Erdogan Akan Membebaskan
Masjid Al Aqsa ??? Video Hubungan Erdogan Dengan Zionis Israel
Saudi: Harga untuk Perdamaian antara Arab
dengan Israel adalah Pembentukan Negara Palestina
Anggota keluarga kerajaan Arab Saudi Pangeran
Turki al-Faisal menyatakan harga Saudi untuk normalisasi hubungan dengan Israel
adalah pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.Pernyataan Pangeran Turki itu muncul tampaknya
untuk merespon pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa dia
berharap Saudi bergabung kesepakatan normalisasi hubungan Israel dan Uni Emirat
Arab (UEA).UEA menjadi satu dari hanya tiga negara Arab
dalam lebih 70 tahun yang membangun hubungan penuh dengan Israel. Sesuai
kesepakatan itu, Israel menunda rencana aneksasi pemukiman di Tepi Barat,
wilayah yang diinginkan Palestina sebagai bagian dari negara di masa depan.Kesepakatan itu memicu spekulasi bahwa negara
Arab lainnya akan mengikuti. Namun Pangeran Turki menyatakan Saudi menginginkan
harga tertinggi dari Israel.“Setiap negara Arab yang mempertimbangkan
mengikuti UEA harus meminta harga dan itu harus harga mahal,” tulis Pangeran
Turki di surat kabar Saudi, Asharq al-Awsat.“Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan harga
untuk perdamaian antara Israel dan Arab, itu adalah pembentukan negara
berdaulat Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kota, seperti dalam inisiatif
mendiang Raja Abdullah,” tegas Pangeran Turki.Rencana Liga Arab 2002 yang menawarkan
normalisasi hubungan dengan Israel itu meminta Israel mundur dari semua wilayah
yang dicaplok pada perang Timur Tengah 1967 yakni Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem
Timur yang akan menjadi lokasi negara Palestina.Namun Pangeran Turki juga menyuarakan pemahaman
terhadap keputusan UEA yang menyebut UEA telah mengamankan kondisi utama yakni
penghentian rencana aneksasi Israel.Dalam reaksi pertama Saudi pada kesepakatan
itu, Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan menyatakan Riyadh tetap
komitmen pada inisiatif damai Arab.Pangeran Turki tak memegang jabatan di
pemerintahan tapi masih berpengaruh dan saat ini menjadi ketua King Faisal
Center for Research and Islamic Studies. Dia merupakan mantan duta besar Saudi
untuk AS dan mantan kepala intelijen Saudi.[]
Menlu Saudi: Tidak Ada
Normalisasi Dengan Israel Tanpa Perdamaian Palestina
Menteri Luar Negeri Saudi,
Pangeran Faisal bin Farhan, menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan mengikuti
Uni Emirate Arab dalam menormalisasi hubungan dengan Israel.Menurutnya, hal ini
sehubungan dengan kegagalan kesepakatan damai Palestina.Sebagai respon pertama Saudi
terhadap perjanjian Emirat-Israel, Menlu Faisal menyampaikannya dalam
konferensi pers dengan mitranya dari Jerman, Heiko Maas, di Berlin (Rabu 19/8).“Kerajaan Arab Saudi
menegaskan komitmennya atas perdamaian sebagai pilihan strategis, tetapi
berdasarkan inisiatif perdamaian Arab dan legitimasi dunia internasional,” tegasnya.“Jika ini tercapai, semua hal
jadi memungkinkan,” tambahnya.Normalisasi yang diumumkan
minggu lalu antara Israel dan UEA merupakan yang ketiga yang dibuat Israel
dengan negara Arab, setelah Mesir dan Yordania.Langkah serupa tidak menutup
kemungkinan diikuti oleh negara Arab Teluk lainnya, seperti Oman dan Bahrain.“Kerajaan memandang bahwa
setiap tindakan sepihak Israel yang mencaplok wilayah Palestina, adalah merusak
solusi perdamaian antar dua negara,” tambah Menlu Farhan. an-nahar
Saudi Arabia Negeri Pembela Islam Dan Kaum Muslimin
Dakwah Salafiyyah Dan Daulah
