Thursday, October 15, 2020

Tersebarnya Sufi Utsmani Dan Lahirnya Muhammad Bin Abdul Wahab

 


Daulah Utsmaniyah atau Turki Ottoman, menguasai dunia Arab sejak 1326 hingga runtuhnya kekuasaan mereka tahun 1922.

Selama itu, mereka membutuhkan cara untuk menyebarkan pengaruh dan kendali mereka, dan pada saat yang sama harus menopang anggaran kebutuhan kesultanan mereka di Istanbul.

Oleh karena itu, Utsmaniyah menyebarkan ritual keagamaan dan takhayul melalui tasawuf, seperti penyebaran budaya menyembah kuburan orang shalih, tempat keramat, berdoa kepada orang mati, batu, pohon, dan mengkultuskan ajaran dan tokohnya.

Mereka memanfaatkan keterikatan orang Arab pada Islam dengan membangun tempat suci dan masjid di sekitar kuburan orang-rang saleh dan ulama.

Jika mereka tidak menemukan kuburan yang sebenarnya di suatu tempat, mereka membuat kuburan palsu.

Kemudian Ottoman mengeksploitasi kaum muslimin yang kurang ilmu dan lemah, meyakinkan mereka bahwa perlu berdoa kepada orang mati untuk mendapatkan rezeki, pernikahan, kehamilan, kekayaan, keselamatan, dan kesuksesan dalam hidup.

Sebagian tokohnya menyebarkan doktrin, agar sholat diterima, harus membayar sejumlah uang “sukarela” kepada wali makam. Semakin banyak uang yang dibayarkan semakin besar kesempatan untuk permohonannnya dikabulkan!.

Ketika umat Islam mengabaikan kebenaran agamanya, tempat suci kaum sufi bermunculan. Menyebar ke sebagian besar dunia Islam.

Bahkan, bisa jadi jumlah kuburan yang disembah di suatu negara tidak kalah dengan jumlah kota dan desa di negara tersebut.

Tak terkecuali di Arab Teluk yang menderita kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan jauh dari kebenaran Islam. Terdapat ratusan kuburan, yang uang dan pengorbanannya dipersembahkan agar doa diterima.

Cara Ottoman diikuti oleh Persia, menyebarkan Sufisme-Syiah, seperti menyembah kuburan, pohon dan batu, mengemis dan berputar-putar di sekitar kuburan. Mengumpulkan uang dari orang-orang bodoh dan lemah yang berharap ampunan Tuhannya, kemudian mereka ke Istanbul atau Teheran.

Oleh karena itu, Jazirah Arab menjalani hari-hari terburuknya dalam khayalan, keterbelakangan, dan fragmentasi serta dominasi yang mengerikan dari para pemimpin suku yang dibeli Ottoman dengan loyalitas mereka untuk menindas suku dan kabilah lain.

Situasi mengerikan ini berlanjut hingga seorang mujadid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, muncul di awal 1700-an dan memulai berdakwah kembali ke ajaran Islam, menolak mitos yang dibawa Ottoman.

Ottoman terganggu oleh dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dan menggelarinya sebagai “Wahabisme,” menggambarkannya seolah-olah ajaran baru yang menisbatkan kepada Islam.

Padahal, gerakan Syaikh Muhammad adalah pembaruan (tajdid), ajakan untuk mengoreksi cara beragama untuk kembali ke Islam yang benar.

Syaikh Muhammad membutuhkan seorang pemimpin politik dan militer yang mendukung gerakan tajdid-nya. Dia menemukannya pada sosok Muhammad bin Saud, Emir Diriyah, sebuah desa di Najd di tengah Jazirah Arab. Inilah negara Saudi pertama yang lahir pada 1744.

Gerakan tajdid Syaikh Muhammad menyeru untuk kembali ke Islam yang murni dan benar, seperti berdoa langsung kepada Allah, melarang berdoa kepada mayit dan di kuburan, juga menyeru agar tidak memberikan uang di kuburan dalam bentuk apapun.

Buah dakwahnya, kaum Muslimin di Arab melancarkan kampanye untuk menghancurkan tempat-tempat yang dikeramatkan, mengakhiri era pemujaan orang mati dan kuburan, sehingga aliran dana ke perbendaharaan Kerajaan Ottoman terhenti dari Mekah dan Madinah.

