Saturday, May 7, 2016

Syekh Ali Bin Abdullah Al-'Ammary ( Pakar Syiah ) : Ajaran Syi’ah Dipenuhi Dengan Laknat Kepada Para Sahabat Nabi. Mungkinkah Sunni-Syiah Bergandeng Tangan?

Syaikh Ali Al Amary menyampaikan materi tentang kesesatan Syiah

Kamis, 5 Mei 2016 05:01
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) melalui majelis fatwa dan kajian mengadakan daurah dengan tema “Naqdh Aqo’id Asy Syi’ah Al Imamiyah” hadir sebagai pemateri seorang pakar ajaran Syi’ah, Syaikh Ali bin Abdullah Al Amary.
Acara yang dihadiri 150-an peserta dari seluruh Indonesia ini berlangsung mulai Rabu hingga Jumat (4-6/5/2016) di hotel Balairung, Jakarta. Materi yang dibahas adalah tentang ajaran Syi’ah ditimbang dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pada Rabu siang, Syaikh Ali Amary memaparkan tentang asal usul berdirinya Syi’ah. Dimana ajaran ini dibawa oleh seorang Yahudi yang mengaku-ngaku masuk Islam. “Abdullah bin Saba’ yang membawa ajaran Syi’ah, yang pokok ajarannya adalah mengkafirkan para sahabat nabi,” kata Syaikh Ali.
Ajaran Syi’ah, kata beliau dipenuhi dengan laknat kepada para sahabat nabi.” Abu Bakar dan Umar dijuluki sebagai Aljibtu wat thoghut,” ungkap beliau.
Syi’ah sendiri sebanarnya bermacam-macam, totalnya ada puluhan aliran yang sesama mereka saling menyalahkan dan mengkafirkan.
“Ada 73 kelompok Syi’ah dan mereka itu saling mengkafirkan satu dengan yang lainnya,” paparnya.
Menurut Syaikh Ali, ada Syi’ah yang dekat dengan Ahlussunnah, yaitu Syiah Zaidiyah, mereka menerima kepemimpinan Abu Bakar dan Umar.
“Syi’ah yang lainnya seperti Rafidha, Hutsi dan Jarudiyah melakukan pengkafiran kepada sahabat nabi,” terangnya.
Berbeda dengan Ahlussunnah, Syi’ah meyakini ajarannya bahwa konsekwensi cinta kepada ahlul bait adalah membenci sahabat nabi.
“Kami Ahlussunnah mencintai ahlul bait juga mencintai sahabat nabi semuanya,” jelasnya.
Terkait dengan kekuatan Syiah saat ini, Syaikh Ali mewasiatkan agar umat Islam Ahlussunnah memahami betul akidah yang benar. “Ketika masyarakat tahu bahayanya Syi’ah maka mereka tak mungkin akan bisa tertarik dengan ajarannya,” tegasnya.
Menjelaskan kondisi Iran, yang notabene adalah negara Syi’ah, Syaikh Ali mengatakan bahwa tak ada masjid Ahlussunnah berdiri tegak disana. Muslim Sunni yang ingin sholat di masjid harus sembunyi-sembunyi.
“Kalau mau sholat harus datang ke masjid di komplek Kedubes Saudi dulu,” paparnya.
Syi’ah juga menaruh benci yang besar kepada Ahlussunnah. Dimana mereka mau bergaul dengan siapapun, meskipun dengan orang Yahudi dan Nasrani, tapi tidak mau dengan Ahlussunnah.
“Mereka punya ribuat website, tak ada satupun bantahan kepada Yahudi dan Nasrani. Tapi kepada Ahlussunnah mereka terus memberikan bantahan,” tandasnya. (ibnu)

Mungkinkah Sunni-Syiah Bergandeng Tangan?

Jumat, 6 Mei 2016 18:19
Daurah yang diselenggarakan oleh Majelis Dakwah dan Kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mulai Rabu-Jumat (4-6/5/2016) di Jakarta berlangsung lancar.

