Bantahan Ustadz Firanda : Habib Husain Al-Atas
(Pengasuh Radio RASIL), antara Syi'ah, Sunnah, atau Liberal ?!
Keharusan kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan mengembalikan
yang lainnya kepada Al-Qur’an.
Ustad Husein
bin Hamid Alatas seperti biasa mengawali kajiannya dengan mukadimah berbahasa
Arab, kemudian berkata:
Para ikhwan
akhwat, dan para pendengar pemirsa radio dan televisi silaturahim
dimanapun anda berada
Saya ucapkan
salamullahi alaikum wrwb
Alhamdulillah
pagi ini kita dapat melanjutkan kembali renungan dan kajian kita sebagaimana
biasa dibawah naungan Al-Qur’an
Secara khusus
pada pagi hari, kita akan mengutip beberapa ayat dari Al-Qur’an yang menegaskan
kepada kita semua untuk kembali kepada Al-Qur’an karena Nabi Saw kita Muhammad
saw diperintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an, dan memberikan
keputusan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak menyimpang dari padanya,
bahkan Allah Swt memberikan peringatan kepada Nabi Saw-Nya untuk tidak
mengikuti hawa nafsu sebagian mereka yang berupaya untuk memalingkan Nabi Saw
dari Al-Qur’an. Dilanjutkan oleh para keluarga dan para sahabat yang berpegang
teguh kepada Al-Qur’an menempatkan Al-Qur’an diatas segala-galanya.
Kemudian di dalam mengamalkan Al-Qur’an dalam seluruh kehidpan
mereka, itu betul-betul merupakan hal yang menyita sebagian besar waktu mereka,
mereka berupaya untuk menghafal, mengamalkan isinya dan memerintahkan juga
sahabat Nabi Saw untuk kembali kepada Al-Qur’an, oleh karena itu kita jumpai
bagaimana Nabi Saw kita, sebagaimana dalam Shahih Muslim agar orang fokus pada Al-Qur’an dan
tidak mencatat hadis-hadis yang beliau ucapkan.
La taktubu anni ghairal quran
Wa man katabahu fal yamhu jangan
kalian menulis dari aku selain dari alqruan barang siapa yang menulisnya
hendaknya dia menghapuskan,
kita menjumpai bagaimana Abu Bakar Siddiq ra, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibn Mulaikah, dia berkata kepada para sahabat, “Saya
perhatikan kalian meriwayatkan hadis dari Nabi Saw, berbeda beda dan berselisih
dan bertentangan, padahal ini pada masa kehidupan Abu Bakar yang baru saja
ditinggalkan rasul, pasti orang-orang yang datang setelah kalian lebih akan
berselisih dan berbeda-beda lebih jauh dibandingkan kalian, maka apabila orang
bertanya kepada kalian, maka katakanlah, ‘ bainana wa bainakum kitaballah Swt’ diantara kami dan kalian itu ada
kitab Allah Swt. Apa yang Allah Swt halalkan kalian terima dan yang diharamkan
kalian jauhkan”.
Begitu pula
Khalifah kedua Umar bin Khattab ra, bagaimana beliau beristikharah selama
sebulan untuk mengumpulkan hadis, ternyata hasil dari istikharahnya memutuskan
untuk tidak menulis , bahkan yang telah ditulisnya kemudian dibakar dan
dibersihkan.
Begitu pula
kita jumpai Ibnu Masud ra dan sahabat –sahabat yang lain, semua mengajak umat
agar perhatian mereka yang utamanya tertuju pada Al-Qur’an, agar mereka
memiliki pedoman dan pegangan yang tidak meragukan sedikitpun karena kita tahu
bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang dijamin oleh Allah Swt, kebenaran
dan kesuciannya.
لَا يَأْتِيهِ
الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ
حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al
Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari
Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji(QS.Al-Fushshilat[41]:42).
Merupakan
sebuah kitab yang tidak sama sekali Mungkin saat ini atau dimasa
akan datang atau pada masa turunnya tidak akan dihinggapi oleh kebatilan, baik
pada saat turunnya baik masa akan datang demikian pula sebelumnya berada di
lauhil mahfudz, sebuah kitab yang benar2 amat agung dan mulia yang berada di
lauhil mahfudz, Dalam ungkapan yang lain,
بَلْ هُوَ
قُرْآنٌ مَجِيدٌ . فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Bahkan yang didustakan mereka
itu ialah Al Quran yang mulia. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (QS.Al-Buruj[85]:21-22).
