Wednesday, May 27, 2015

Adakah Sahabat Yang Lebih Mulia Dari Abu Bakar ? Antara Kajian Ilmiyah Dan Fitnah Kaum Syiah

Oleh : Ust. Aminullah Yasin
Berkata Imam As-Subki dalam kitab “Thobaqah As-Syafi’iyah Al-Kubro”, (Jilid 9/Hal. 115) :

قال لي شيخنا الذهبي مرة: من في الأمة أفضل من أبي بكر الصديق رضي الله عنه بالإجماع؟
فقلتُ: يفيدنا الشيخ
فقال: عيسى بن مريم عليه السلام، فإنه من أمة المصطفى، ينزل على باب دمشق، ويأتم في صلاة الصبح بإمامها، ويحكم بهذه الشريعة
Syaikh kami, Imam Adz-Dzahabi suatu kali berkata, “siapakah orang dalam Ummat ini yang secara ijma’ lebih mulia dari Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu?”
Aku berkata, “beritahukan kepada kami wahai Syaikh…”
Beliau menjawab, “ ‘Isa bin Maryam alaihis salam, beliau adalah salah satu dari ummat Nabi Muhammad, diakhir zaman akan turun pada pintu Damaskus, melaksanakan sholat subuh dengan imamnya, dan akan berhukum dengan syariat (Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam).” [selesai]
 
PENDAPAT AL-HAFIDZ IBNU HAJAR rahimahullah
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani juga memasukkan ‘Isa bin Maryam alaihis salam dalam daftar sahabat Nabi dalam kitabnya yang fenomenal “Al-Ishobah Fie Tamyizi As-Shohabah” dengan No. 6,153. Beliau berkata,


6153 عيسى المسيح بن مريم الصديقة بنت عمران بن ماهان بن الغار رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم ذكره الذهبي في التجريد مستدركا على من قبله فقال عيسى بن مريم رسول الله رأى النبي صلى الله عليه وسلم ليلة الإسراء وسلم عليه فهو نبي وصحابي وهو آخر من يموت من الصحابة
6,153 ‘Isa Al-Masih bin Maryam As-Shiddiqah binti ‘Imron bin Mahan bin Al-Ghor, seorang utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam.


Imam Adz-Dzahabi menyebutkannya dalam kitab At-Tajrid, dari hasil penelusuran atas sebelumnya. Beliau berkata, “ ‘Isa bin Maryam, seorang utusan Allah, dia melihat Nabi shalallahu alaihi wa sallam pada malam Isro’, dan dia adalah seorang Nabi dan seorang Sahabat, dan dia adalah sahabat yang (akan) terakhir mati.” [selesai]

Masih dalam kitab yang sama, Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan 3 alasan kenapa Nabi ‘Isa alaihis salam beliau anggap termasuk dari golongan sahabat. Beliau berkata :

ويتجه ذكر عيسى خاصة لأمور اقتضت ذلك أولها أنه رفع حيا وهو على أحد القولين الثاني أنه اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم ببيت المقدس على قول ولا يكفي اجتماعه به في السماء لأن حكمه من حكم الظاهر الثالث أنه ينزل إلى الأرض كما سيأتي بيانه فيقتل الدجال ويحكم بشريعة محمد صلى الله عليه وسلم فبهذه الثلاث يدخل في تعريف الصحابي وهو الذي عول عليه الذهبي وقد رأيت أن أذكر له ترجمة مختصرة

Dan alasan kenapa ‘Isa alaihis salam secara khusus kami sebutkan (dalam kitab ini) adalah dengan sebab-sebab berikut :

Pertama, bahwa Nabi ‘Isa diangkat oleh Allah (ke langit) dalam keadaan hidup, meskipun ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Kedua, bahwa Nabi ‘Isa pernah bertemu dengan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam di Baitul Maqdis menurut sebuah pendapat, dan tidak cukup pertemuan antara beliau dengan Nabi Muhammad di atas langit, karena hukumnya adalah sesuai dengan yang zhohir.

Ketiga, bahwa Nabi ‘Isa akan turun kembali ke bumi, sebagaimana akan kami jelaskan nanti, dan beliau akan membunuh Dajjal, berhukum dengan Syari’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Maka dengan tiga alasan ini, beliau termasuk dalam golongan Sahabat. Dan inilah sebab yang dijadikan alasan oleh Imam Adz-Dzahabi. Dan sayapun memandang untuk menuliskan biografinya secara singkat (dalam kitab ini). [selesai]

PENDAPAT SYAIKH ABDUL AZIZ AR-RAJHI hafizhohullah.

Fadhilatus syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah Ar-Rajhi hafizhohullah menguatkan pendapat ini, beliau berkata dalam halaman pribadinya (http://portal.shrajhi.com/Media/ID/7038) :
ويتجه ذكر عيسى خاصة لأمور اقتضت ذلك أولها أنه رفع حيا وهو على أحد القولين الثاني أنه اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم ببيت المقدس على قول ولا يكفي اجتماعه به في السماء لأن حكمه من حكم الظاهر الثالث أنه ينزل إلى الأرض كما سيأتي بيانه فيقتل الدجال ويحكم بشريعة محمد صلى الله عليه وسلم فبهذه الثلاث يدخل في تعريف الصحابي وهو الذي عول عليه الذهبي وقد رأيت أن أذكر له ترجمة مختصرة
‘Isa ‘alaihis salam adalah salah satu dari bagian ummat Nabi Muhammad, dan dia adalah termasuk Nabi, dan dia adalah orang terbaik dari ummat ini setelah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq.