Su’udiyyahDisusun oleh : Arif Fathul
Ulum bin Ahmad SaifullahMembicarakan tentang Dakwah
Salafiyyah di Jazirah Arabiyyah tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertemuan
yang bersejarah pada tahun 1158 H bertepatan dengan tahun 1745 M antara dua
imam Dakwah Salafiyyah : Mujaddid Abad Ke-12 H Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dengan Amir Ar-Rasyid Muhammad bin Su’ud penguasa negeri Dar’iyyah waktu itu
dan pendiri Daulah Su’udiyyah, keduanya sepakat untuk bekerjasama untuk
mendakwahkan dakwah Tauhid Dakwah Salafiyyah dengan segenap daya upaya,
Muhammad bin Su’ud menyambut baik kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
di Dar’iyyah dan mengatakan kepada Syaikh :“ Berbahagialah di negeri
yang lebih baik daripada negerimu, dan berbahagialah dengan dukungan dan
pembelaan “Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata : “ Dan aku memberi khabar gembira kepadamu dengan kemuliaan dan
kedudukan yang kokoh, kalimat ini – لا إله إلا الله – barangsiapa yang berpegang teguh dengannya,
mengamalkannya, dan membelanya, maka Alloh akan memberikan kekuasaan kepadanya
pada negeri dan hamba-hambaNya, dialah kalimat tauhid, yang merupakan dakwah
para rasul semuanya, Engkau melihat bahwa Najed dan sekitarnya dipenuhi dengan
kesyirikan, kejahilan, perpecahan, dan peperangan di antara mereka, aku
berharap agar Engkau menjadi imam bagi kaum muslimin, demikian juga pada
keturunanmu “.Maka Muhammad bin Su’ud
berkata : “ Wahai Syaikh, ini adalah agama Alloh dan RasulNya, yang tidak ada
keraguan di dalamnya, berbahagialah dengan pembelaan kepadamu dan kepada dakwah
yang Engkau seru, dan aku akan berjihad membela dakwah Tauhid “ ( Tarikh Najed
oleh Husain bin Ghannam hal. 87 dan Unwanul Majd fi tarikhi Najed oleh Utsman
bin Bisyr 1/12 ).Maka mulailah kedua imam
Dakwah Salafiyyah tersebut beserta para pendukung keduanya menyebarkan dakwah
Salafiyyah dengan modal ilmu dan keimanan, dan mengibarkan bendera jihad di
depan setiap para penghalang jalan dakwah.Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab tidak henti-hentinya melancarkan dakwah Ilallah, mengajarkan ilmu-ilmu
syar’i kepada para penuntut ilmu, menyingkap syubhat-syubhat yang disebarkan
oleh orang-orang kafir, para penyembah kubur, dan selain mereka, beliau menghasung
umat agar berjihad dengan berbagai jenisnya, beliau juga langsung turun di
medan jihad beserta anak-anak beliau, beliau tulis karya-karya ilmiyyah dan
risalah-risalah yang bermanfa’at di dalam menjelaskan aqidah yang shahihah,
sekaligus membantah setiap pemikiran yang menyelisihinya dengan berbagai macam
argumen, hingga nampaklah agama Alloh, menanglah pasukan Alloh dan hinalah
pasukan syaithan, menyebarlah aqidah salafiyyah di jazirah Arabiyyah dan
sekitarnya, banyaklah para penyeru kepada kebenaran, dihapuslah syi’ar-syi’ar
kebid’ahan, kesyirikan, dan khurafat, ditegakkanlah jihad, dan masjid-masjid
dimakmurkan dengan sholat dan halaqah-halaqah pengajaran Islam yang murni (
Muqaddimah Syaikh Abdul Aziz bin Baz atas kitab Syaikh Ahmad bin Hajar Alu Abu
Thami hal. 4 ).BERDIRINYA DAULAH SU’UDIYYAH SALAFIYYAHPara ulama tarikh sepakat bahwa pendiri Daulah Su’udiyyah ( Negeri Saudi Arabia
) adalah Al-Imam Muhammad bin Su’ud, dialah yang membuat sunnah hasanah pada
keturunannya di dalam membela agama Alloh dan memuliakan para ulama Sunnah (
Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/234-235 ).Dr. Munir Al-Ajlani
menyebutkan bahwa pendiri Daulah Su’udiyyah adalah Muhammad bin Su’ud, dengan
