ANIS MALIK THOHA, Khatib ‘Aam
Syuriah NU Cabang Istimewa Malaysia.
Berikut dua orang tokoh NU
bicara Wahabi, simak baik-baik, supaya tidak jadi antek, syi’ah rofidhoh. Dan
korban makarnya.
Berikut ini wawancara hidayatullah.com dengan DR. ANIS MALIK THOHA,
Khatib ‘Aam Syuriah NU Cabang Istimewa Malaysia.
Pria yang masih punya ikatan kekerabatan dengan KH Sahal Mahfudz, Rais Aam
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menyelesaikan S1 di Universitas Islam
Madinah. Menyelesaikan gelar masternya di University of the Punjab dan PhD
(bidang Comparative Religion) di International Islamic University Islamabad,
Pakistan. Kini, selain menjadi dosen tetap di International Islamic University
Malaysia (IIUM), pria yang juga dikenal sebagai pakar pluralisme agama ini
sering diundang di berbagai forum internasional guna membicarakan masalah
Islam.
Berikut petikan wawancaranya :
– Istilah wahabi, akhir-akhir ini menjadi polemik
oleh sejumlah golongan. Bisakah anda menjelaskan latar belakang istilah itu ?
+ Saya kurang tertarik membicarakan istilah Wahabi. Sebab, selama ini polemik
yang ada cenderung tendensius, emosional, “liar” dan tidak di dasarkan pada
dasar-dasar berpolemik yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Misalnya, mencoba memahami gerakan ini secara utuh dan benar. Yang ada lebih
cenderung stigmatisasi oleh pihak-pihak yang tidak senang atau merasa
eksistensi dan interestnya “terancam”, atau dengan bahasa sekarang : “terteror”,
dengan mazhab pemikiran ini. Itu sudah mulai dari sejak zaman Turki Usmaniah,
kita lihat bagaimana kebencian pemerintahan Turki pada Wahhabiyyah. Sayangnya,
sebagian besar di antara kalangan Islam di negara kita, saya tidak perlu
menunjuk siapa mereka, juga termakan oleh propaganda dan emosi kolektif Usmania
pada masa itu. Dan sampai sekarang, sikap emosional itu masih terus menguasai
diri kita dengan intensitas dan volume yang semakin besar, akibat propaganda
Barat yang luar biasa canggihnya yang dikemas dalam bahasa “war on terrorism”
atau “perang melawan terorisme”.
– Jadi, bagaimana sesungguh-nya pengertian
istilah itu ?
+ Pengertian istilah yang diberikan untuk gerakan dan pemikiran Islam yang
dikembangkan dan dipopulerkan oleh seorang ulama besar dari Saudi Arabia,
Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahhab, pada abad ke 18 tersebut sebetulnya bernuansa
negative dan pejorative. Karena sejak semula istilah itu memang dimaksudkan
sebagai semacam stigmatisasi terhadap gerakan ini. Umumnya, penyebutan wahhabi
lebih banyak dipakai atau datang dari pihak luar yang bukan pengagum dan
pengikut Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahhab. Adapun Syeikh Muhammad ibn Abdul
Wahhab sendiri dan para pengikutnya lebih sreg menamakan diri pengikut salaf
seperti tokoh ulama idaman mereka, yaitu al-Imam Ibn Taymiyyah.
– Anda pernah
sekolah di Madinah, adakah hubungan antara pemikiran Syeikh Muhammad Abdullah
Bin Wahhab dengan tindakan keras atau teror sebagaimana dituduhkan ?
+ Geli sekali rasanya, setiap kali saya membaca atau mengikuti wacana tentang
kekerasan (violence), teror, terorisme yang sudah seperti bola liar semenjak
Barat melemparkan nya ke publik. Karena terlalu gencarnya stigma, kebanyakan
kita nyaris tak sempat lagi berpikir dengan nalar yang cerdas dan jernih. Daya
nalar kita seakan-akan lumpuh dan nurut saja. Atau bahasa kerennya, semuanya
“taken for granted”. Sama dengan kasus terorisme yang dimunculkan Amerika pada
dunia Islam. Ini aneh, tapi nyata ! Siapa pun, yang mau membaca sejarah
munculnya Wahhabi atau Wahhabisme, akan menemukan bahwa ia sebuah gerakan
dakwah yang sesungguhnya mendapat sambutan positif dari seorang raja dan
kemudian di sebarluaskan. Terlepas setuju atau tidak dengan gerakan ini, hal
semacam itu tak ada bedanya dengan apa yang juga dilakukan oleh ideologi-ideologi
besar sepanjang zaman. Bahkan termasuk komunisme, sekularisme, dan demokrasi
yang sekarang sedang dipropagandakan (dipaksakan) oleh kekuatan global itu.
–
Tapi mengapa ada sebagian pihak menggiring, adanya bom kuningan dan Wahabi
sebagai bentuk keinginan berdirinya Daulah Islamiyah ?
+ Saya rasa wajar orang/ masyarakat Islam menginginkan tatanan yang islami.