Semua ini menjadi mimpi buruk yang mengancam aliran dana Utsmaniyah. Untuk itu, mereka menulis buku yang menentang dakwah Syaikh Muhammad, membayar agen-agen Arab mereka untuk mengubah citranya dan menggambarkannya sebagai kejahatan.

Sejak itulah, istilah “Wahabisme” diciptakan dengan cara yang menipu untuk menghubungkan semua bentuk terorisme dan ekstremisme dengan Arab Saudi.

Mereka ingin mencegah pengaruh “Wahabisme” terhadap Muslim lainnya, demi mempertahankan pendapatan dari muqollid ‘ama di tempat-tempat yang dikeramatkan.

Sayangnya, mitos Sufi Utsmaniyah dan penyembahan tempat yang dikeramatkan telah tersebar luas di dunia Islam. Karena uang yang dihasilkannya mengalir bagi pemiliknya, dengan terus mendistorsi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Mereka terus mencuri uang orang bodoh. Anda dapat bayangkan, berapa banyak uang yang dihasilkan dari satu kuburan.

Misalnya rezim Iran, penghasilan dari “tempat suci” digunakan untuk membiayai banyak operasi terorisnya. Lihatlah sejumlah besar uang yang dimasukkan oleh mereka yang memimpikan kekayaan.

Mereka terus menyebarkan ritual dan tarian gila yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Tetapi orang bodoh akan memanjakannya, untuk membakar emosi mereka yang berakhir dengan membayar uang dan memenuhi semua yang diinginkan oleh Syaikh dari tarekat sufi, lihat situasi mereka di Turki sekarang.

Akibatnya, banyak Muslim yang bodoh masih menggunakan istilah Wahhabisme, persis seperti yang diinginkan Ottoman. Dan mereka tidak tahu apa sebenarnya kebenaran “Wahhabisme” atau Muhammad bin Abdul Wahhab!

Ikhwanul Muslimin dan sufi yang bermimpi memulihkan Kekaisaran Ottoman, mengaitkan terorisme dengan Wahhabisme.

Tetapi mereka tidak akan memberi tahu Anda hakekat ajaran “Wahhabisme.” Misalnya, larangan “jihad bunuh diri,” di saat pemimpinnya Al-Qaradawi, menfatwakannya.

Padahal, apa yang dikenal sebagai terorisme dari umat Islam, tidak muncul sampai terbentuknya Ikhwanul Muslimin 100 tahun yang lalu, yang dianggap sebagai rahim lahirnya Al Qaeda, ISIS, dan kelompok teroris ekstremis lainnya.

Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah rahmata waasi’atan. Bisa jadi, tanpa perantara dia, rakyat Arab setiap Jumat ke kuburan dan berdoa kepada mayit memohon kesuksesan hidup, seperti yang terjadi saat ini di Turki, Iran, Irak, Suriah, Mesir, Maroko dan banyak negara Muslim lainnya.

lihat photo disumber

 

Bantahan dari Saudinesia :
 
- Copas dari tulisan pendapat pribadi Gaith Al Tamimi seorang bekas Syiah yang "katanya" tobat.
+ Ngarang, sembarangan.
 
- Ziarah Kubur kadang disalah artikan Saudinesia dan manusia-manusia picik yang tidak ingin Muslim bersatu
+ Seandainya tidak dimaafkan, bisa jadi dituntut kelak di Yaumil Hisab atas tuduhan ini.
 
- foto-foto tradisi Ziarah Kubur di Turki dan sebagai perbandingannya kami juga lampirkan tradisi ziarah kubur di Saudi Arabia. Tidak ada perbedaan, tidak ada penyembahan kepada kuburan anda justru bisa melihat warga Saudi berdoa di depan kuburan (hal yang diprotes admin Saudinesia). 
+ Yang dibahas akidah dan syariat, yang ditampilkan perbandingan foto, unik (ingin tertawa, tetapi kuatir dianggap meremehkan). 
 
Kalau mau membantah, beri informasi sejarah bahwa ziarah kubur Utsmani bukanlah seperti yg dituduhkan seperti budaya menyembah kuburan orang shalih, tempat keramat, berdoa kepada orang mati, batu, pohon, dan mengkultuskan ajaran dan tokohnya. 
 
Lampirkan buktinya, misalnya sumber sejarah mengutip pendapat pakarnya atau hipotesis. 
 
