Tuesday, June 12, 2018

Untuk Apa Yahya Cholil Staquf Bicara Di Forum Yahudi ? Dihadiri Gus Yahya, Forum Yahudi Peringati 70 Tahun Berdirinya Israel.


Untuk Apa Yahya Cholil Staquf Bicara di Forum Yahudi?

Yahya Cholil Staquf mau merepresentasikan perjuangan Palestina di sebuah forum di mana di sana sudah jelas forumnya Yahudi radikal yang menjajah Palestina.
Akhirnya Sekjen PBNU dan Direktur yayasan Bayt al Rahman Yahya Cholil Staquf sah mengunjungi Israel.
Dia jadi pembicara di sana sepanggung dengan PM Yahudi Benyamin Netanyahu.
Dia bersama Netanyahu berbicara dalam sebuah forum Yahudi Radikal bernama America-Jewish Committee (AJC).
Dia tidak ke sana atas nama pribadi, karena yayasan Bayt Al Rahman di mana dia direktur di sana adalah yayasan yang didirikan oleh pengusaha amerika.
AJC sendiri adalah sebuah forum yang bekerja sesuai dengan tujuan tujuan zionis dan amerika demi kepentingan penjajahan mereka di Palestina.
AJC adalah forum Yahudi-Amerika radikal di mana bahkan anggota parlemen UE saja pernah ditolak oleh Netanyahu karena UE bersikap netral. Yang netral ditolak, nah Yahya diundang, Anda bisa tafsirkan sendiri.
Sebelum mendirikan Bayt al Rahman, pengusaha Amerika juga mendirikan LibForAll bersama Abdurrahman Wahid untuk mempromosikan kepentingan Amerika pasca 911.
Bahkan isu Islam Nusantara juga merupakan promosi dari yayasan model Bayt al Rahman di mana Yahya Staquf di sana sebagai direkturnya, dibantu oleh para kolumnis dan para penulis artikel di Wall Street.
Ini adalah memalukan buat Indonesia, mengusik nurani dan mematikan akal sehat, bagaimana seorang Yahya mau duduk semeja dengan para zionis dalam forum zionis radikal model AJC.
Ini adalah menggelikan dan membuat kita kehilangan akal sehat juga kesabaran, bagaimana muslim model begini mendukung penjajahan Palestina oleh zionis secara terang terangan.
Bagaimana dia mengklaim bahwa dia mau berbicara soal perdamaian disana, sedangkan yayasan nya adalah yayasan binaan Amerika-Israel.
Bagaimana dia mau merepresentasikan perjuangan Palestina di sebuah forum di mana di sana sudah jelas forumnya Yahudi radikal, yang setiap saat bekerja untuk menindas dan menjajah Palestina.
Ini sangat memalukan, mengusik, dan memukul batin kita sebagai warga negara Indonesia muslim mayoritas, yang dalam konstitusi negara kita telah dinyatakan anti zionis dan anti penjajahan diatas muka bumi.
Inilah wajah asli dari para penyeru perdamaian yang hipokrit atas nama Islam, tapi disaat yang sama mereka mesra dengan para penjajah dan perampok salah satu tanah suci dan kiblat pertama umat islam dunia.

Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana: Polemik Kunjungan Yahya Staquf Ke Israel Harus Dikendalikan. Seolah-olah, kegiatan yang dihadiri Yahya sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu adalah kegiatan yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa memang sudah terjadi damage. “Damage controlperlu dilakukan yaitu pemerintah harus lakukan lobby,” ujarnya melalui pesan singkat kepada Gatra, Rabu (13/6) siang. Menurut Hikmahanto, persoalan ini sudah tidak lagi menjadi persoalan dalam negeri semata.
Jika saja Yahya Staquf hanya menjalankan kegiatan keagamaan, menurut Hikmahanto, tentu tidak menjadi soal. “Tapi ini kan non-religi,” katanya. Seolah-olah, kegiatan yang dihadiri Yahya sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu adalah kegiatan yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Suatu hal yang tidak dibenarkan oleh berbagai resolusi PBB dan tidak diakui oleh Palestina dan pemerintah Indonesia,” ujarnya.
Karena kerusakan sudah terjadi, maka perlu dilakukan damage control untuk mengendalikan konflik sehingga tidak meluas. “Wakil pemerintah bisa bicara dengan duta besar Palestina di Jakarta atau ada utusan pemerintah menemui petinggi otoritas Palestina,” tutupnya.
Dari twitter resmi AJC (American Jewish Comitee), momen tersebut adalah kali pertama Gus Yahya bertandang ke Israel.
"Sebagai bagian dari perintis kerjasama antaragama AJC, Yahya Cholil Staquf, pengurus besar organisasi Muslim terbesar di dunia (Nahdlatul Ulama di Indonesia), memulai kunjungan pertamanya ke Israel dengan sebuah diskusi di AJC Global Forum. #ThisYearInJerusalem," tulis Akun @AJC Global dalam unggahannya, Minggu (10/6/2018).
"Dalam sebuah percakapan bersejarah di AJC Global Forum 2018, Pak Yahya, menyerukan agar umat Muslim dan Yahudi mengejar keadilan dengan kasih sayang. #ThisYearInJerusalem," tulis akun tersebut dalam cuitan selanjutnya.
Reporter : Aditya Kirana
Editor     : Cavin R. Manuputty