‘Isa ‘alaihis salam kita katakan bahwa dia seorang sahabat, karena dia melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada malam mi’raj dalam keadaan hidup.


Sehingga pernah ditanyakan, “siapakah yang paling mulia dari ummat ini, melebihi Abu Bakar As-Shiddiq secara ijma’?” (jawabannya) ‘Isa ‘alaihis salam. ‘Isa adalah seorang Nabi, lebih mulia dari Abu Bakar secara ijma’, dan dia juga salah satu dari bagian Ummat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dia juga seorang sahabat, karena dia menyaksikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada malam mi’raj.

Karena pengertian dari istilah “sahabat” itu adalah seorang  yang pernah bertemu dengan Nabi dan dia beriman, dan dia mati dalam keadaan Islam. Itulah pengertian sahabat, walaupun hanya (bertemu) sekilas dan satu kali, sahabat junior yang mereka di tahnik oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dimasa bayi mereka, mereka juga berhak untuk disebut dengan istilah sahabat. [selesai]

PENDAPAT LAIN?
Apa yang kami sampaikan diatas hanyalah sebatas “pendapat” sebagian ulama, dan masih layak untuk dikritisi, ditambah lagi bahwa pendapat tersebut diungkapkan pertama kali oleh Imam Adz-Dzahabi yang hidup pada abad ke-7 Hijriyah (673 H s/d 748 H).

Dan pendapat tersebut tidak memiliki mustanad / sandaran kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maupun kepada As-Salafus Sholih. Berkata Imam Malik rahimahullah :
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
"Setiap orang (bisa) diambil pendapatnya ataupun ditolak, selain orang dalam kuburan ini (Yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)." [Lihat : Maqosidul Hasanah, karya Imam As-Sakhowi, hal : 513].
Maka terkait dengan permasalahan ini kami katakan –wallahu a’lam-, bahwa pendapat tersebut diatas adalah pendapat yang lemah, selain tidak didukung dengan dalil syar’i ataupun perkataan sahabat atau salah seorang dari kalangan salaf, pendapat tersebut juga kami nilai ada beberapa kelemahannya, diantaranya :

Kelemahan Pertama, Pendapat ini berdasarkan pada “pengertian sahabat” yang mereka tetapkan, yaitu : “Sahabat adalah seorang yang bertemu dengan Nabi (walaupun sesaat) dalam keadaan Islam, dan dia mati dalam keadaan Islam”.

Dari sisi ini, ada dua hal yang kami kritisi :

Pertama, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang pengertian sahabat hingga lebih dari 5 pendapat.

Kedua, meskipun pengertian ini adalah pengertian yang rojih menurut jumhur ulama, namun pengertian ini tidak bisa dipahami dan diaplikasikan secara tekstual / leterlek begitu saja, kenapa? Karena pengertian ini bukanlah nash Al-Qur’an ataupun Al-Hadits. Dan apabila (tetap) dipaksakan untuk dipahami secara leterlek, maka akan terjadi :

Kelemahan Kedua, Jika Nabi ‘Isa alaihis salam adalah sahabat, karena pernah melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka orang-orang yang hidup diakhir zaman yang berjuang bersama Nabi Isa dalam memerangi dajjal, mereka berhak disebut sebagai TABI’IN. karena pengertian tabi’in (yang rojih) adalah : seorang yang bertemu dengan sahabat dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan islam!

Dari sisi ini, ada dua hal pula yang bisa dipertanyakan :

Pertama, apakah Imam Mahdi yang menjadi Imam sholat bagi Nabi ‘Isa adalah seorang tabi’in, dan apakah dengan demikian kita katakan bahwa Imam Mahdi adalah tabi’in yang terbaik?
Kedua, jika mereka adalah tabi’in , apakah mereka termasuk dalam golongan as-salafus sholeh, ummat terbaik setelah zaman sahabat?!

Kelemahan ketiga, jika pengertian yang dibuat oleh para ulama tersebut harus kita terapkan secara leterlek, maka akan terjadi  kerancuan dalam berpikir. Dan layak seseorang mengatakan :

1.    Abu Bakar As-Shiddiq adalah seorang Tabi’in, kenapa? Karena Abu Bakar As-Shiddiq bertemu dengan sahabat dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan islam.

2.    Umar bin khottob adalah seorang Tabi’ut Tabi’in, kenapa? Karena Umar bin Khottob bertemu dengan tabi’in dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan islam.
3.    Dan lain sebagainya…

Tentu saja itu adalah buah/hasil dari penerapan kaidah secara leterlek yang tidak dapat dihindari.
Kelemahan keempat, manakah kedudukan yang lebih mulia? Nabi atau Sahabat? Tentu saja Nabi lebih mulia! Maka kami katakan, jika kedudukan Nabi jauh lebih mulia dibanding kedudukan Sahabat kenapa kita harus mengatakan bahwa Nabi ‘Isa alaihis salam adalah seorang Sahabat?

