Menlu Saudi: Kami Akan Terus
Persenjatai Mujahidin SuriahHingga AssadTumbang
Menteri luar negeri Saudi, Adel al-Jubeir, menegaskan
bahwa negaranya akan terus memberikan dukungan militer kepada kelompok
mujahidin Suriah hingga Syiah Bashar al-Assad tumbang atau menerima negosiasi
politik.
Pernyataan ini dikatakan Menlu Adel al-Jubeir dalam
konferensi pers bersama dengan Kepala Perwakilan Tinggi Urusan Luar Negeri Uni
Eropa, Federica Morgana, di kota Jeddah pada hari Senin (30/05) kemarin.
“Ada pandangan berbeda antara Saudi dengan Uni Eropa
khususny terkait dengan konflik di Suriah, Irak, Yaman, dan Libya. Kita tahu
bersama bahwa sangat sulit untuk menegakkan resolusi PBB berkaitan dengan
krisis Suriah, khususnya setelah ada negara besar yang mencoba melindungi Syiah
Assad,” ujar Menlu Adel al-Jubeir.
Menlu Adel al-Jubeir melanjutkan, “Kami tahu bahwa ada
konsensus internasional mengenai solusi politik di Suriah berdasarkan hasil
perundingan Jenewa 1 dan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2254. Akan tetapi kami
akan terus memberikan dukungan militer kepada kelompok mujahidin moderat
Suriah.”
Menurut Adel al-Jubeir, Presiden Syiah Assad tidak
serius untuk menyelesaikan konflik di negaranya secara damai, terlebih setelah
penolakannya untuk memulai proses transisi nasional sebagai solusi damai
konflik yang telah berlangsung sejak tahun 2011. (Cnnarabic/Ram)
Iran Biang Kerok Isu Sektarian
Timur Tengah
Menteri
Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir, mengatakan bahwa intervensi Iran telah
memicu kekacauan dan perpecahan di negara sekutu sesama Syiah Irak. Oleh
karenanya, Al-Jubeir meminta Iran untuk berhenti campur tangan.
“Hasutan
dan perpecahan di Irak adalah hasil dari kebijakan sektarian yang dikembangkan
oleh Iran di Irak,” kata Al-Jubeir dalam konferensi pers bersama dengan Menteri
Luar Negeri Inggris Philip Hammond di Jeddah, pada Ahad (29/5) sebagaimana
dikutip Middle East Update dari Arab News.
Dia
mengatakan bahwa Iran telah menciptakan kekacauan di Irak dengan mendukung
milisi sesama Syiah. “Jika Iran ingin stabilitas di Irak, mereka harus berhenti
intervensi dan menarik diri,” tambah Al-Jubeir.
Teheran
telah mengirimkan kontingen militer untuk membantu dan mengkoordinir milisi
sesama Syiah di Irak dan juga di Suriah untuk mendukung pasukan rezim diktator
Syiah Nusyairiyah Bashar Assad dalam melawan kelompok-kelompok pejuang Islam.
Republik Syiah Iran berdalih bahwa kontingen militer dikirim ke kedua negara
saudara seiman mereka itu atas permintaan pemerintah tuan rumah.
Al-Jubeir
mengatakan bahwa kehadiran Iran di Irak, dengan atau tanpa undangan, adalah
“tidak dapat diterima.”
“Iran
harus menghormati prinsip hubungan bertetangga yang baik, untuk fokus pada
situasi internal dan tidak campur tangan dalam urusan negara-negara lain di
kawasan, terutama Irak,” kata Jubeir.
Dewan
Kerjasama Teluk (GCC) sebelumnya telah mengecam Iran yang mendukung milisi
sesama Syiah lainnya di Yaman, yang dikenal sebagai Houthi. Kelompok teroris
itu bekerja dengan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dalam memerangi
Pemerintah sah yang diakui, Presiden Abid Rabbu Mansur.
Sumber : antiliberal.com
Menlu Saudi: Garda Revolusi Iran Perangi Bangsa Suriah
Menteri luar negri Arab Saudi, ‘Adel Al
Jubair menilai Iran sebagai negara yang sangat buruk. Mengingat sikap mereka
terhadap Iraq yang tidak sesuai dengan undang-undang internasional.