baiatnya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk mengikhlaskan ibadah
semata kepada Alloh dan ittiba’ kepada hukum Islam yang shahih di dalam siyasah
( politik ) daulah, serta menegakkan jihad fi sabilillah ( Tarikh Bilad
Arabiyyah Su’udiyyah hal. 46-47 ).Maka Daulah Su’udiyyah adalah
Daulah Islamiyyah yang ditegakkan untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan
dan sekaligus Daulah Salafiyyah yang membela dakwah salafiyyah dan
menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.DAULAH SU’UDIYYAH DAN DAULAH UTSMANIYYAHSebagian orang menyangka bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad
bin Su’ud melakukan pemberontakan terhadap Daulah Utsmaniyyah, seperti yang
dilakukan Muhammad bin Hasan Al-Hajawi Ats-Tsa’alibi Al-Fasi di dalam kitabnya
Al-Fikru Sami fi Tarikhil Fiqh Islami 2/374 yang menyatakan bahwa Muhammad bin
Su’ud mendukung dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merealisasikan
impiannya di dalam melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Turki Utsmani !.Pernyataan Muhammad bin Hasan
Al-Fasi di atas adalah pernyataan yang keliru, karena menyelisihi realita
sejarah, realita sejarah menunjukkan bahwa di saat Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab melancarkan dakwahnya dan bahkan jauh sebelumnya negeri Najed – termasuk
Dar’iyyah – tidak pernah menjadi wilayah Daulah Utsmaniyyah ( Tarikh Bilad
Arabiyyah Su’udiyyah hal. 47 ).Di antara bukti-bukti sejarah
yang menunjukkan bahwa Najed tidak pernah masuk dalam wilayah Daulah Turki
Utsmani adalah sebuah dokumen yang ditulis oleh Yamin Ali Affandi dengan judul
asli berbahasa Turki : Qawanin Ali Utsman Dur Madhamin Daftar Diwan, di dalamnya
terdapat daftar wilayah Daulah Turki Utsmani sejak penghujung abad ke-11 H yang
terbagi menjadi 32 wilayah, 14 wilayah darinya adalah wilayah-wilayah di
Jazirah Arabiyyah, dan Najed tidak tercantum dalam daftar wilayah tersebut (
Lihat Bilad Arabiyyah wa Daulah Utsmaniyyah oleh Sathi’ Al-Hushari hal. 230-240
).Merupakan hal yang dimaklumi
oleh setiap pemerhati sejarah Islam bahwa banyak dari wilayah-wilayah kaum
muslimin yang tidak masuk ke dalam wilayah Daulah Turki Utsmani yang
ditunjukkan oleh adanya daulah-daulah yang sezaman dengan Daulah Turki Utsmani
seperti Daulah Shafawiyyah Rafidhiyyah di Iran, Daulah Mongoliyyah di India,
Daulah Maghribiyyah di Maroko Afrika Utara, dan beberapa Negara Islam di
Indonesia.DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE PERTAMA DARI DAULAH SU’UDIYYAHTidak henti-hentinya Al-Imam Muhammad bin Su’ud memenuhi janjinya kepada Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam mendukung dakwah Salafiyyah dan berjihad fi
sabilillah di hadapan para penghalang dakwah hingga beliau wafat pada tahun
1179 H.Sepeninggal Muhammad bin
Su’ud dibaiatlah puteranya Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam kaum
muslimin, di antara yang membaiatnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad memiliki perhatian yang besar kepada keilmuan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab sejak usia dini, ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab masih di
negeri Uyainah dia mengirim surat kepada Syaikh agar menuliskan kepadanya
tafsir Surat Al-Fatihah, maka Syaikh menuliskan kepadanya tafsir Surat
Al-Fatihah yang di dalamnya terkandung aqidah Salafush Shalih, ketika itu dia
belum mencapai usia baligh. Merupakan hal yang dimaklumi bahwa menuntut ilmu
dalam usia dini memiliki atsar yang dalam dan kokoh.Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad bin Su’ud memiliki sebuah risalah yang agung, yang memiliki andil yang