Sama seperti ketika kita mengatakan, Abu Bakar As-Shiddiq adalah sahabat dan bukan tabi’in, meskipun pengertian tabi’in berlaku padanya, karena kedudukan sahabat jauh lebih mulia dibandingkan dengan kemulian tabi’in.

Demikian pula kami katakan, kedudukan Nabi ‘Isa alaihis salam sebagai seorang Nabi, bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, tentu jauh lebih mulia dari kedudukannya sebagai sahabat. Meskipun pengertian sahabat berlaku atasnya, namun apakah pantas kita mengatakan Nabi ‘Isa alaihis salam adalah seorang sahabat?!

Kelemahan kelima, pendapat ini bertentangan dengan pendapat para as-salafus shalih, baik dari kalangan sahabat, tabi’in ataupun tabi’ut tabi’in. Karena tidak ada satupun riwayat dari as-salafus sholih yang menyatakan bahwa ‘Isa ‘alaihis salam adalah sahabat terbaik. Berikut kami nukilkan beberapa riwayat dan perkataan Ulama yang menguatkan hal ini :
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, “kami memilih (yang terbaik) diantara manusia pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar bin Khottob kemudian Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhum [HR. Al-Bukhori]
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال كان نخير بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم فنخير أبا بكر ثم عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم
Dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Aku bertanya kepada Ayahku (‘Ali bin Abi Tholib), siapakah manusia terbaik (di umat ini) setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Abu Bakar”. Aku bertanya, “kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “kemudian Umar”. Aku khawatir beliau akan mengatakan kemudian Utsman, maka aku katakan, “kemudian engkau?”. Beliau menjawab, “aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”. [HR. Al-Bukhori].

عن محمد بن الحنفية قال قلت لأبي أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قلت ثم من قال ثم عمر وخشيت أن يقول عثمان قلت ثم أنت قال ما أنا إلا رجل من المسلمين
Dari Abu Juhaifah berkata, aku mendengar Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata, “maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya? Dialah Abu Bakar! Dan maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini selelah Abu Bakar? Dialah Umar ! [HR. Ahmad]
قال : ألا إنَّ أفضلَ هذه الأمَّةِ بعد نبيِّها أبو بكرٍ ، من قال غيرَ ذلك بعد مقامي هذا فهو مفتري وعليه ما على المفتري
Berkata Umar bin Khattab, “ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, barang siapa yang berkata selain itu setelah berdirinya aku ini, maka dia adalah pendusta, dan baginya hukuman seorang pendusta” [Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Musnad Al-Faruq, dengan sanad yang kuat]
وَقَالَ الإمَامُ الطَّبَرِيُّ (ت:310هـ): [وَكَذَلِكَ نَقُولُ: فَأَفْضَل أَصْحَابه : الصِّدِّيقُ أَبُو بَكْرٍ ، ثُمَّ الْفَارُوقُ بَعْدَهُ عُمَرُ، ثُمَّ ذُو النُّورَيْنِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّان ، ثُمَّ أَمِيْرُ المؤمنينَ وإمامُ الْمُتَّقِينَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، رضوان الله عَلَيْهِم أَجْمَعِينَ]
Berkata Imam At-Thobari (wafat tahun 310 H), “dan demikian juga kami katakan, bahwa sahabat yang terbaik adalah Ash-Shiddiq Abu Bakar, kemudian Al-Faruq Umar, kemudian Dzun Nurain Utsman bin Affan, kemudian Amirul Mu’minin dan Imamul Muttaqin Ali bin Abi Tholib ridhwanullah alaihim ajma’in” [Lihat kitab Shorihus Sunnah karya At-Thobari, hal. 26]

 وَقَالَ الإمَامُ أَبُو بَكْرٍ الآجُرِّيُّ (ت:360هـ): [وَمَذْهَبُنَا فِيهِم أَنَّا نَقُولُ فِي الْخلافَةِ والتَّفْضِيْلِ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عليٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم]
Berkata Imam Abu Bakar Al-Ajuuri (wafat tahun 360 H), “dan madzhab kami (ahlus sunnah) terkait mereka (para sahabat) adalah kami katakan, dalam masalah (siapakah yang paling berhak menjadi) khilafah dan (siapakah yang paling) utama (mereka adalah) : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, radhiyallahu anhum.” [lihat kitab As-Syari’ah, ]

 وَقَالَ الإمَامُ ابنُ أبِي زَيْدٍ القَيْرَوَانِيُّ(ت:386هـ): [بَابُ مَا تَنْطِقُ بِهِ الأَلْسِنَةُ، وتَعْتَقِدُهُ الأَفْئِدَةُ مِنْ وَاجِبِ أُمُورِ الدِّيَانَاتِ  ثُم قَالَ: [وَأفْضَلُ الصَّحَابَةِ الخُلَفاءُ الرَّاشِدُونَ المَهْدِيُّونَ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ]
Berkata Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani (wafat tahun 386 H), “Bab apa yang diucapkan oleh lisan dan diyakini oleh hati dari perkara-perkara wajib dalam agama” kemudian beliau mengatakan, “dan sahabat yang paling mulia adalah al-Khulafaur Rasyidun Al-Mahdiyun, : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, radhiyallahu anhum.” [Lihat kitab Risalatul Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani, hal. 19]