Dalam ungkapan
lainnya Allah Swt berfirman,
فِي كِتَابٍ
مَكْنُونٍ. لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
pada kitab yang terpelihara
(Lauhul Mahfuzh). tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (QS.Al-Waqiah[56]:78-89)
Maka atas dasar ini hadirin sekalian, dengan adanya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup, petunjuk dan mizan atau neraca untuk mengukur
benar atau salahnya sesuatu, apabila disepakati oleh kaum muslimin apapun
latarbelakang, golongan dan kelompok mereka, mereka dengan betul –betul
tulus mendengarkan apa yang dibacakan Allah Swt dalam firmannya, tanpa ada
persepsi sebelumnya, tanpa ada kecondongan sebelumnya, dia mendengarkan
ayat-ayat Allah Swt,menyimaknya , memahaminya, niscaya kita akan menemukan
kesepakatan diantara kita. Tapi sulitnya, kebanyakan orang yang membaca dan
mempelajari Al-Qur’an telah memiliki perpsepsi sebelumnya, kecondongan kepada
kelompok, golongan dan sekte, pada akhirnya Setan telah berhasil
membalikan keadaan. Al-Qur’an Yang seharusnya kita dengarkan ayat-ayatnya,
tuntunanya, berbalik Kita gunakan untuk membenarkan pendapat kita, doktrin
kita, golongan dan kelompok kita, karena sebelumnya kita telah memiliki
persepsi. Ini betul-betul merupakan keadaan yang amat memprihatinkan dan
membahayakan kaum muslimin, oleh karena itu jangan heran kalau perpecahan
diantara umat, hari demi hari semakin tajam, permusuhannya, bahkan
sampai-sampai pertumpahan darahpun dihalalkan hanya disebabkan karena pemahaman
masing-masing yang mereka pertahankan, kemudian mereka berupaya untuk
mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapat dan pemahaman mereka. Oleh
karena itu farqun
baina man yastantiqul quran fayastamiu ilaihi wayastajibu lah wa baina man yuthaiwiul quran lihawa, beda orang
yang membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lalu mengikuti petunjuknya dan
bimbingannya sebagaimana adanya dengan orang yang menyesuaikan Al-Qur’an
dengan hawa nafsunya. masing-masing kembali kepada Al-Qur’an, hanya yang satu
kembali seutuhnya tanpa persepsi sebelumnya, tanpa kecondongan berkelompok dan
bergolongan, sedangkan yang satunya lagi justru menjadikan Al-Qur’an sebagai
pembenaran, dia mengambil ayat-ayat yang cocok, kemudian ditafsirkan dengan
doktrin yang sesuai dengan golongannya, berupaya mengada-adakan berbagai
macam kebohongan untuk mendukung pendapatnya
Tapi yang benar
yang harus kita lakukan yaitu kita kembali kepada Al-Qur’an seutuhnya tanpa ada
persespsi sebelumnya, tanpa adanya kecondongan berkelompok dan bergolongan
kepada siapapun kepada golongan manapun.
Coba dengarkan
firman Allah Swt pada Awal surat Al- Baqarah
الم . ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ .
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ
وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(QS.Al-Baqarah[2]:1-4).
Allah Swt menyebutkan tiga huruf alif, lam, mim sebagai
pembuka bagi surah Al-Baqarah dan kemudian Allah Swt menunjuk kepada kitab-Nya,
kitab yang tersusun dari hurup-hurup, yang berasal dari Bangsa Arab yang
biasa mereka pergunakan untuk kata-kata dan kalimat yang mereka gunakan dalam
pembicaraan mereka, baik dalam prosa maupun syair, tapi ternyata begitu
huruf tersebut disusun oleh Allah Swt untuk menjadi media dari firman-Nya
dalam menyampaikan ayat-ayat dan firman-Nya, ternyata menghasilkan
sesuatu yang berbeda, sebagaimana patung manusia yang dibuat dari tanah
dengan manusia yang diciptakan Allah Swt dari tanah, yang satu benda yang
tidak memiliki ruh, tidak memiliki denyut kehidupan dan tidak berakal, yang
satunya bernyawa dan berakal , walaupun diciptakan dari asal usul sama tapi
melahirkan perbedaan yang tidak dapat dibandingkan
Dzalikal kitab, menggunakan kata isyarah jauh untuk demi
menunjukan keagungan yang tak mungkin dapat ditandingi, pandanglah kitab itu
yang begitu agung, begitu mulia, begitu tinggi karena yang menurunkan
Yang Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Tahu, la raiba fiih tidak ada keraguan sedikitpun
seluruhnya yang terdapat di dalamnya adalah seluruh kebenaran yang menyakinkan, hudan lil mutaqqin Allah Swt jadikan kitab ini
sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa, mereka orang-orang yang siap
untuk menyesuaikan hawa nafsunya dengan keridhaan Allah Swt dan siap menerima
petunjuk Allah Swt apa adanya, tanpa menyesuaikan ayat-ayatnya dengan
persepsinya, dengan kelompoknya dengan doktrin golongannya, tapi orang-orang
yang benar-benar mendengar dan menerima yang datang dari Allah Swt sebagaimana
adanya.