besar di dalam menyebarkan aqidah Salafush Shalih, dia buka risalah tersebut
dengan pujian kepada Alloh dan shalawat dan salam atas Rasulullah e kemudian dia berkata :“ Dari Abdul Aziz bin Muhammad
bin Su’ud kepada para ulama dan para hakim syar’i di Haramain, Syam, Mesir, dan
Iraq, beserta para ulama yang lain dari Masyriq dan Maghrib …”, kemudian dia
mulai menjelaskan aqidah Salafush Shalih dengan penjelasan yang gamblang dan
argumen-argumen yang kuat, dia berbicara tentang hikmah penciptaan Alloh
terhadap makhlukNya, makna kalimat tauhid, hak Alloh dan hak RasulNya, siapakah
musuh- musuh dakwah Salafiyyah, dan yang lainnya, kemudian dia mengakhiri
risalahnya dengan ajakan untuk kembali kepada Kitab dan Sunnah, mengamalkan
keduanya dan meninggalkan segala macam bid’ah dan kesyirikan, risalah ini
mencapai 34 halaman ( Al-Hadiyyah Saniyyah oleh Ibnu Sahman bagian awal ).Dia juga mengirim risalah ke
negeri-negeri Rum yang menjelaskan tentang agama yang haq dan tentang aqidah
Salafush Shalih ( Durar Saniyyah 1/143-146 ).Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad bin Su’ud juga banyak mengirim para ulama untuk mendakwahkan aqidah
Salafiyyah ke negeri-negeri di sekitarnya.Di antara para ulama yang
memiliki peran yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Abdul
Aziz bin Muhammad adalah Syaikh Husain bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah Al-Hushain, dan Syaikh Sa’id bin Hajji .Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad bin Su’ud dikenal banyak takut kepada Alloh, banyak berdzikir, selalu
memerintah kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, sederhana dalam
pakaiannya, sesudah sholat Shubuh dia tidak keluar dari masjid hingga matahari
meninggi dan sholat Dhuha.Pada masa pemerintahan Abdul
Aziz bin Muhammad negeri Saudi dalam keadaan aman, makmur, dan sejahtera (
Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/124 ).Ketika Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad wafat pada tahun 1218 H, puteranya Su’ud bin Abdul Aziz dibaiat
sebagai penggantinya, Su’ud bin Abdul Aziz dikenal memiliki perikehidupan yang
baik, menauladani jejak para Salafush Shalih, dikenal kejujurannya,
keberaniannya, kedalaman ilmunya, selalu membela para wali Alloh dan memusuhi
para musuh Alloh, pada zaman pemerintahannya aqidah Salafiyyah tersebar luas
hingga meliputi Haramain ( Makkah dan Madinah ), dan berbagai penjuru jazirah
Arabiyah ( Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/165 ).Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz
menyebarkan sebuah kitab yang menjelaskan tentang aqidah Salafush Shalih dan menyingkap
syubhat-syubhat musuh-musuh dakwah salafiyyah, kitab tersebut disetujui dan
ditandatangani oleh para ulama makkah, para qadhi dari empat madzhab, dan
Syarif Ghalib bin Musa’id ( Durar Saniyyah 1/318-320 ).Di antara para ulama yang
memiliki andil yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Su’ud
bin Abdul Aziz adalah : Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh
Abdurahman bin Nami, dan Syaikh Muhammad bin Sulthan Al-‘Ausaji.Pada masa pemerintahan Su’ud
Abdul Aziz bin Muhammad Daulah Su’udiyyah mengalami kemajuan yang pesat dalam
keadaan keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan oleh
Ibnu Bisyr yang melihat langsung keadaan pada masa pemerintahan Su’ud Abdul
Aziz bin Muhammad ( Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/214 ).Ketika Al-Imam Su’ud bin
Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1229 H, puteranya Abdullah bin Su’ud
