Syekh Prof. Dr. Nashir al-‘Umar
Tidak satu pun orang yang berpikir obyetif meragukan
bahwa tindakan-tindakan provokasi yang belakangan ini dilakukan Kaum Syiah
Rafidhah terhadap petugas keamanan dan warga sipil di Kota Madinah Munawwarah
bukanlah yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir.
Sebab “memicu huru-hara” terhadap kaum muslimin adalah
tradisi mereka sejak pertama kali di tangan Ibnu Saba’ al-Yahudi, dengan
syarat: mereka telah merasa memiliki dukungan yang kuat dari diri mereka
sendiri dan-tentu saja-para pemuka agama mereka yang sepanjang sejarahnya
memiliki spesialisasi melakukan makar dan konspirasi terhadap kaum muslimin
sebagai musuh utama mereka, untuk tidak mengatakan musuh mereka satu-satunya.
Dan inilah yang ditegaskan oleh kitab-kitab mereka yang lalu terefleksikan oleh
bukti dan fakta dalam lembaran sejarah Islam di berbagai era dan daulahnya.
Kelompok yang meyakini taqiyah sebagai agama mereka-bahkan 9/10 agama mereka!-
ini akan bersikap tenang dan tunduk selama umat manusia menyadari konspirasi
mereka serta mewaspadai program-program tersembunyi mereka, dengan tentu saja
tetap menanamkan kuku-kuku mereka sembari menunggu kesempatan untuk melakukan
pengkhianatan secepat kilat. Namun mereka tetap bersiap untuk melakukan
“serangan terbuka” jika merasa cukup aman dari hukuman yang keras. Persis
seperti ungkapan bijak: “Orang yang merasa aman dari hukuman, niscaya akan
melakukan perilaku yang buruk.” Dan bukti nyata yang dapat diraba oleh semua
orang adalah terjadinya perubahan strategi mereka dari ”sembunyi-sembunyi”
menjadi ”terang-terangan” untuk mengeluarkan kebencian turun-temurun dalam hati
dan pikiran mereka ketika Khomeni menyerukan dengan jelas apa yang ia sebut
dengan ”mengekspor Revolusi Iran”-sebuah kata yang bermakna: menggerakkan
agen-agen Syiah sesuai dengan posisi kekuatan mereka dan untuk memenuhi
tuntutan kemaslahatan para Ayatullah di Qum-. Itu semua telah terjadi di Irak,
hingga kemudian para petinggi Syiah Rafidhah melakukan invasi ke sana dengan
mengendarai tank-tank Pasukan Pendudukan Amerika sekitar 6 tahun yang lalu.
Sebagaimana juga terjadi di Lebanon, hingga akhirnya salah satu pasukan
Pengawal Revolusi Iran yang bernama Hizbullah berhasil menguasai seluruh
keputusan politis Lebanon. Sementara di Jazirah Arabia, persoalannya jauh lebih
rumit dan dalam. Kelompok ini menyadari benar bahwa Da’wah Salafiyyah adalah
musuh utama mereka, karena dakwah ini menelanjangi semua perilaku bid’ah,
khususnya yang mughallazhah (berat), dengan menggunakan dalil syar’i dari
al-Qur’an dan al-Sunnah sesuai dengan pemahaman al-Salaf al-Shalih terhadap
kedua sumber itu. Itulah sebabnya, kaum Syiah Rafidhah selalu memberikan porsi
khusus yang lebih besar dari kedengkian mereka terhadap Jazirah Arabiyah. Dan
berbagai debat dan diskusi di stasiun-stasiun televisi serta jaringan dunia
maya kemudian semakin memperkuat kelemahan dan kekalahan mereka di hadapan para
pengikut mereka sendiri. Di Saudi Arabia sendiri upaya provokasi menggerakkan
kaum Syiah di Propinsi al-Qathif untuk melawan negara dan masyarakat telah
dimulai sejak tahun 1400 H. Belum lagi gerakan demo politik kemudian peristiwa
berdarah di Mesjidil Haram dan di Musim Haji yang telah diharamkan oleh Allah
untuk melakukan debat, perilaku keji dan kefasikan di dalamnya. Seandainya
tidak ada tindakan tegas dari pemerintah Saudi terhadap kebatilan mereka,
mereka pasti tidak akan berhenti untuk melakukan upaya-upaya berdarah
berkali-kali. Kemudian setelah itu, kelompok ini mengkosentrasikan makar mereka
pada Kota Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam. Mereka menganggap di sana
peluang mereka lebih besar disebabkan adanya Pekuburan Baqi’, yang melalui
ziarah-ziarah mereka di sana mereka dapat menyebarkan racun-racun mereka.
Ditambah lagi adanya komunitas-komunitas Syiah di kota itu merupakan modal
strategis untuk mengobarkan fitnah dan konflik. Dan itu telah terjadi
berkali-kali, yang paling terakhir adalah peristiwa yang terjadi beberapa hari
lalu. Dimulai dengan mencari-cari masalah dengan petugas hisbah (Amar ma’ruf
nahi munkar), yang kemudian dilanjutkan dengan memancing emosi petugas keamanan
dan upaya untuk merusak mobil-mobil mereka dengan kuat. Mereka (Syiah)
pura-pura tidak tahu bagaimana kondisi kaum muslimin di Iran, terutama paska hegemoni
para pemuka agama Itsna ’Asyariyah (sekte Syiah yang menguasai Iran-penj)
terhadap kekuasaan di sana. Mereka juga berlagak lupa bagaimana sikap toleran
kaum muslimin terhadap mereka yang seringkali sampai pada taraf yang berlebihan
(seperti kasus upaya untuk melakukan taqrib atau pendekatan antara Ahlussunnah
dan Syiah-penj). Dan sikap toleran ini dibuktikan dengan tetap eksisnya sisa
kelompok mereka di Kota Madinah Nabawiyah, yang sejak era kenabian hingga hari
ini berada dalam kekuasaan Ahl al-Tauhid (pengikut jalan Tauhid). Dalam tataran
yang lebih luas, para pengamat mencatat semakin meningkatnya frekwensi
”kasak-kusuk” Kaum Rafidhah di kawasan negara-negara Teluk, mulai dari Kuwait
hingga Emirat Arab dan Bahrain, juga dengan memanfaatkan unsur-unsur lokal
untuk menggoyang stabilitas keamanan, seperti ditunjukkan oleh usaha mereka
memasukkan al-Faly ke Kuwait meskipun pihak keamanan telah mengeluarkan
larangan untuk itu. Seperti juga yang dilakukan oleh simbol Rafidhah untuk
merusak stabilitas keamanan di Bahrain… Dan bukan rahasia lagi bahwa
rencana-rencana makar Kaum Rafidhah sangat mengambil manfaat dari antek-antek
sekulerisme di wilayah ini. Kaum Syiah berinteraksi dengan baik bersama mereka,
sembari tetap memusuhi kaum muslimin dengan penuh kontradiktif, secara
terungkap maupun tertutup. (Transl by Amal, dari www.albainah.net)
Sumber Tulisan:
Apa Yang Mereka Dendam Terhadap Negeri Haramain
Kedustaan Syi'ah Atas Kota Suci Makkah Dan Madinah
Waspada! Jangan Tertipu Oleh Propaganda Persaudaraan
Ahlussunnah Dengan Syiah Rafidhah Iran: Rekam Jejak Berdarah Dari Sebuah Negeri
Sumber Fitnah