Thursday, June 2, 2016

Menlu Saudi: Kami Akan Terus Persenjatai Mujahidin Suriah Hingga Assad Tumbang, Iran Biang Kerok Isu Sektarian Timur Tengah, Garda Revolusi Iran Perangi Bangsa Suriah Dan Iran Telah Menjajah Tanah Bangsa Arab

Hasil gambar untuk mujahidin suriah

Menlu Saudi: Kami Akan Terus Persenjatai Mujahidin SuriahHingga AssadTumbang

Menteri luar negeri Saudi, Adel al-Jubeir, menegaskan bahwa negaranya akan terus memberikan dukungan militer kepada kelompok mujahidin Suriah hingga Syiah Bashar al-Assad tumbang atau menerima negosiasi politik.
Pernyataan ini dikatakan Menlu Adel al-Jubeir dalam konferensi pers bersama dengan Kepala Perwakilan Tinggi Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Morgana, di kota Jeddah pada hari Senin (30/05) kemarin.
“Ada pandangan berbeda antara Saudi dengan Uni Eropa khususny terkait dengan konflik di Suriah, Irak, Yaman, dan Libya. Kita tahu bersama bahwa sangat sulit untuk menegakkan resolusi PBB berkaitan dengan krisis Suriah, khususnya setelah ada negara besar yang mencoba melindungi Syiah Assad,” ujar Menlu Adel al-Jubeir.
Menlu Adel al-Jubeir melanjutkan, “Kami tahu bahwa ada konsensus internasional mengenai solusi politik di Suriah berdasarkan hasil perundingan Jenewa 1 dan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2254. Akan tetapi kami akan terus memberikan dukungan militer kepada kelompok mujahidin moderat Suriah.”
Menurut Adel al-Jubeir, Presiden Syiah Assad tidak serius untuk menyelesaikan konflik di negaranya secara damai, terlebih setelah penolakannya untuk memulai proses transisi nasional sebagai solusi damai konflik yang telah berlangsung sejak tahun 2011. (Cnnarabic/Ram)

Iran Biang Kerok Isu Sektarian Timur Tengah

Menteri Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir, mengatakan bahwa intervensi Iran telah memicu kekacauan dan perpecahan di negara sekutu sesama Syiah Irak. Oleh karenanya, Al-Jubeir meminta Iran untuk berhenti campur tangan.

“Hasutan dan perpecahan di Irak adalah hasil dari kebijakan sektarian yang dikembangkan oleh Iran di Irak,” kata Al-Jubeir dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond di Jeddah, pada Ahad (29/5) sebagaimana dikutip Middle East Update dari Arab News.

Dia mengatakan bahwa Iran telah menciptakan kekacauan di Irak dengan mendukung milisi sesama Syiah. “Jika Iran ingin stabilitas di Irak, mereka harus berhenti intervensi dan menarik diri,” tambah Al-Jubeir.

Teheran telah mengirimkan kontingen militer untuk membantu dan mengkoordinir milisi sesama Syiah di Irak dan juga di Suriah untuk mendukung pasukan rezim diktator Syiah Nusyairiyah Bashar Assad dalam melawan kelompok-kelompok pejuang Islam. Republik Syiah Iran berdalih bahwa kontingen militer dikirim ke kedua negara saudara seiman mereka itu atas permintaan pemerintah tuan rumah.

Al-Jubeir mengatakan bahwa kehadiran Iran di Irak, dengan atau tanpa undangan, adalah “tidak dapat diterima.”

“Iran harus menghormati prinsip hubungan bertetangga yang baik, untuk fokus pada situasi internal dan tidak campur tangan dalam urusan negara-negara lain di kawasan, terutama Irak,” kata Jubeir.