dibaiat sebagai penggantinya, Abdullah bin Su’ud dikenal dengan keberaniannya,
kebaikan agamanya, dan kedermawanannya.Al-Imam Abdullah bin Su’ud
menempuh jalan yang telah ditempuh oleh ayahandanya Su’ud, hanya saja sebagian
saudara-saudaranya tidak sependapat dengannya, terjadilah perpecahan yang
menyebabkan lemahnya Daulah Su’udiyyah hingga runtuhnya Daulah Su’udiyyah
periode pertama dengan ditandai oleh wafatnya Abdullah bin Su’ud pada tahun
1233 H.DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KEDUA DARI DAULAH SU’UDIYYAHPada tahun 1240 H berdirilah Daulah Su’udiyyah periode kedua dengan dibaiatnya
Al-Imam Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam bagi kaum
muslimin dan penerus penyebar Dakwah Salafiyyah di Jazirah Arabiyyah, Al-Imam
Turki bin Abdullah dikenal memiliki ghirah yang besar terhadap syari’at Alloh
dan gigih berjihad menegakkan kalimat Tauhid ( Tarikh Daulah Su’udiyyah oleh
Dr. Madihah Darawisy hal. 58 ).Di antara para ulama yang
memiliki andil yang besar di dalam penyebaran Dakwah salafiyyah di periode ini
adalah Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –
penulis kitab Fathul Majid – , Syaikh Abdullathif bin Abdurrahman Alu Syaikh,
Syaikh Hamd bin Muhammad bin Atiq, dan Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa (
Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah hal. 560-575 ).DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KETIGA DARI DAULAH SU’UDIYYAH ( NEGERI SAUDI SEKARANG
INI ) :Setelah runtuhnya Daulah Su’udiyyah periode kedua pada tahun 1308 H ,
berdirilah Daulah Su’udiyyah periode ketiga yaitu Daulah Su’udiyyah sekarang
ini yang ditandai dengan dibaiatnya Al-Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu
Su’ud pada tanggal 21 Jumadil Ula 1351 H.Al-Malik Abdul Aziz dikenal
sebagai seorang yang gigih mengikuti jejak Salafush Shalih di dalam
mendakwahkan manusia kepada aqidah yang shahihah dan berpegang teguh kepada
syari’at Islamiyyah serta menerapkan hukum-hukum Islam dalam semua segi
kehidupan.Al-Malik Abdul Aziz berkata :
“ Aku adalah penyeru kepada aqidah Salafush Shalih, dan aqidah Salafush Shalih
adalah berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah e dan apa yang datang dari Khulafaur Rasyidin “
( Al-Wajiz fi Siratil Malik Abdul Aziz hal. 216 ).Beliau juga berkata : “
Mereka menamakan kami Wahabiyyin, dan menamakan madzhab kami adalah madzhab
Wahabi yang dianggap sebagai madzhab yang baru, ini adalah kesalahan yang
fatal, yang timbul dari propaganda-propaganda yang dusta yang disebarkan oleh
musuh-musuh Islam. Kami bukanlah pemilik madzhab baru atau aqidah baru, Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mendatangkan sesuatu yang baru, aqidah
kami adalah aqidah Salafush Shalih yang datang di dalam Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah e
dan apa yang ditempuh oleh Salafush Shalih. Kami menghormati imam empat, tidak
ada perbedaan di sisi kami antara para imam : Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu
Hanifah, semuanya terhormat dalam pandangan kami “ ( Al-Wajiz fi Siratil Malik
Abdul Aziz hal. 217 ). .DAULAH SU’UDIYYAH DAN PENERAPAN SYARI’AT ISLAMDaulah Su’udiyyah menjadikan Kitab dan Sunnah Rasulullah e sebagai Undang-undang Dasar Daulah sebagaimana
termuat dalam suratkabar Ummul Qura 21 Shofar 1345 H : “ Seluruh hukum-hukum di
Saudi berdasarkan atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah e dan apa yang ditempuh oleh para sahabat dan
Salafush Shalih “ ( Syibhul Jazirah fi Ahdil Malik Abdul Aziz 1/354 ).Daulah Su’udiyyah menerapkan
