahun 1990-an. Turki menyatakan
akan bersuara atas nama persaudaraan bangsa-bangsa di Timur Tengah.
Davutoglu
menilai ISIS menjadi lebih kuat setelah intervensi Rusia di Suriah.
"Dibandingkan dengan situasi pada 30 September, DAESH mengendalikan daerah
yang lebih besar," katanya.
Sumber:
satuharapan.com
Turki Tolak Semua Rencana Terkait Suriah Jika Rezim Assad Belum
Lengser
PM
Turki Ahmet Davutoglu menolak segala upaya perdamaian dalam rangka mengakhiri
konflik Suriah yang tidak menyertakan poin pelengseran Presiden Bashar Assad.
Pernyataan
sikap Davutoglu itu disampaikan sehari pasca Dewan Keamanan PBB menyetujui
draft perdamaian untuk mengakhiri perang yang sudah memasuki tahun kelima.
“Resolusi
semacam itu tidak akan pernah bisa membantu memecahkan atau menyelesaikan
permasalahan Suriah, sementara rezim Assad masih berkuasa,” kata Davutoglu pada
hari Sabtu (19/12) pekan lalu saat menjelaskan bahwa negaranya akan bekerja ke
arah demokrasi yang akan dibawanya ke Suriah.
“Semakin
lama Assad berkuasa, akan semakin banyak terjadi kekacauan… setiap negara harus
tahu bahwa Assad tidak perduli dengan kepentingan-kepentingan mereka,” kata
dia.
Dalam
perundingan yang diselenggarakan di New York, para pemimpin dunia menyepakati
sebuah draft rencana perdamaian untuk mengakhiri peperangan antara oposisi
Suriah dengan Assad. (Baca juga: Ini Hasil Resolusi DK PBB
Terkait Konflik Suriah)
Rencana
yang disampaikan oleh Menlu AS John Kerry itu mendorong terbentuknya
pemerintahan transisi dalam enam bulan ke depan, dengan agenda menyelenggarakan
pemilu yang harus sudah dilakukan dalam satu setengah tahun ke depan.
Namun
demikian, rencana itu tidak membahas sejumlah hambatan yang sedang dihadapi
para diplomat dalam rangka membawa kedua pihak secara bersama-sama duduk dalam
satu meja perundingan, yaitu terkait nasib Bashar Assad yang oleh mayoritas
kelompok oposisi ditolak terlibat dalam proses perdamaian.
Turki
dan Presiden AS Obama sebelumnya pernah menyatakan menolak solusi apapun yang
tidak menyertakan syarat pelengseran Bashar Assad. Penolakan yang sama juga
disampaikan oleh hampir semua faksi oposisi Suriah.
Di sisi
lain, sekutu Assad, yaitu Iran juga menolak berunding dengan kelompok-kelompok
yang mereka anggap sebagai teroris seperti Ahrarus Syam yang digambarkan oleh
Teheran sebagai sebuah organisasi teroris. Sementara dua kelompok jihadis utama
yang sama-sama terkait dengan al-Qaidah, yaitu JN dan ISIS sudah sejak awal
tidak disertakan dalam perundingan.
Penulis:
Yasin Muslim
Sumber: Aljazeera
http://www.kiblat.net/2015/12/22/turki-tolak-semua-rencana-terkait-suriah-jika-rezim-assad-belum-lengser/
http://www.kiblat.net/2015/12/22/turki-tolak-semua-rencana-terkait-suriah-jika-rezim-assad-belum-lengser/
Erdogan: Iran Akan Dukung Asad Sampai Kapan Pun, Kami Juga Akan
Melawan Asad Sampai Kapan Pun
31/10/15 | 17:13
Ankara. Presiden Turki,Recep Tayyip Erdogan,
menamakan perang di Suriah sebagai perang kemerdekaan yang dilakukan oleh
oposisi moderat melawan penguasa yang zhalim.
Seperti
dilansir Turkey Post, Sabtu (31/10/2015) hari ini, Erdogan
mengatakan, “Kelompok oposisi moderat di Suriah sana sedang melakukan perang
kemerdekaan. Mereka benar-benar pahlawan kemerdekaan. Tidak mungkin kita sebut
mereka sebagai teroris.”
Erdogan
menambahkan, “Tidak masuk akal kalau masih ada diplomasi dunia yang masih
membela satu orang yang telah membunuh 370 ribu orang. Tidak masuk akal orang
seperti ini disambut dengan karpet merah.” Ungkapannya ini adalah untuk
mengkritik sikap Rusia yang menerima kunjungan Asad beberapa hari yang lalu.
Tentang
sikap Iran dalam krisis Suriah, Erdogan mengatakan, “Iran telah mengatakan akan
mendukung rezim Asad sampai kapan pun. Kalau begitu kami katakan akan melawan
rezim Asad hingga kapan pun. Kami akan mendukung rakyat Suriah, mendukung
pasukan oposisi moderat.” (msa/dakwatuna)
Redaktur: M Sofwan