Dihadiri Gus Yahya, Forum Yahudi Peringati 70 Tahun Berdirinya Israel

Selasa, 12 Juni 2018
Komite Yahudi Amerika (AJC) menggelar Global Forum 2018 yang berlangsung di Al Quds dari 10-13 Juni 2018. Acara yang turut dihadiri oleh Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres KH Yahya Chalil Staquf itu bertujuan untuk menghormati 70 tahun berdirinya Israel.
“Untuk menghormati peringatan 70 tahun berdirinya Negara Israel, AJC Global Forum 2018 akan berlangsung di Yerusalem,” mengutip laman resmi AJC Global Forum 2018 pada Selasa (12/06/2018).
Acara itu dibuka langsung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Yahya Chalil Staquf hadir sebagai pembicara terkait tema dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi. Dalam dialog itu, ia didampingi oleh Rabbi David Rosen, Direktur Hubungan Antaragama Internasional AJC.
Dalam penjelasannya, AJC mengenalkan Yahya Chalil Staquf sebagai Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama organisasi Muslim terbesar di dunia dan Direktur Urusan Agama Bayt ar-Rahmah.
AJC merupakan kelompok advokasi Yahudi yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan salah-satu organisasi advokasi Yahudi tertua. The New York Times mengungkap, AJC secara luas dikenal sebagai “kepala organisasi Yahudi Amerika”.
Sebagai forum Yahudi kelas dunia, AJC Global Forum 2018 dihadiri oleh banyak tokoh Yahudi dan sejumlah tokoh-tokoh penting lainnya. Diantaranya, Nir Barkat (Wali kota Yerusalem), Dr. Tal Becker (Penasihat Hukum, Kementerian Luar Negeri, Israel), MK Naftali Bennett (Menteri Urusan Diaspora dan Menteri Pendidikan, Israel), Boyko Borissov (Perdana Menteri Bulgaria) Tamar Chugoshvili (Wakil Ketua Pertama Parlemen Georgia), Robert Dussey (Menteri Luar Negeri Togo), Avi Gabbay (Partai Buruh Israel), Fernando Gentilini (Perwakilan Khusus dari Uni Eropa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Sebastian Kurz (Kanselir Austria), MK Tzipi Livni (Co-Leader dari Partai Uni Zionis, Menteri Kehakiman (2013-14), Menteri Luar Negeri (2006-09), Israel), Nickolay Mladenov (Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Federica Mogherini (Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri & Keamanan), Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), Ron Prosor Abba Eban (Ketua Diplomasi Internasional di Pusat Interdisipliner Herzliya, Wakil Tetap Israel ke PBB 2011-2015), Reuven Rivlin (Presiden Negara Israel), Juan Manuel Santos (Presiden Kolombia) dan KH Yahya Chalil Staquf.

Yahya Staquf Takluk di Kandang Israel

Selasa, 12 Juni 2018
Peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (INPAS), Kholili Hasib menilai kedatangan Yahya Cholil Staquf (YCS) ke Israel guna menghadiri undangan The Israel Council on Foreign Relations sangat mengecewakan publik, khususnya kaum muslimin di Indonesia.
Tampilan YCS di forum itu berkostum rapi. Jas, celana, dasi, songkok nasional dan sepatu mengkilap. Kholili menyebut tampilan YCS identik dengan atribut pejabat negara.
“Kalau kiai NU biasanya pakai baju taqwa dan sarung. Itu mungkin tanda dia tidak mewakili NU, dan ide serta gagasannya tidak NU banget,” kata Kholili dalam status Facebooknya pada Selasa, (12/06).
Namun, apa yang disampaikan YCS, yang sangat ditunggu-tunggu kaum muslimin. Ternyata, hasilnya sangat mengecewakan.
“Sama sekali tidak menyampaikan amanah UUD ’45, sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD ’45 bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan,” kata alumnus pascasarjana ISID Gontor Ponorogo ini.
Meski ada kesan dari para pendukungnya bahwa YCS sedangmenyampaikan pesan damai di ‘kandang macan’, menurut Kholili, justru di ‘kandang zionis’ itu YCS ‘takluk’ atau menaklukkan dirinya sendiri dan membiarkan pembantaian saudaranya sendiri.
“Apa susahnya, apa beratnya dia sampaikan: Mari hentikan penjajahan. Kemanusiaan tidak menghendaki pembunuhan terhadap rakyat terjajah. Saya datang dari Indonesia untuk meminta kemerdekaan Palestina,” tambahnya.
Menurut Kholili, narasi yang disampaikan Katib Aam PBNU itu merupakan karakter orang yang telah ditaklukkan penjajah. Seperti karakter para penakut. Ia mengkritik materi pidato yang disampaikan YCS terkait konsep rahmah (kasih sayang).
“Yang menyakitkan itu dia bilang bahwa ‘hari ini agama digunakan justifikasi dan senjata untuk berkonflik’. Statemen ini sebetulnya menyindir pejuang Palestina dan para pendukung kemerdekaan Palestina di seluruh dunia,” jelas pengajar di Institut Darul Lughoh wad Dakwah ini.
Ia mempertanyakan konsep rahmah yang dibawa oleh Yahya Staquf di forum Israel. “Seandainya ada warga Indonesia dibunuh penjajah Belanda, pantaskah lalu misalnya tokoh negara tetangga mendatangi undangan Belanda, menawarkan konsep rekonsiliasi dan konsep Rahmah? Sedang warga Indonesia yang paling perih saja tak mau, bahkan lebih memilih melawan,” tanyanya retoris.
Reporter: Bunyanun Marsus

Editor: Fajar Shadiq