syari’at Islam di seluruh penjuru daulah, di antara hal-hal yang nampak dari
penerapan syari’at yang bisa dilihat oleh setiap orang yang datang ke negeri
Saudi adalah :– Menjadikan Aqidah Salaf
sebagai pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga
perguruan tinggi.– Menghilangkan semua hal
yang merusak aqidah dan membawa kepada kesyirikan seperti kubah-kubah di atas
kubur, berhala-berhala dan yang lainnya.– Melarang semua pemikiran
yang menyelisihi Islam seperti rasialisme, sekulerisme, komunisme, dan yang
lainnya dengan melarang masuknya buku-buku yang mengandung pemikiran-pemikiran
tersebut ke dalam negeri.– Mendirikan Haiah Amar
Ma’ruf wa Nahi Munkar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum-hukum dan
syi’ar-syi’ar Islam dan menghasung kaum muslimin agar selalu sholat berjama’ah,
menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan ibadah-ibadah yang lainnya.– Seluruh mahkamah di Daulah
Su’udiyyah berlandaskan hukum-hukum Islam.– Menegakkan hukum-hukum had
terhadap pelanggaran-pelanggaran syar’i seperti qishash, dera, potong tangan
pencuri, dan yang lainnya. Hingga detik ini kami belum pernah melihat negara
manapun di dunia yang mampu menegakkan hukum-hukum had ini kecuali Daulah
Su’udiyyah – semoga Alloh menjaga Daulah Su’udiyyah dari rongrongan
musuh-musuhNya -.KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN BERKAH PENERAPAN SYARI’AT ISLAMAlloh telah menjanjikan keamanan, kekokohan kedudukan, dan kesejahteraan bagi
siapa saja yang melaksanakan syari’at-syari’at Alloh :] وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا[“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. “ ( An-Nur : 55 ).Demikian juga Alloh
menjanjikan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat bagi siapa saja yang
mentauhidkanNya :] الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ[“Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. “ ( Al-An’am : 82 ).Siapapun yang datang ke
negeri Saudi Arabia akan merasakan keamanan yang tidak bisa didapati di
negeri-negeri lainnya, angka kriminalitas di negeri Saudi Arabia terkecil di
dunia, hal ini diakui oleh negeri-negeri di luar Saudi Arabia termasuk
negeri-negeri kafir.Manfaat keamanan di Saudi
Arabia tidak hanya dirasakan oleh para penduduk Saudi Arabia, tetapi juga
dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia terutama yang
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dahulu sebelum Makkah masuk wilayah
Daulah Su’udiyyah dikatakan bahwa “ Orang yang berangkat haji dianggap orang
yang hilang, dan jika dia kembali dianggap seperti orang yang dilahirkan
kembali “ hal ini disebabkan karena tidak amannya jalan yang dilalui oleh
orang-orang yang haji, banyak pencurian, perampokan, dan pembunuhan ( Halatul
Amn fi Ahdil Malik Abdul Aziz oleh Rabih Luthfi Jum’ah hal. 42 ).Tentang kemakmuran negeri
Saudi tidak ada seorang pun yang saat ini yang tidak mengetahuinya, padahal
negeri Saudi adalah negeri yang gersang, tetapi dengan rahmat Alloh kemudian
dengan sebab penegakan tauhid dan syari’at Islam Alloh melimpahkan rizqi dari
arah yang tidak disangka-sangka.DAULAH SU’UDIYYAH MENGHORMATI PARA ULAMA SUNNAHIlmu memiliki keutamaan yang agung , dan sungguh Alloh telah meninggikan
derajat para ulama yang mengamalkan agamanya, Alloh I berfirman :[ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ]“ Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat “ ( Al-Mujadilah : 10 ).Rasulullah e bersabda :إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر“ Sesungguhnya para ulama
adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar
dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak “ ( Diriwayatkan
oleh Tirmidzy dalam Jami’nya 5/48, Abu Dawud dalam Sunannya 3/317, dan Ibnu
Majah dalam Sunannya 1/81, dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari
1/83 dan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib 1/105 ).Masih banyak lagi dalil-dalil
yang menyebutkan tentang kedudukan yang agung dari para ulama ( Lihat Urgensi
Ilmu dan Ulama dalam Majalah Al-Furqon Tahun ke-3 Edisi 6 hal. 29-33 ).Daulah Su’udiyyah sejak awal
berdirinya hingga saat ini begitu menghormati dan memuliakan para ulama sunnah
dari dalam dan luar negeri Saudi, hal ini diketahui oleh siapapun yang membaca
dan melihat sejarah perjalanan Daulah Su’udiyyah sejak berdirinya hingga
sekarang.Syaikh Musthafa Al-‘Adawi –
seorang ulama dari Mesir – berkata : “ Aku bersyukur kepada Alloh yang telah
memberikan khusnul khatimah kepada Syaikhuna Al-Jalil Muqbil bin Hadi
Al-Wadi’i, karena seseorang yang meninggal dengan sebab sakit perut adalah
syahid sebagaimana disabdakan oleh Nabi e , beliau disholati di Masjidil Haram dan
dikuburkan di Makkah Baladul Haram.Tidak lupa aku mengucapkan
syukur kepada pemerintah Negeri Saudi Arabia – semoga Alloh membalas mereka
dengan kebaikan – atas sambutan dan pelayanan mereka yang baik terhadap para
ulama tanpa membeda-bedakan apakah dia itu warganegara Saudi, atau warganegara
Yaman atau warganegara Mesir “ ( Wada’an Lisyaikhina Al-Wadi’i yang dimuat oleh
Majalah Tauhid Kairo Mesir Tahun ke-30 Edisi 6 Jumadi Tsaniyyah 1422 H hal. 62
).PERAN DAULAH SU’UDIYYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYYAHDaulah Su’udiyyah memiliki peran yang besar di dalam penyebaran dakwah
Islamiyyah sekarang ini, setiap orang yang memiliki sedikit perhatian tentang
dakwah Islamiyyah pasti akan mengetahui tentang hal ini, dan tidak mengingkari
hal ini kecuali orang-orang yang dalam hatinya ada sesuatu.Di antara saham yang besar
dari Daulah Su’udiyyah di dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama yang
shahih ke seluruh penjuru dunia adalah mencetak dan menerbitkan kitab-kitab
yang bermanfa’at dan risalah-risalah yang berharga dari para ulama Sunnah dalam
jumlah yang besar dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan beraneka ragam
bahasa, mulai dari Mushhaf Al-Qur’an dan terjemahannya, kitab-kitab aqidah,
hadits, fiqih, tarikh, dan disiplin ilmu yang lainnya.Usaha lain yang tidak kalah
pentingnya di dalam dakwah adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang
mengajarkan Islam yang shahih di dalam dan di luar negeri Saudi,
lembaga-lembaga ini memiliki keistimewaan dengan disediakannya semua sarana
pendidikan seperti buku-buku dan yang lainnya secara gratis, bahkan diberikan
juga beasiswa kepada para penuntut ilmu yang belajar di lembaga-lembaga
tersebut.Direktorat Itfa’, Dakwah dan
Irsyad Saudi Arabia banyak pengirim para da’i ke seluruh dunia, da’i-da’i
tersebut berasal dari dalam dan luar negeri Saudi, seperti Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani yang pernah ditugasi oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Direktur Darul Ifta’ wad Da’wah untuk berdakwah di Mesir, Marokko, dan Inggris
( Tarjamah Syaikh Al-Albani dari http://www.albani.org )SYUBHAT DAN JAWABANNYASetelah membaca uraian di atas barangkali terlontar sebagian pertanyaan,
seperti :SYUBHAT DAN JAWABANNYA Setelah membaca uraian di atas barangkali terlontar sebagian pertanyaan,