Ini kami perkuat bukti tulisan yang konon dibantah dg foto tsb:
 
Orang-orang Turki mengagungkan Jalaluddin Rumi dan menganggapnya sebagai wali mereka. 
 
Orang-orang Turki semenjak Daulah Utsmani, sangat mengagungkan Jalaluddin Rumi, yang dijuluki sebagai Maulana.
 
Bahkan sampai hari ini orang-orang Turki mengagungkan dan memuliakan tokoh yang dipanggil Maulana Jalaluddin Rumi.
 
Mereka mengadakan perayaan di kuburannya, sampai hari ini. Mereka menyeka kuburnya dan mencari berkah dari kuburan tersebut. Juga membuat perayaan peringatan wafatnya. 
 
Sejarawan terkemuka Turki, Muhammad Fuad Karbelli, dalam bukunya “Qiyam Daulah Utsmaniyyah” mengingatkan perkara ini, dengan mengatakan:
 
“Islam mereka ini, yakni Turki Utsmani di masa awal, bukan Sunni, tetapi terpengaruh oleh penyembah berhala yang terdahulu, kemudian membungkusnya dengan ajaran Sufi.”
 
- Tradisi ziarah kubur di Turki tidak berubah sejak masa Utsmaniyyah sampai sekarang. Tradisi ini juga tidak berbeda dengan di Indonesia pada umumnya. Apalagi admin stress Saudinesia menuduh berdoa kepada batu dan pohon, Na'udzubillah. Tulisan yang tidak berdasarkan apa yang dilihatnya akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
 
+ Sejarawan terkemuka di Turki, Yalmaz Oztona, dalam bukunya “Tarikh Ad Daulah Al Utsmaniyyah,” menyatakan bahwa tasawuf merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang-orang Utsmani.
 
Mereka orang-orang Turki, ketika meninggalkan berhala dan memeluk Islam, yang mereka anut adalah thariqah sufiyyah yang khurafat.
 
Pembantah yang tidak ilmiah akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
 
- Anda juga tidak akan menemui Tasawuf Sufi di dalam setiap peribadatan Muslim Turki. Sufi di Turki adalah kelompok Tarikat pengajian bukan akidah umum. Anda hanya akan dapat melihat budaya Sufi Darwis di acara-acara tertentu seperti saat show buat turis. Akidah orang Turki sejak zaman Utsmaniyyah adalah Ahlussunah Wal Jamaah dengan mayoritas bermadzhab Hanafi.
 
+ perayaan di kuburan Maulana Jalaluddin Rumi dengan tarian Darawis, melakukannya gerakan badan berputar-putar, mengenakan peci dan busana putih besar di bagian bawahnya.
 
Mereka berputar-putar dengan cara yang aneh seperti orang yang mabuk, berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
 
Sebagai pengagungan terhadap tokohnya, Daulah Utsmani memberi hadiah kepada orang-orang Maulawiyyah, yaitu pengikut Jalaluddin Rumi. Dia juga yang menghias makam Jalaluddin Rumi.
 
Lalu Sultan Bayazid II, merevonasi makam Jalaluddin Rumi, membuatkan hiasan-hiasan dan memasangkan kain-kain tenunan.
 
Seorang Sultan yang agung, Sulaiman Al-Qanun, menjadikan makamnya ruangan untuk menari tarian Darawis.
 
Sultan Muhammad Rosyad, seorang sultan pada akhir-akhir masa kesultanan  Utsmani, menghadiahkan seorang Masyayikh Thariqah Maulawiyyah, sebuah ikat pinggang kehormatan sultan dengan sarung pedang ditengahnya saat pembaiatan.
 
Bahkan seorang Ataturk Almani, menghadiahkan pecinya kepada seorang Syaikh Thariqat Maulawiyyah Abdul halim Jalabi. 
 
- Jika Saudinesia mengatakan umat Muslim selain Arab Saudi mengkultuskan ajaran dari para tokohnya, bagaimana jika dikatakan kaum Wahhabi mengkultuskan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab ? 
 
+ Ini kejahilan orang yang tidak paham makna "wahabi." Padahal Syaikh Muhammad hanya satu dari sekian banyak ulama Ahlu Sunnah, yang ilmunya diambil jika sesuai dg Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ditinggalkan jika menyelisihinya. Bagi "wahabi," kaidah “Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tapi sayang kejahilannya membuat penulis bantahan di atas menjadi benci.
 