Sama dengan masyarakat sekuler yang mati-matian juga menginginkan tatanan dunia
yang sekuler. Kasus ini sama dengan pihak-pihak di belakang lahirnya buku
“Ilusi Negara Islam”. Saya melihat, mereka seperti orang yang sudah kehilangan
akal dalam merespon atau menyikapi perkembangan di sekelilingnya yang dianggap
akan mengancam dirinya. Sangat tendensius dan naif. Bisanya cuma men-stigma,
black campaign, membunuh karakter kelompok yang dianggap musuh atau mengganggu
eksistensinya. Kalau saya PKS atau HTI (yang dituduh dalam buku itu, red), akan
saya sue (tuntut). Saya tidak habis pikir, LibForAll (yang mendanai dan
menerbitkan proyek ini) mengklaim diri liberal dan mendakwah-kan liberalisme,
kok ternyata sangat konservatif, sektarian dan eksklusif, tidak siap menerima
perbeda’an. Fakta ini juga sekaligus semakin membuka mata kita, bahwa buku yang
mewanti-wanti atau memberi warning tentang bahaya ideologi atau gerakan
trans-nasional ini ternyata telah terperangkap oleh “kepura-pura tidak
tahuannya” sendiri, yaitu mengusung dan menyebarkan ideologi liberalism yang
impor itu.
– Maksud Anda ?
+ Apa logikanya, membiarkan
atau membenarkan gerakan trans nasional yang non Islam (Barat) leluasa
merangsek ke masyarakat kita yang Islam, sementara gerakan-gerakan trans
nasional yang Islam malah tidak boleh ?– Siapa paling beruntung soal stigma
wahabi ini ?
+ Ya, Barat.– Benarkah isu wahabi ini muncul untuk mengadu domba umat islam ?
+ Memang, berdirinya NU adalah counter terhadap gerakan Wahhabisme dalam level
dunia Islam. Namun saya melihatnya, waktu itu, mungkin tokoh-tokoh NU banyak
yang secara emosional terbawa oleh warisan sikap resmi Turki Usmania terhadap
gerakan pemurnian Islam abad 18 di jazirah Arabia itu. Wallahu a’lam. Betul,
sekarang ada saling melempar “bid’ah” dan “kufr” antara yang satu dengan yang
lain. Tapi itu sebetulnya, disebabkan kegagalan masing-masing untuk saling
memahami satu sama lain. Kalau masalahnya adalah apa yang sering dituduhkan
kepada gerakan ini sebagai tajsim dan tasybih terkait dengan ayat-ayat
mutasyabihat, menurut saya perlu ditinjau lagi. Sebab, sikap ini sebetulnya
bukan pertama kali ditunjukkan oleh pendiri gerakan ini. Sebagaimana diakuinya
sendiri, bahwa pendirian ini didasarkan pada pendapat para ulama salaf, yang di
antaranya adalah Imam Ahmad ibn Hanbal.– Jadi ?
+ Perlu sikap yang arif dari umat Islam melihat persoalan ini.
http://www.nahimunkar. com/siapa-yang- paling-beruntung-soal-stigma- wahabi/
http://www.nahimunkar. com/siapa-yang- paling-beruntung-soal-stigma- wahabi/
_________________________
Dan berikutnya, siapa itu Wahabi menurut seorang Ulama Nu dari Jawa timur.
WAHABI MENURUT HABIB AHMAD ZEIN AL KAFF
Habib Zein Al Kaff (Tokoh NU sekaligus HABIB) yang juga Pimpinan Yayasan Al
Bayyinat Jawa Timur. Dalam konferensi pers setelah acara tabligh akbar bertajuk
“Mengokohkan Ahlus Sunnah wal Jamaah di Indonesia”, yang digelar di masjid
Al-Furqan Dewan Dakwah Jakarta, (16/9/12). Menyatakan :
“Wahabi itu Ahlus Sunnah, kalau Syiah bukan. Kaum Muslimin yang mengkritik
ajaran syiah kerapkali difitnah dengan sebutan-sebutan yang buruk, diantaranya
pemecah belah umat, agen Zionis, dan yang lebih sering dengan tudingan sebagai
Wahabi”.
“Wahabi sama-sama Ahlussunnah, kalau mereka (Syiah) bukan. Kalau wahabi kitab
rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda,
kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi” tegas Habib
Zein.
Anggota dewan Syuriah PWNU Jawa Timur ini, menyatakan bahwa masyarakat tidak
perlu terkejut mendengar tuduhan seperti itu, sebab hal tersebut juga yang
menimpa dirinya yang jelas-jelas warga Nahdliyin.
____________
WAHABI MENURUT SUKARNO
Pesan Presiden RI. Pertama Ir.Sukarno “Agar Umat Islam Kembali Ke Manhaj Salaf”
Di buku yang berjudul “Dibawah Bendera Revolusi” (yaitu kumpulan tulisan dan
pidato-pidato beliau) jilid pertama, cetakan kedua,tahun 1963. pada halaman
390, beliau mengatakan sebagai berikut :
“Tjobalah pembatja renungkan sebentar “padang-pasir” dan “wahabisme” itu. Kita
mengetahui djasa wahabisme jang terbesar : ia punja kemurnian, ia punja
keaslian, murni dan asli sebagai udara padang- pasir, kembali kepada asal,
kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada islam dizamanja Muhammad !”
Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu
satu tahajul dan seribu satu bid’ah”.
Lemparkanlah djauh-djauh tahajul dan bid’ah itu, tjahkanlah segala barang
sesuatu jang membawa kemusjrikan !
Nampak jelas bahwa presiden pertama RI. Ir. Sukarno, sendiri menganggap gerakan
wahabi adalah suatu gerakan “PEMURNI ISLAM”, gerakan yang menentang seribu satu
Tahayul dan Bid’ah yang ada dalam islam, Dengan semboyan “Kembali kepada Allah
dan kepada Nabi”
Mari wahai saudaraku kita kembali kepada Al-qur’an dan As Sunnah kedua warisan
Nabi Muhammad shallahu ‘alayhi wassalam, agar kita selamat dunia dan akhirat.
Aamiin.
با رك الله فيكم
با رك الله فيكم