 وَقَالَ الإمَامُ ابنُ أبِي زَمَنِيْن (ت:399هـ): [وَمِنْ قَوْلِ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ: أَنَّ أَفْضَلَ هَذِهِ اَلأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّنَا : أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَأَفْضَلَ اَلنَّاسِ بَعْدَهُمَا: عُثْمَانُ وَعَلِيٌّ]
Berkata Imam Ibnu Abi Zamanain (wafat tahun 399 H), “dan termasuk pendapat Ahlus Sunnah, bahwa manusia terbaik dalam umat ini setelah Nabi kita adalah Abu Bakar dan Umar dan yang terbaik setelah mereka berdua adalah Utsman dan ‘Ali”. [Lihat kitab Ushulus Sunnah, Hal. 270]
وَقَالَ الإمَامُ أبُو نُعَيْمٍ الأَصْبَهَانِيُّ (ت:430هـ): [وَمِنْهُم مَنْ يَقُولُ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ، وَذَلِكَ قَوْل أَهْلِ الْجَمَاعَةِ وَالأثَرِ مِنْ رواةِ الْحَدِيثِ، وَجُمْهُورِ الأمَّةِ]
Berkata Imam Abu Nu’aim Al-Ashbahani (wafat tahun 430 H), “dan diantara mereka ada yang mengatakan (yang terbaik adalah) Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali, radhiyallahu anhum ajma’in. dan itu adalah perkataan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari kalangan para periwayat hadits dan mayoritas ummat ini”. [Lihat kitab Al-Imamah war Rodd Ala Ar-Rafidhah, hal. 206]

وَقَالَ الإمَامُ أبُو عُثمان الصابونِيُّ (ت:449هـ): [وَيَشْهَدُونَ وَيَعْتَقِدُونَ أَنَّ أَفْضَلَ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ -: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، وأَنَّهُم الْخُلَفَاء الرَّاشِدُونَ...]
Berkata Imam Abu Utsman As-Shobuni (wafat tahun 449H), “dan mereka (ahlus sunnah) bersaksi dan berkeyakinan bahwa sahabat terbaik adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, dan bahwasanya mereka adalah para khalifatur rasyidin…” [Lihat kitab Aqidatus Salaf wa Ashabul Hadits, hal 289].

وَقَالَ الإمَامُ ابنُ قُدَامَة (ت:620هـ): [وأَفْضَلُ أُمَّتِهِ: أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، ثُمَّ عُمَرُ الْفَارُوقُ، ، ثُمَّ عُثْمَانُ ذُو النُّورَيْنِ، ، ثمَّ عَلِيٌّ الْمُرْتَضَى، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ ...]
Berkata Imam Ibnu Qudamah (wafat tahun 620 H), “dan yang terbaik dikalangan umat ini adalah Abu Bakar As-Shiddiq kemudian Umar Al-Faruq, kemudian Utsman Dzun Nurain, kemudian Ali Al-Murtadho radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in…” [Lihat kitab Lum’atul I’tiqod, hal. 45]
Maka kami katakan, jika benar bahwa ‘Isa alaihis salam adalah seorang sahabat, niscaya tidak ada satupun dari kalangan sahabat yang mengatakan dan berpendapat bahwa Abu Bakar adalah sahabat terbaik! Karena sangat tidak sebanding, seorang yang difirmankan oleh Allah sebagai seorang Nabi, dibandingkan dengan Abu Bakar As-Shiddiq!!


PENDAPAT SYAIKH IBNU UTSAIMIN

Sebagai penguat apa yang kami sampaikan, berikut kami nukilkan perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam kitab Syarah Aqidah Al-Wasitiyah,
فإن قلت: عيسى عليه الصلاة والسلام ينزل في آخر الزمان وهو رسول، فما الجواب؟
نقول: هو لا ينزل بشريعة جديد، وإنما يحكم بشريعة النبي
فإذا قال قائل: من المتفق عليه أن خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر، وعيسى يحكم بشريعة النبي ، فيكون من أتباعه، فكيف يصح قولنا: إن خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر؟
فالجواب: أحد ثلاثة وجوه:
أولها : أن عيسى عليه الصلاة والسلام رسول مستقل من أولي العزم ولا يخطر بالبال المقارنة بينه وبين الواحد من هذه الأمة، فكيف بالمفاضلة؟! وعلى هذا يسقط هذا الإيراد من أصله، لأنه من التنطع، وقد هلك المتنطعون، كما قال النبي
الثاني: أن نقول: هو خير الأمة إلا عيسى
الثالث: أن نقول: إن عيسى ليس من الأمة، ولا يصح أن نقول: إنه من أمته، وهو سابق عليه، لكنه من أتباعه إذا نزل، لأن شريعة النبي باقية إلى يوم القيامة
Apabila seseorang berkata, “ (jika demikian, apakah) ‘Isa alaihis salam akan turun kedunia diakhir zaman sebagai seorang Rasul? Bagaimana jawabnya?”


Kami jawab, “beliau tidaklah turun dengan membawa syariat yang baru, namun beliau hanya akan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam”

Apabila ada yang berkata lagi, “termasuk yang disepakati adalah bahwasanya orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya, adalah Abu Bakar. Sementara ‘Isa akan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad, dengan demikian ‘Isa adalah termasuk pengikut Nabi Muhammad, maka bagaimana bisa kita katakan, bahwa orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar?”