“Sikap Iran sangatlah buruk,” ujarnya
saat diwawancarai di salah satu stasion televisi rusia, sebagaimana dilansir
jisrtv.com pada jum’at (27/5)
Mengingat Qosim Sulaimani yang bergabung
membentuk kelompok teroris. Garda Revolusi Iran dan Pasukan Korps Al quds
merupakan kesatuan teroris yang dipimpinnya.
Ia menegaskan bahwa Garda Revolusi Iran
telah memerangi bangsa Suriah, juga membentuk pasukan di Iraq. Mereka melakukan
penghancuran di mana-mana dan melakukan terorisme di setiap tempat.
‘Adil menyatakan bahwa pasukan korps
Iran dan Garda Revolusi yang dipimpin Qosim Sulaimany melanggar peraturan dunia
internasional. Mereka bersikap buruk terhadap tetangga, dan selalu ikut campur
terhadap urusan negara lain.
Seharusnya Iran tak lagi mencampuri
urusan negara lain, termasuk mendukung salah satu milisi di sebuah negara.
Karna apa yang mereka lakukan ini justru menyalakan fitnah dan membuat
keresahan di tengah masyarakat.
Ia menambahkan, sikap negaranya tetap
sama. Transisi politik harus diterapkan di Suriah, dan Basyar Asad harus turun
dari jabatannya. Sebagaimana keputusan PBB dalam perundingan Jenewa 1 no. 5224,
menurut penafsirannya juga pihak oposisi.
“Jika kita melakukan pembicaraan, maka
hal terpenting adalah transisi politik, dan Basyar Asad harus pergi tinggalkan
Suriah,” ujarnya saat menutup pembicaraan.
Menteri
Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa konflik agama yang ada di Irak
disebabkan oleh campur tangan Iran di Negara tersebut.
“Konflik agama Irak disebabkan oleh ikut campur
Iran,” kata Jubeir, seperti dilansir al-Arabiya. Ia menambahkan bahwa Saudi
berkeras bahwa pasukan Iran harus ditarik dari Irak.
Awal pekan lalu, Kementerian Pertahanan Irak
mempublikasikan laporan resmi yang menyatakan bahwa Brigade Hizbullah Irak
terlibat dalam perang di Faluujah.
Jubeir menuduh Iran menabur "hasutan"
di Irak dan mendesak Teheran untuk "menghentikan intervensi" di
urusan dalam negeri tetangganya.
"Hasutan dan perpecahan di Irak adalah
hasil dari kebijakan sektarian yang berkembang dari kebijakan Iran di
Irak," tambahnya sebagaimana dilansir CNN (30/5/16).
(nisyi/syiahindonesia.com)
http://www.syiahindonesia.com/2016/06/menlu-arab-saudi-iran-adalah-penyebab-konflik-agama-di-irak.html
http://www.syiahindonesia.com/2016/06/menlu-arab-saudi-iran-adalah-penyebab-konflik-agama-di-irak.html
Menlu Saudi: Iran Telah
Menjajah Tanah
Bangsa Arab
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir
menegaskan bahwa kehadiran Iran di tanah Suriah untuk mendukung pemerintah yang
sudah tidak diakui rakyatnya merupakan suatu bentuk penjajahan negara Syiah
atas tanah Arab.
Pernyataan ini dikatakan Menlu Adel Al Jubeir pasca
melakukan pertemuan tertutup dengan Menlu AS John Kerry di ibukota Riyadh pada
hari Sabtu (24/10) kemarin.
Adel Al Jubeir melanjutkan, “Pertemuan antara Kerry
dan Raja Salman bin Abdul Aziz adalah untuk membahas sejumlah isu regional
terutama situasi di Suriah, dan keduanya berharap bahwa konflik disana dapat
berakhir sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip perjanjian Jenewa 1.”
Menlu Saudi melanjutkan, “Selain itu pertemuan juga
membahas perkembangan terkini di Palestina, pasca meletusnya gerakan Intifadah
jilid III akibat penodaan dan perusakan Masjid Al Aqsha oleh Zionis Israel.”
(Skynewsarabia/Ram)