Tuesday, June 12, 2018

Statement KH.Yahya Cholil Staquf: Al Qur'an & Hadits Hanya Dokumen Sejarah Dan Tak Relevan Lagi Sekarang. Menohok..! Jawaban Syekh Al Azhar Atas Sindiran Said Aqil Siradjn Soal Nasionalisme Arab Dan Islam Nusantara



Statement KH.Yahya Cholil Staquf: AlQur'an & Hadits Hanya Dokumen sejarah & Tak Relevan Lg Sekarang

Di Forum Yahudi, Yahya Staquf: Alquran dan Hadis adalah Dokumen Sejarah

Selasa, 12 Juni 2018
Tel Aviv- Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres Yahya Chalil Staquf hadir dalam forum global yang diselenggarakan oleh Komite Yahudi Amerika di Israel.
Ia hadir di Yerusalem sebagai pembicara dalam AJC Global Forum 2018 pada Ahad (10/06/2018), dengan tema “Dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi.” Moderatornya ialah Rabbi David Rosen, Direktur Hubungan Antaragama Internasional AJC
Dalam forum tersebut publik dihebohkan dengan pernyataan Gus Yahya yang menyebutkan bahwa Alquran dan Hadis adalah dokumen sejarah. Bila menyaksikan video dokumentasi  dari akun Youtube AJC Global berdurasi 14.35 menit, pernyataan itu muncul ketika Gus Yahya berusaha menjawab pertanyaan dari Rabbi David Rosen.
Pada mulanya di menit ke 03.41, David Rosen memancing argumen dari Gus Yahya tentang hubungan Yahudi dan Islam. Ia melempar pandangan Gusdur saat menghadiri forum AJC di Washington bahwa Islam dan Yahudi memiliki hubungan Istimewa selama ratusan tahun.
“Bagaimana Anda memandang hubungan ini?” tanya David Rosen kepada Gus Yahya.
Gus Yahya lantas menjawab bahwa hubungan antara Islam dan Yahudi adalah hubungan yang fluktuatif. Terkadang baik, terkadang konflik. Hal ini tergantung pada dinamika sejarah yang terjadi.
“Tapi secara umum kita harus mengakui bahwa ada masalah dalam hubungan dua agama ini. Dan salah satu sumber masalahnya terletak pada ajaran agama itu sendiri. Dalam konteks realitas saat ini, kaum beragama baik Islam maupun Yahudi perlu menemukan cara baru untuk pertama-tama memfungsikan agama dalam kehidupan nyata. Dan kedua menemukan interpretasi moral baru yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan agama-agama lain,” sambungnya.
David Rosen lalu menyimpulkan bahwa maksud dari penjabaran Gus Yahya adalah untuk menciptakan hubungan baik antara Islam dan Yahudi perlu melakukan intrepretasi ulang terhadap Alquran dan Hadis. Akan tetapi David tak begitu yakin hal itu bisa dilakukan.
“Apakah sesuatu yang mungkin dilakukan?” David Rosen bertanya lagi. Gus Yahya langsung membalas,”Bukan hanya mungkin, tapi ini sesuatu yang harus dilakukan.”
Gus Yahya beralasan bahwa setiap ayat dari Alquran diturunkan dalam konteks realitas tertentu, dalam masa tertentu. Nabi Muhammad SAW dalam mengatakan sesuatu juga selalu disesuaikan dengan situasi yang ada pada saat itu.
“Sehingga Alquran dan hadis adalah pada dasarnya dokumen sejarah yang berisi panduan moral dalam menghadapi situasi tertentu. Ketika situasi dan realitasnya berubah, maka manifestasi dari moralitas tersebut sudah seharusnya berubah pula,” ungkapnya.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Jon Muhammad


Menohok..! Jawaban Syekh Azhar atas Sindiran Said Aqil Soal Nasionalisme Arab dan Islam Nusantara