Kami jawab dengan salah satu dari tiga hal :

Pertama, bahwasanya Isa adalah seorang Rasul yang terpisah, dan bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, dan tidak dapat dibayangkan membandingkan seorang Rasul dengan salah satu dari umat ini! Maka apalagi mengutamakan orang lain darinya?! Dengan hal ini, maka pertanyaan tersebut tidaklah pantas ditanyakan, karena termasuk dari perkara tanatthu’ (berlebihan). Dan Nabi mengabarkan bahwa celakalah orang yang berlebih-lebihan!

Atau Kedua, Abu Bakar adalah terbaik di kalangan umat ini, selain dari Isa.

Atau Ketiga kami katakan, bahwa Isa bukanlah bagian dari Umat ini, dan tidak benar dikatakan Isa bagian dari umat ini. Karena Isa telah mendahului umat ini, meskipun kelak diakhir zaman ketika turun beliau akan menjadi salah satu pengikut Nabi Muhammad. Itu dikarenakan syariat Nabi Muhammad akan terus berlaku hingga hari kiamat. [selesai].

BUKANKAH IMAM ADZ-DZAHABI MENYEBUTNYA SEBAGAI IJMA’?

Dalam nukilan perkataan Imam As-Subki diawal tulisan ini, terdapat pernyataan Imam Adz-Dzahabi bahwa Nabi ‘Isa adalah sahabat dan lebih baik dari Abu Bakar secara Ijma’. Lantas bagaimana jawabannya?

Kami jawab, bahwa Ijma’ tersebut bukan pada perkara Nabi ‘Isa adalah sahabat, tapi pada perkara Nabi ‘Isa lebih baik dari Abu Bakar. Ya tentu saja itu adalah ijma’, karena bagaimana mungkin seorang manusia biasa dibandingkan dengan seorang Nabi yang bahkan salah seorang Ulil Azmi?!     

Sedangkan apakah Nabi ‘Isa adalah sahabat, tidak terdapat Ijma’ dalam perkara ini, dan bahkan kita katakan bahwa pendapat JUMHUR ULAMA’ menyatakan bahwa Nabi ‘Isa bukanlah sahabat, dan dapat kami katakan pula bahwa pendapat yang menyatakan Nabi ‘Isa adalah Sahabat merupakan pendapat yang syadz (ganjil). Wallahu a'lam. [*].

FUDHULUL ‘ILMI
Ketika seseorang bertanya, sebenarnya apa faedah dari pembahasan ini? Jika Nabi ‘Isa [benar] seorang sahabat, lantas kenapa? Dan [sebaliknya], jika Nabi ‘Isa bukan seorang sahabat, lantas kenapa?


Pertanyaan diatas ada benarnya. Dan menurut kami –wallahu a’lam- perkara ini termasuk dari fudhulul ‘Ilmi, yang tidak mendatangkan manfaat ketika mengetahuinya dan tidak menimbulkan madhorot jika tidak mengetahuinya!

FITNAH SYI’AH!!

Jika demikian, kenapa masalah ini masih saja diangkat?

Jawabannya ada pada judul tulisan ini, “ADAKAH SAHABAT YANG LEBIH MULIA DARI ABU BAKAR? : Antara Kajian Ilmiyah Dan Fitnah Kaum Syiah”. Ketika ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyah (meski pendapat yang bersebrangan sangat lemah), kaum syi’ah yang memang notabene nya membenci dan memusuhi Islam (Ahlus Sunnah), tentu mereka sangat gembira dan memanfaatkan situasi ini untuk menebarkan fitnah dilakangan muslimin.

Dalam sebuah Forum Syi’ah di Internet kami mendapati salah seorang anggota forum yang akunnya bernama Wahjul Iman (وهج الإيمان) dengan peringkat ‘Udhwun Nasyd wa Fa’aal (anggota aktif dan pro-aktif), dia membenturkan antara perkataan Syaikh Ar-Rajhi yang kami nukilkan diatas dengan perkataan Umar bin Khottob (yang juga kami nukilkan dalam tulisan ini), dimana Umar mengatakan, “ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, barang siapa yang berkata selain itu setelah berdirinya aku ini, maka dia adalah pendusta, dan baginya hukuman seorang pendusta”!

Wanita syiah tersebut member ta’liq dengan mengatakan :
أقول : هل العلامه الراجحي من المفترين وعليه ماعليهم ؟! أم عمر هو من المفترين ؟!
Aku katakan : “APAKAH AL-‘ALLAMAH AR-RAJHI TERMASUK PENDUSTA DAN BAGINYA HUKUMAN PARA PENDUSTA ?! ATAUKAN UMAR YANG BERDUSTA?!”