- Di Turki malah tidak ada pengkultusan tokoh-tokoh besar. 
+ Dusta, türbeler wali-wali tersebar mulai dari ujung Barat hingga ujung Timur Turki. Jangan tanya seperti apa nyamannya, bisa jadi lebih mewah daripada rumah kita. 
 
- Apakah hanya Muslim penganut ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab saja yang masuk surga ?? Bagaimana nich admin Saudinesia dan para buzzernya ?? Anda yakin ke Surga dengan segala Fitnah yang anda sebarkan ??
+ Pertanyaan jahil murakkab, tidak perlu dijawab, seakan2 tuduhan tsb kembali kpd penanya.  Semoga tudingan fitnahnya tdk kembali kepada diri penuduhnya.
 
 
Kenapa Mereka Membenci Dan Memerangi Wahabi?
 
Raja Abdul Aziz Aalu Su'ud rahimahullah mengatakan,
 
"Daulah Utsmaniyyah memerangi kami (Arab Saudi) dengan sangat dahsyat, menyerang kami dari berbagai sisi, dan mengerahkan kekuatan besar terhadap kami, serta mengepung kami dari berbagai penjuru, demi menghancurkan kami dan memukul kami di jantung pertahanan kami.
 
Daulah Utsamiyyah terus memerangi kami karena menganggap (menuduh) bahwa Wahabiyyah adalah madzhab baru, bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab membawa ajaran baru, dan orang-orang Wahabi harus diperangi.
 
Namun Allah membela (memenangkan) kami atas mereka. .. dengan kekuatan Tauhid yang terhunjam dalam qalbu dan iman yang tertanam di dada. Allah Ta'ala mengetahui bahwa Tauhid tidak hanya menguasai tulang dan fisik kami saja, namun juga menguasai qalbu (hati) dan seluruh anggota badan kami.
 
Kami tidak menjadikan Tauhid sebagai alat untuk mencapai ambisi-ambisi pribadi, atau meraih keuntungan. Namun kami berpegang dengan Tauhid di atas dasar aqidah yang kokoh dan iman yang kuat, dalam rangka kami meninggikan Kalimat Allah setinggi-tingginya."
 
Mukhtaraat min al-Khuthab al-Malakiyyah, 1/46
 
Darimana Istilah Wahhabi Berasal?
 
Berkata al-Imam al-Albani rahimahullah:
 
"Istilah Wahhabi adalah (berasal dari) kebijakan politik Turki untuk menghalangi (manusia) dari Islam yang benar."
 
Silsilatul Huda wan Nur kaset no 176 menit ke-49
 
Berkata asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah:
 
"Daulah 'Utsmaniyyah (Turki) pada mereka terdapat khurafat. Juga terdapat kuburan-kuburan yang diagungkan, pemahaman tasawuf, dan bid'ah. Maka mereka takut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sampai ke negara mereka. Oleh karena itu mereka memerangi Negara Saudi."
 
Sumber: al-Ijabatul Fashilah hal 39
 
Berkata al-'Allamah Ibnu Badis rahimahullah:
 
"Para sultan Turki, merekalah yang menyebut Hanabilah (pengikut madzhab Hambali) di Najd dengan sebutan Wahhabiyyah. Dan merekalah yang menyebarkan tuduhan dan kedustaan-kedustaan di seluruh penjuru dunia Islam. Mereka membayar para ahli fiqh di penjuru negeri untuk mengarang, menulis (kitab-kitab), dan berdusta atas nama Hanabilah Najd."
 
Majalah ash-Shirath no: 5
 
Berkata al-'Allamah Hammad al-Anshari rahimahullah:
 
"Tidak ada satupun di dunia ini, yang menulis, menyebarkan, dan mencetak (kitab-kitab) dalam rangka melawan dakwah Salafiyyah, yang semisal dengan Turki dan negara Syi'ah Rafidhah di Iran. Karena sesungguhnya akidah Salafiyyah tidaklah sedikit penyebarannya, hingga para penguasa Turki-penganut Tarekat Naqsyabandiyah-memerintahkan (penghentian penyebarannya). Sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah adalah musuh akidah Salafiyyah."
 
Al-Majmu' Fiy Tarjamatih 2/691