Dewan Kerjasama Teluk (GCC) sebelumnya telah mengecam Iran yang mendukung milisi sesama Syiah lainnya di Yaman, yang dikenal sebagai Houthi. Kelompok teroris itu bekerja dengan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dalam memerangi Pemerintah sah yang diakui, Presiden Abid Rabbu Mansur.
Sumber : antiliberal.com

Menlu Saudi: Garda Revolusi Iran Perangi Bangsa Suriah

Menteri luar negri Arab Saudi, ‘Adel Al Jubair menilai Iran sebagai negara yang sangat buruk. Mengingat sikap mereka  terhadap Iraq yang tidak sesuai dengan undang-undang internasional.
“Sikap Iran sangatlah buruk,” ujarnya saat diwawancarai di salah satu stasion televisi rusia, sebagaimana dilansir jisrtv.com pada jum’at (27/5)
Mengingat Qosim Sulaimani yang bergabung membentuk kelompok teroris. Garda Revolusi Iran dan Pasukan Korps Al quds merupakan kesatuan teroris yang dipimpinnya.
Ia menegaskan bahwa Garda Revolusi Iran telah memerangi bangsa Suriah, juga membentuk pasukan di Iraq. Mereka melakukan penghancuran di mana-mana dan melakukan terorisme di setiap tempat.
‘Adil menyatakan bahwa pasukan korps Iran dan Garda Revolusi yang dipimpin Qosim Sulaimany melanggar peraturan dunia internasional. Mereka bersikap buruk terhadap tetangga, dan selalu ikut campur terhadap urusan negara lain.
Seharusnya Iran tak lagi mencampuri urusan negara lain, termasuk mendukung salah satu milisi di sebuah negara. Karna apa yang mereka lakukan ini justru menyalakan fitnah dan membuat keresahan di tengah masyarakat.
Ia menambahkan, sikap negaranya tetap sama. Transisi politik harus diterapkan di Suriah, dan Basyar Asad harus turun dari jabatannya. Sebagaimana keputusan PBB dalam perundingan Jenewa 1 no. 5224, menurut penafsirannya juga pihak oposisi.
“Jika kita melakukan pembicaraan, maka hal terpenting adalah transisi politik, dan Basyar Asad harus pergi tinggalkan Suriah,” ujarnya saat menutup pembicaraan.



Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa konflik agama yang ada di Irak disebabkan oleh campur tangan Iran di Negara tersebut. 


“Konflik agama Irak disebabkan oleh ikut campur Iran,” kata Jubeir, seperti dilansir al-Arabiya. Ia menambahkan bahwa Saudi berkeras bahwa pasukan Iran harus ditarik dari Irak. 

Awal pekan lalu, Kementerian Pertahanan Irak mempublikasikan laporan resmi yang menyatakan bahwa Brigade Hizbullah Irak terlibat dalam perang di Faluujah.

Jubeir menuduh Iran menabur "hasutan" di Irak dan mendesak Teheran untuk "menghentikan intervensi" di urusan dalam negeri tetangganya.

"Hasutan dan perpecahan di Irak adalah hasil dari kebijakan sektarian yang berkembang dari kebijakan Iran di Irak," tambahnya sebagaimana dilansir CNN (30/5/16). (nisyi/syiahindonesia.com)
http://www.syiahindonesia.com/2016/06/menlu-arab-saudi-iran-adalah-penyebab-konflik-agama-di-irak.html

Menlu Saudi: Iran Telah Menjajah Tanah 
Bangsa Arab

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir menegaskan bahwa kehadiran Iran di tanah Suriah untuk mendukung pemerintah yang sudah tidak diakui rakyatnya merupakan suatu bentuk penjajahan negara Syiah atas tanah Arab.
Pernyataan ini dikatakan Menlu Adel Al Jubeir pasca melakukan pertemuan tertutup dengan Menlu AS John Kerry di ibukota Riyadh pada hari Sabtu (24/10) kemarin.
Adel Al Jubeir melanjutkan, “Pertemuan antara Kerry dan Raja Salman bin Abdul Aziz adalah untuk membahas sejumlah isu regional terutama situasi di Suriah, dan keduanya berharap bahwa konflik disana dapat berakhir sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip perjanjian Jenewa 1.”
Menlu Saudi melanjutkan, “Selain itu pertemuan juga membahas perkembangan terkini di Palestina, pasca meletusnya gerakan Intifadah jilid III akibat penodaan dan perusakan Masjid Al Aqsha oleh Zionis Israel.” (Skynewsarabia/Ram)