Kemudian ada salah seorang sunni yang menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan,

حسبنا الله ونعم الوكيل - الشيخ الراجحي يعتبر ان عيسى عليه السلام وان كان نبيا رسولا الا انه يلحق بأمة محمد صلى الله عليه وسلم لانه سينزل في اخر الزمان ويحكم بشريعة الاسلام التي جاء بها نبينا صلى الله عليه وسلم وبالتالي فقطعا لا ابي بكر ولا غيره افضل من عيسى عليه الصلاة والسلام ، أما عمر رضي الله عنه فاعتبر فضل ابي بكر الصديق رضي الله عنه على غيره من أمة محمد صلى الله عليه وسلم باعتبار ان عيسى عليه السلام نبيا رسولا بل من أولي العزم من الرسل وقطعا مذهب أهل السنة ان افضل الأمة بعد نبينا صلى الله عليه وسلم ابو بكر الصديق رضي الله عنه ، وبالمقابل فان الانبياء والرسل افضل من ابي بكر فكيف بعيسى عليه السلام وهو من اولي العزم من الرسل.
ولكن وبحكم الحقد على الفاروق رضي الله عنه تحاولون الطعن فيه فلا مأخذ عليه الا اذا قال أن ابا بكر افضل من عيسى عليه السلام
Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baik pelindung - Syaikh Ar-Rojhi mengangap bahwa ‘Isa alaihis salam, meskipun seorang Nabi dan Rasul, namun (kedudukan tersebut) tidak menghalanginya untuk dapat dikategorikan sebagai bagian dari Ummat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, karena Nabi ‘Isa akan turun diakhir zaman dan berhukum dengan Syari’at Islam yang telah disampaikan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, tidak ada yang lebih mulia dari Isa, sekalipun itu Abu Bakar.

Adapun perkataan Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau menguatamakan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu atas lainnya dari Ummat Nabi Muhammad dengan anggapan bahwa ‘Isa adalah Nabi dan Rasul bahkan salah satu dari Ulil Azmi, dan tentu saja Ahlus Sunnah menganggap bahwa orang terbaik di ummat Nabi Muhammad adalah Abu Bakar As-Shiddiq, dan juga menyakini bahwa para Nabi dan Rasul jauh lebih utama dari Abu Bakar!! Termasuk juga Nabi ‘Isa alahis salam yang merupakan salah seorang dari Ulil Azmi.
Namun yang menjadi masalah adalah (adanya) kebencian terhadap Al-Faruq (Umar bin Khottob) radhiyallahu anhu, sehingga anda selalu berusaha mencari celah untuk menghina Umar!! Padahal perkataan Umar tersebut tidaklah salah, dan tidak dapat disalahkan! Kecuali jika Umar mengatakan bahwa Abu Bakar lebih mulia dari ‘Isa alaihis salam. [selesai]

Namun tampaknya wanita syi’ah tersebut tidak puas dengan jawaban yang -menurut kami- sudah tepat sasaran, dia kembali berkata,

كيف فات عمر بن الخطاب أن عيسى عليه السلام افضل من أبي بكر فنراه يطلق العباره بأنه أفضل هذه الأمة بعد نبيها بل ويقول ان المفتري هو من يقول عكس هذا ؟
Bagaimana mungkin Umar melewatkan (kebenaran) bahwa ‘Isa alaihis salam lebih mulia dari Abu Bakar?! Dan kami memandang, Umar menyebutkan secara muthlaq bahwa dia (Abu Bakar) adalah orang terbaik di Ummat ini setelah Nabinya!! Ditambah dia mengatakan yang berkata selain ini maka dia adalah pendutsa!!” [selesai].

APA JAWABAN KITA?

Kami menganggap bahwa mengangkat perkara ini dari sisi pembelaan terhadap kehormatan para sahabat Nabi dari fitnah kaum syi’ah adalah perlu dilakukan!

Dan sebelum kami menjawab syubhat dan fitnah kaum syi’ah ini, kami akan nukilkan sebagian keyakinan syi’ah terhadap Abu Bakar dan Umar secara khusus !

عن أبي جعفر الصادق رحمه الله تعالى قوله : "إن الشيخين فارقا الدنيا ولم يتوبا ، ولم يذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين عليه السلام ، فعليهما لعنة الله والملائكة والناس أجمعين"

Dari Abu Ja’far As-Shodiq, beliau berkata, “Sesungguhnya dua syaikh (Abu Bakar & Umar) meninggal dalam keadaan belum bertaubat, dan mereka berdua tidak ingat apa yang mereka lakukan terhadap Amirul Mu’minin alaihis salam, maka atas mereka berdua laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia” [Lihat kitab Al-Kafi, Jilid 8 / Hal. 246].
عن محمد الباقر قال : "ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ، ولا يزكيهم ، ولهم عذاب أليم : من ادعى إمامة من الله ليست له ، ومن جحد إماما من الله ، ومن زعم أن لأبي بكر وعمر نصيبا في الإسلام ، لا يكلمه الله ولا يزكيه وله عذاب أليم"

Dari Muhammad Al-Baqir, berkata, “tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih, 1) yang mengaku sebagai (imam) pemimpin dari Allah, padahal bukan, 2) yang mengingkari (imam) pemimpin yang sah dari Allah, dan 3) yang menganggap Abu Bakar dan Umar memiliki bagian dari keislaman!! Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak akan disucikan dan baginya adzab yang pedih” [Lihat Kitab Al-Kafi, Jilid 1 / Hal. 373].
عن أبي علي الخراساني عن مولى لعلي بن الحسين عليه السلام قال: كنت معه عليه السلام في بعض خلواته فقلت : إن لي عليك حقا ألا تخبرني عن هذين الرجلين: عن أبي بكر وعمر؟ فقال: كافران كافر من أحبهما"
Dari Abu ‘Ali Al-Khurasani, dari Maulanya ‘Ali bin Al-Husain alaihis salam, berkata, “aku bersama maulaku (Ali) dalam sebagian kholwatnya, aku berkata, “Aku memiliki hak yang harus engkau penuhi, kecuali apabila engkau memberi-tahukan kepadaku tentang dua orang ini: tentang Abu Bakr dan ‘Umar“. Maka beliau menjawab, “mereka berdua kafir, dan kafir pula orang yang mencintai mereka berdua!” [Lihat Biharul Anwar, Jilid 30 / Hal 381]