Farid Okbah: Jangan Mau Dipecah-belah dengan 
Islam Ala Arab atau Indonesia

Inisiator Majelis Ulama Muslim Indonesia (MIUMI), Farid Ahmad Okbah mengatakan semua aliran sesat itu adalah ajaran yang mengada-ngada. Untuk itu, ia mengimbau agar Islam tidak dicampuradukkan dengan pemahaman tersebut.
Ia juga menegaskan kepada umat agar tidak terpengaruh dengan upaya memecah-belah pemahaman Islam. Dalam penjelasannya, ada dua sifat yang merusak umat ini yakni kezaliman dan kebodohan.
“Jangan mau kita dipecah-belah, dengan embel-embel Islam ala Arab, Islam ala Indonesia dan Islam ala Barat. Islam adalah agama universal, seutuhnya agama yang datang dari Allah Taala,” katanya dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Yayasan Ulul Albab, di Masjid Ulul Albab, Tambun Selatan, Bekasi, Ahad, (20/05/2018).
Dia menjelaskan upaya merusak tatanan Islam terus digencarkan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga umat harus menghindari dua sifat buruk tersebut.
Ia melanjutkan ada dua kelompok yang paling mempengaruhi tidak patuhnya umat Islam, yakni Yahudi dan Nasrani. Sebab kaum Yahudi disebutkan didalam Al Quran sebagai kaum yang zalim dan Nasrani sebagai kaum yang bodoh.
“Jangan jadi zalim, tahu yang benar tapi tidak dipraktekkan. Kezaliman bukan sebatas kekuasaan pemerintahan tetapi secara global. Sehingga setiap hamba memiliki kewajiban mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya,” ujarnya.
Adapun jahil, bodoh tidak tahu yang benar tapi mengerjakannya. “Orang bodoh itu mudah untuk dikendalikan, dibodohi atau disesatkan, karena kebodohan melahirkan pembodohan. Ini sistemik, contohnya umat yang begitu besar mau dibodohi dengan pil KB, tetapi umat agama lain tidak diperintahkan untuk KB. Pertumbuhan umat Islam dibendung dengan KB ini sedangkan umat lain terus berkembang,” tuturnya.
Direktur Islamic Center Al Islam itu juga menegaskan bodoh dalam hal umum saja buruk, apalagi bodoh agama.
“Solusinya, ilmu dan keadilan (amal), itulah yang selalu kita ucapkan dalam surah Al-Fatihah; Ihdinas Siraatthal Mustaqim. Kita harus muliakan syariat Islam ini, jangan kita zalim dan bodoh,” pungkasnya.
Reporter: Hafidz Syarif
Editor: M. Rudy

Kiai Ma'ruf Serukan Rakyat Indonesia Ikut Aksi 1712
Save Palestina Monas Ibukota Indonesia

KH Ma’ruf Amin Serukan Masyarakat Indonesia Hadiri Aksi Bela Palestina

Kamis, 14 Desember 2017
Rais 'Aam PBNU ini juga menyerukan kepada seluruh organisasi massa (ormas) yang bukan dari Islam untuk hadir pula.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk hadir pada Aksi Bela Palestina, Ahad (17/12/2017) beberapa hari lagi.
“Karena itu merupakan suatu kewajiban semua. Kita umat Islam yang merasa paling bertanggung jawab (membela Palestina, Red),” katanya kepada hidayatullah.com usai rapat koordinasi di Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2017).
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menyerukan kepada seluruh organisasi massa (ormas) yang bukan dari Islam untuk hadir pula.
“Karena Indonesia secara keseluruhan memang mendukung Palestina,” imbuhnya.
Bahkan lanjutnya Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada Konferensi Asia-Afrika sudah memutuskan untuk mendorong kemerdekaan di seluruh dunia, termasuk di Palestina.
Diketahui OKI telah mendeklarasikan bahwa Yarusalem (Baitul Maqdis) adalah ibu kota Palestina pada Rabu, (13/12/2017) malam di Istanbul, Turki.
“Karena ini merupakan wujud persatuan umat Islam dalam rangka mendukung kemerdekaan Palestina dari perlakuan yang tidak adil,” tandas Kiai Ma’ruf.
MUI akan menggelar Aksi Bela Palestina bertajuk ‘Indonesia Bersatu Bela Palestina’ pada Ahad (17/12/2017) di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, yang diperkirakan akan menjadi aksi besar-besaran.* Ali Muhtadin
Rep: Admin Hidcom
Editor: Muhammad Abdus Syakur

Kiai-kiai NU Dikoordinasi Ikut Aksi Bela Palestina Besok Lusa

Jum'at, 15 Desember 2017
Apalagi, terangnya, zaman dulu saja NU sudah sangat konsen dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Masduki Baidlowi mengatakan, organisasinya terus mengkoordinasikan siapa saja nantinya para tokoh dan kiai NU yang akan turut serta dalam Aksi Bela Palestina di kawasan Monas, Jakarta Pusat, besok lusa, Ahad (17/12/2017).
“Kita sedang kondisikan untuk para kiai di daerah Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat. Karena memang ini Rais ‘Aam PBNU yang juga sekaligus Ketua Umum MUI, KH Ma’ruf Amin, meminta demikian,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Masduki menyampaikan, pihaknya mengupayakan agar para tokoh penting PBNU serta para kiai dapat hadir bersama umat Islam lainnya.
Menurutnya, persoalan Palestina ini merupakan isu yang sudah sejak lama menjadi konsen ormas Islam di Indonesia.
Apalagi, terangnya, zaman dulu saja NU sudah sangat konsen dan mendukung kemerdekaan Palestina.
“Terlebih sekarang eranya sangat terbuka dan transparan. Seluruh dunia bisa mengetahui informasi tentang Palestina,” ungkapnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan memimpin aksi besar bela Palestina bersama seluruh ormas Islam, dan turut mengundang elemen pemerintahan serta duta besar negara-negara Islam.*
Rep: Yahya G Nasrullah
Editor: Muhammad Abdus Syakur