150 peserta mendengarkan materi yang diampaikan Syaikh Ali bin Abdullah Al Amary dengan antusias. Ulama muda asal Arab Saudi ini menjelaskan materi dengan bahasa Arab fusha, panjang lebar membahas tentang kesesatan akidah Syiah ditimbang dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Diakhir sesi, Syaikh Ali mengingatkan kembali akan bahaya Syiah, dan umat Islam hendaknya tidak terkecoh dengan tipu daya Iran, yang notabene adalah negara Syiah.
“Banyak yang tertipu dengan sikap Iran kepada Israel. Seolah Iran sangat memusuhi Israel,” kata Syaikh Ali.
Padahal, apa yang dilakukan oleh Iran hanyalah sebuah sandiwara belaka, tak pernah bisa dibuktikan.
“Sudah puluhan tahun Iran mengancam akan menghancurkan Israel, tapi nyatanya tak ada satu rudal pun yang ditujukan kepada Israel,” terang Syaikh Ali.
Sikap Iran yang terlihat berani kepada Israel, membuat banyak orang tertipu sehingga banyak yang mendukung Iran.
“Negara Syiah Iran banyak disanjung oleh umat Islam. Masih banyak yang belum tahu hakikat Syiah,” tegas Syaikh Ali.
Selama ini Iran mengaku sebagai negara Islam yang menerapkan syariat dan ajaran Islam. Padahal, kata Syaikh Ali, itu hanya klaim belaka.
“Iran adalah negara Syiah, bukan negara Islam. Syiah mengambilnya dari Persia dan Persia itu Majusi,” jelas Syaikh Ali.
Syaikh Ali mengatakan, klaim Iran sebagai negara Islam termentahkan dengan fakta bahwa di Teheran (ibukota Iran –red) tak ada masjid Ahlussunnah yang berdiri.
“Satu-satunya ibukota negara di dunia yang tidak berdiri masjid Ahlussunnah yaitu di Teheran. Kalau muslim Sunni mau sholat biasanya datang ke kantor Kedubes Saudi atau Pakistan,” kata Syaikh Ali.
Syaikh Ali juga menegaskan bahwa Syiah, selain rusak dalam hal akidah, juga sangat memusuhi Ahlussunnah.
“Ketika kekuatan Syiah disebuah negeri masih kecil, mereka pura-pura berbaik hati. Tetapi jika sudah besar maka akan membantai Ahlussunnah,” tegas Syaikh Ali.
Syaikh Ali memberikan contoh kejadian tersebut di Irak. “Lihatlah apa yang terjadi di Irak. Disana, pada masa Abbasiyah, jadi pusat peradaban muslim Ahlussunnah, tapi sekarang telah dikuasai Syiah dan kemudian Ahlussunnah hidup dalam tekanan,” ujar Syaikh Ali.
Selain Irak, Syaikh Ali juga menyebut Suriah, negeri yang kini sedang ditimpa duka nestapa.
“Lihatlah di Suriah, Ahlussunnah banyak dibunuh seperti dikota Madaya dan lain-lain,” papar Syaikh Ali.
Tentang adanya taqrib atau pendekatan antara Ahlussunnah dan Syiah, Syaikh Ali menganggapnya sebagai isapan jempol belaka.
“Bagaimana bisa ada taqrib, sementara mereka mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan sebagian besar sahabat nabi. Dahulu Syaikh Yusuf Qardhawi mendukung upayataqrib ini tapi kemudian beliau meralatnya karena tahu hakikat Syiah sebenarnya,” jelas Syaikh Ali.
Syiah telah mengkafirkan sebagian besar sahabat nabi, padahal jumlah sahabat nabi lebih dari 100 ribu orang.
“Lebih dari 100 ribu sahabat nabi, Syiah meyakini sebagian besar sahabat nabi murtad, menganggap yang beriman hanya sebagian saja diantaranya Miqdad bin Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Ali bin Abi Thalib,” ujar Syaikh Ali.
Menurut Syaikh Ali, Syiah sama saja telah menganggap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam gagal dalam mendidik umat, karena sahabat adalah orang yang mendampingi dan belajar langsung kepada nabi.
Sementara itu, perwakilan peserta daurah yang menyampaikan testimoni penutupan, Ustadz Muhammad Said Abdusshomad, mengatakan bahwa dia sangat senang bisa mengikuti acara ini.
Untuk mengatasi Syiah di Indonesia, kata beliau, bisa dengan cara melakukan sosialisasi buku panduan yang diterbitkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang penyimpangan Syiah.
“Buku panduan dari MUI itu dijelaskan kepada masyarakat seluas-luasnya,” kata ustadz Said.
Selain buku dari MUI, hendaknya ada sebagian da’i yang membaca buku-buku karya tokoh Syiah Indonesia, Jalaludin Rakhmat, untuk diteliti karena didalamnya banyak terkandung ajaran-ajaran Syiah.
“Bukunya Jalaludin Rakhmat berjudul Islam alternatif, disana jelas sekali Jalal menampakkan akidah Syiah imamiyah yang berkeinginan untuk mendirikan negara diatas negara,” papar Ustadz Said.
Karna itu, lanjut beliau, dengan modal dua buku tadi sebenarnya umat Islam sudah punya bekal untuk menghadang gerakan Syiah di Indonesia.
“Bawa buku-buku tersebut dan laporkan ke DPR dan kepolisan,” tutup Ustadz Said. (ibnu)