نقل الكشي أن الكميت بن زيد سأل أبا جعفر عن الشيخين، فقال : "يا كميت بن زيد ، ما أهريق في الإسلام محجمة دم ، ولا اكتسب مال من غيرحله، ولا نكح فرج حرام؛إلا وذلك في أعناقهما إلى يوم يقوم قائمنا، ونحن معاشر بني هاشم نأمر كبارنا وصغارنا بسبهما، والبراءة منهما"
Al-Kasyi menyebutkan, bahwa Al-Kamit bin Zaid suatu hari bertanya kepada Abu Ja’far (Al-Baqir) tentang dua syaikh, beliau berkata, “wahai Kamit bin Zaid, tidaklah darah ditumpahkan dalam Islam, dan tidaklah harta diambil dengan cara tidak halal, dan tidaklah terjadi pernikahan haram (zina), kecuali (dosa-dosa tersebut) berada pada tanggungan mereka berdua hingga hari keluarnya al-Qoim (Imam Mahdi), dan kami wahai sekalian bani Hasyim, yang besar dan yang kecil diperintahkan untuk menghina mereka berdua, dan berlepas diri dari mereka berdua”. [Lihat kitab Ma’rifatur Rijal, Hal 135].

دعاء صنمي قريش أ بو بكر وعمر رضي الله عنهما حيث أوردوا فيهما : "اللهم العن صنمي قريش وجبتيها وطاغوتيهما وإفكيها وابنتيها اللذين خالفا أمرك، وأنكرا وحيك، وجحدا نعامك وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرفا كتابك وأحبا أعدائك وجحدا آلاءك وعطلا أحكامك , وأبطلا فرائضك وألحدا في آياتك، وعاديا أوليائك وواليا أعدائك وحربا بلادك، وأفسد عبادك , اللهم العنهماوأتباعهما وأولياءهم وأشياعهما ... إلى آخره"
Do’a “Dua Berhala Quraisy, Abu Bakar dan Umar” mereka menyebutkan lafal do’a ini (yang artinya), “Ya Allah, laknatlah dua berhala Quraisy, dua jibt (penyihir)nya, dua thogutnya, dua pendustanya, serta dua putri mereka, mereka berdua menyelisihi perintahMu dan mengingkari wahyuMu, dan menentang nikmatMu, dan menyelisihi RasulMu, dan memutar-balikkan agamaMu, dan merubah kitabMu, dan mencintai musuh-musuhMu, dan menentang nikmat-nikmatMu, dan mengacuhkan hukum-hukumMu, dan membatalkan kewajiban-kewajianMu, dan menyimpang dari ayat-ayatMu, dan memusuhi wali-waliMu, dan membela musuh-musuhMu, dan memerangi negeriMu, dan merusak hamba-hambaMu… Ya Allah, laknatlah mereka dan pengikut mereka berdua dan pembela-pembela mereka, dan kelompok mereka … dst…  [Lihat Tuhfatul Awwam, hal. 423-424]

أن قول الله تعالى: ((ضرب الله مثلا للذين كفروا امرأت نوح وامرأت لوط كانتا تحت عبدين من عبادنا صالحين فخانتاهما فلم يغنيا عنهما من الله شيئا وقيل ادخلا النار مع الداخلين)) نزل في عائشة وحفصة ، وأبي بكر وعمر ، وأن عائشة وحفصة كافرة منافقة مخلدة في النار
Firman Allah ta’ala, “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)” [QS. At-Tahrim : 10],

Ayat tersebut turun untuk ‘Aisyah dan Hafshoh dan Abu Bakar dan Umar, dan bahwasanya ‘Aisyah dan Hafshoh itu kafir, munafiq, kekal di neraka!! [Lihat Tafsir Al-Qummi jil. 2 hal. 362]

Nukilan diatas baru sedikit dari apa yang mereka tulis dalam kitab-kitab mereka tentang Abu Bakar dan Umar!! Jika kenyataannya demikian, maka tidak heran jika mereka terus mencari-cari celah untuk menebarkan kebencian kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu!! Tapi meski demikian, kami akan tetap menjawab kontrontirisasi tersebut.

JADI, APA JAWABAN KITA?

Kembali ke pertanyaan awal :

“APAKAH AL-‘ALLAMAH AR-RAJHI TERMASUK PENDUSTA DAN BAGINYA HUKUMAN PARA PENDUSTA?! ATAUKAN UMAR YANG BERDUSTA?!”

Kami jawab :

Tidak ada yang berdusta! Perhatikan perkataan Umar berikut :

“ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar”

Jadi, Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi! Dan bukan maknanya Abu Bakar lebih baik dari Nabi ‘Isa, karena Nabi Isa adalah Nabi… sedangkan Umar mengatakan bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi!