seperti :1. Kenapa Daulah Su’udiyyah
dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan sistem pemerintahannya adalah monarki
kerajaan ?Kami katakan : Tidak diragukan
lagi bahwa cara pemilihan pemimpin yang Islami adalah dengan penunjukkan
sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar terhadap Umar, atau dengan diserahkan
kepada Ahlu Syura sebagaimana dilakukan oleh Umar bin Khathtab ( Lihat Politik
Islami dalam Majalah Al-Furqon Tahun ke-4 Edisi 7 Rubrik Manhaj ).Jika pemimpin sebuah daulah
dipilih dengan selain cara di atas maka para ulama sepakat tentang wajibnya
taat kepada pemimpin tersebut ( Lihat Fathul Bari 13/7 ) sebagaimana para
sahabat taat kepada Abdul Malik bin Marwan dan yang lainnya, demikian juga hal
tersebut tidak menjadikan daulah Islamiyyah menjadi daulah kufriyyah.Merupakan hal yang dimaklumi
bahwa para ulama tarikh menyebut Daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah adalah
dua daulah Islamiyyah dalam keadaan cara pemilihan pemimpinnya tidak sebagimana
dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar.Ketika Daulah Turki Utsmani
runtuh dianggap oleh para tokoh pergerakan bahwa itu adalah pertanda runtuhnya
daulah Islamiyyah, dan semua orang tahu bahwa sistem pemerintahan Daulah Turki
Utsmani adalah monarki.2. Kenapa Daulah Su’udiyyah
dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan Daulah Su’udiyyah pernah meminta bantuan
kepada negara Amerika yang kafir ?Kami katakan : Meminta
bantuan orang kafir tidak menjadikan pelakunya kafir, bahkan Rasulullah e ketika berangkat hijrah ke Madinah beliau
mengupah seorang kafir sebagai penunjuk jalan, ketika Rasulullah e memerangi penduduk Hunain sebagian orang kafir
Makkah seperti Shofwan bin Umayyah ikut dalam barisan Rasulullah e ( Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan
dikatakan oleh Haitsami dalam Majma’ Zawaid 6/180 : Para perawinya perawi kitab
Shahih ).Tidak ada seorang pun dari
para tokoh pergerakan yang mengkafirkan daulah Turki Utsmani karena bersekutu
dengan Jerman pada waktu Perang Dunia !.Syaikhuna Al-Allamah Abdul
Muhsin bin Hamd Al-Abbad berkata : “ Para Ulama Saudi Arabia ketika membolehkan
datangnya kekuatan asing ke Saudia Arabia karena dharurat, hal ini seperti
kasus seorang muslim yang meminta pertolongan kepada non muslim untuk
membebaskan dirinya dari para perampok yang hendak masuk ke rumahnya untuk
melakukan tindakan kriminal di rumahnya dan pada keluarganya, apakah kita
katakan kepada orang yang terancam dengan para perampok ini : Kamu tidak boleh
meminta pertolongan kepada orang kafir untuk menyelamatkan diri dari perampokan
?! “ ( Madariku Nazhar fi Siyasah hal. 12 ).Yang sangat mengherankan dari
orang-orang yang mengkafirkan Daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan
Amerika bahwasanya mereka ini membolehkan diri-diri mereka meminta suaka
politik ke negeri kafir, bahkan kemudian bermukim di negeri kafir, bahkan
dengan resmi menjadi warga negara negeri kafir !.Bahkan banyak orang-orang
yang mengkafirkan Daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan Amerika karena
dharurat, sedangkan mereka meminta bantuan orang-orang kafir hanya sekedar
untuk menambah suara partai mereka agar menang dalam Pemilihan !.( Pembahasan ini banyak
mengambil faidah dari kitab Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
As-Salafiyyah oleh Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Abdurahman Al-‘Abud dan
Atsaru Da’wah Salafiyyah fi Tauhidil Mamlakah Arabiyyah Su’udiyyah oleh Dr.
Hamud bin Ahmad Ar-Ruhaili ).
SYUBHAT DAN JAWABANNYA