Dan perhatikan perkataan Syaikh Ar-Rajhi berikut :

“ ‘Isa ‘alaihis salam adalah salah satu dari bagian ummat Nabi Muhammad, dan dia adalah termasuk Nabi, dan dia adalah orang terbaik dari ummat ini setelah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq”

Syaikh Ar-Rajhi mengatakan bahwa ‘Isa alaihis salam sebagai orang terbaik di Ummat Nabi Muhammad, dengan anggapan bahwa Nabi ‘Isa termasuk bagian dari ummat Nabi Muhammad…! Namun, jika kita tanyakan kepada beliau, siapakah manusia terbaik setelah para Nabi? Apa jawaban beliau? Jawaban beliau ada dalam perkataan beliau yang kami nukil dan yang dinukil oleh orang syi’ah tersebut, “KEMUDIAN ABU BAKAR AS-SHIDDIQ”!!

Jadi, apakah ada perbedaan antara Umar bin Khattab dengan Syaikh Ar-Rajhi dalam masalah ini?

Kami ulang lagi, bahwa seluruh Ahlus Sunnah sepakat (IJMA’) bahwa Para Nabi adalah manusia terbaik, dan yang terbaik dikalangan para Nabi adalah Ulil Azmi, dan manusia terbaik setelah para Nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar bin Khattab!! Itu adalah ijma’! Perbedaannya adalah pada masalah apakah Nabi 'Isa termasuk dari Ummat Nabi Muhammad? Jika Iya, maka Nabi 'Isa adalah sahabat terbaik, baru kemudian Abu Bakar. Jika tidak, maka Abu Bakar adalah sahabat terbaik.

Umar mengatakan bahwa manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, karena beliau menganggap bahwa Nabi ‘Isa tidak termasuk bagian dari ummat ini, beliau adalah seorang Nabi yang diberi kitab sendiri, yang memiliki ummatnya sendiri, dan ketika beliau turun kelak di akhir zaman, beliau tetaplah seorang Nabi, hanya saja beliau tidak diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan kitabnya, namun beliau diperintahkan untuk tunduk kepada syariat Nabi Muhammad!!

Sementara Syaikh Ar-Rajhi mengatakan bahwa Nabi Isa adalah manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya, karena beliau menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah bagian dari ummat Nabi Muhammad. Karena Nabi ‘Isa kelak akan turun kembali dan mengikuti syariat Nabi Muhammad, maka dengan demikian Nabi Isa adalah bagian dari ummat Nabi Muhammad!! Padahal yang rojih tidaklah demikian! Allah berfirman :

قال إني عبد الله آتاني الكتاب وجعلني نبيا

(‘Isa) berkata, “sesungguhnya aku adalah hamba Allah, aku diberi Al-kitab dan aku diangkat menjadi Nabi” [QS. Maryam : 30]

Diakhir zaman kelak, beliau tetap seorang Nabi yang memiliki ummatnya sendiri (yang telah berlalu), dan bahwasanya beliau adalah seorang Rasul yang terpisah, dan bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, dan bahwa beliau bukanlah bagian dari Umat ini, dan tidak benar dikatakan beliau bagian dari umat ini. Karena beliau telah mendahului umat ini, meskipun kelak diakhir zaman ketika turun beliau akan menjadi salah satu pengikut Nabi Muhammad. Itu dikarenakan syariat Nabi Muhammad akan terus berlaku hingga hari kiamat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin.

JIKA UMAR PENDUSTA, MAKA ‘ALI JUGA PENDUSTA

Sekali lagi, kaum syi’ah ingin agar Umar bin Khattab bisa disalahkan! Sehingga mereka senantiasa mengada-ada, mereka mengambil dari referensi Ahlus Sunnah, sesuai dengan yang mendukung hawa nafsu mereka, padahal dalam referensi Ahlus Sunnah, yang beranggapan bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya tidak hanya Umar bin Khattab, tapi juga Ali bin Abi Tholib!! Baiklah, kami nukilkan sekali lagi perkataan ‘Ali bin Abi Tholib :
عن محمد بن الحنفية قال قلت لأبي أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قلت ثم من قال ثم عمر وخشيت أن يقول عثمان قلت ثم أنت قال ما أنا إلا رجل من المسلمين

Dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Aku bertanya kepada Ayahku (‘Ali bin Abi Tholib), siapakah manusia terbaik (di umat ini) setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Abu Bakar”. Aku bertanya, “kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “kemudian Umar”. Aku khawatir beliau akan mengatakan kemudian Utsman, maka aku katakan, “kemudian engkau?”. Beliau menjawab, “aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”. [HR. Al-Bukhori].
عن أبي جحيفة قال سمعت عليا رضي الله عنه يقول ألا أخبركم بخير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم قال ألا أخبركم بخير هذه الأمة بعد أبي بكر عمر رضي الله عنه

Dari Abu Juhaifah berkata, aku mendengar Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata, “maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya? Dialah Abu Bakar! Dan maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini selelah Abu Bakar? Dialah Umar ! [HR. Ahmad]

Lantas, kami balik bertanya, siapakah yang pendusta? ‘Ali bin Abi Tholib atau orang-orang syi’ah? Wallahu a’lam [*]