Dengan kriteria orang yang bertakwa yang Allah Swt sebutkan pada
ayat berikutnya, tapi dengan mempergunakan petunjuk kata isyarat yang jauh ‘ dzalikal kitab’ para ahli Sastra Bahasa Arab, para
ahli Balaghah mengatakan, “Ismu
isyarah al maudu lil ba’id yufidu ta’zim fi hadzal maqam ini
merupakan permulaan dari surah Al-Baqarah.
Kemudian Kita
dengarkan pada permulaan surat Hud, Allah Swt berfirman:
الر كِتَابٌ
أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ . أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ
(QS.Hud[11]:1-2)
Ini adalah sebuah kitab yang telah disempurnakan ayat-ayatnya
,ayat-ayatnya disusun dengan sempurna, begitu pula uraian-uraiannya dan
petunjuk-petunjuknya, disusun oleh Yang Maha Sempurna dan Bijaksana
hingga menghasilkan benar-benar sebuah kitab yang sempurna. kemudian Diuraikan
secara terperinci min
hakimin khabir dari
sisi yang maha bijaksana dan maha mengetahui…alla ta’budu illa Allah hendaknya kalian tidak menyembah
kecuali, sesunggunya Aku pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira.
Dengarkan pula
dalam surat Yasin, Allah Swt berfirman:
يس.
وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ . إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ . عَلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ . تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ . لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ
آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
(QS.Yasin[36]1-6).
dengan dua
huruf ini Allah Swt menunjuk pada kitabnya…demi Al-Qur’an yang penuh hikmah
karena yang menurunkan yang Maha bijaksana.
Innaka laminal mursalin, kitab ini merupakan bukti nyata dan kuat dengan ayat dan
petunjuk yang didalamnya, dengan bukti-bukti kebenaran yang terkandung
didalamnya, membuktikan bahwa engkau benar-benar salah satu Rasul yang
diutus oleh Allah Swt, jadi kalau orang bertanya, “ Mana bukti
Kenabian dan Kerasulan Nabi Saw kita?!” , maka jawab, “Al-Qur’an silahkan
anda baca dan anda akan memahami bahwa kitab ini tidak mungkin diturunkan oleh
selain Allah Swt. ayat –ayatnya dan petunjuknya semua membuktikan kebenaran
Allah Swt dan kebenaran firman-Nya”
Karena antara
Al-Qur’an dan alam raya ini, saat kita perhatikan bagaimana penuh kesereasian,
dalam ayat-ayat Al-Qur’an Allah Swt mempergunakan langit, bumi, daratan dan
lautan termasuk diri manusia sebagai bukti keesaan-Nya keagungan, dan
kebijaksanaan-Nya. Jadi Al-Qur’an itu dengan ilmu dan fakta tidak pernah terjadi
pertentangan.
Jadi Yasiin……ala shiratimmustaqim dan engkau benar-benar berada di jalan
yang lurus wahai Rasulullah, di jalan lurus ini jalan yang langsung
dibimbing oleh Allah Swt melalui kitab-Nya dan kitab ini diturunkan oleh Yang
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Agar engkau
memberikan peringatan melalui kitab ini kepada satu kaum yang belum pernah
menerima peringatan sebelumnya, oleh karena itu mereka dalam keadaan
lalai.
Ini surat Yasin
dengan jelas membuktikan kebenaran Rasul, disamping membuktikan kebenaran
diri-Nya yang suci juga membuktikan kebenaran Nabi kita Muhammad Saw.
Pada awal surat
Ibrahim, bagaimana Allah Swt berfirman:
الر كِتَابٌ
أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ. الْحَمِيدِ اللَّهِ الَّذِي
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ
عَذَابٍ شَدِيدٍ
(QS.Ibrahim[14]:1-2)
Kita lihat hadirin, bagaimana surat Hud dimulai dengan alim lam ra disini
juga dimulai dengan alif lam ra….ini sebuah
kitab yang kami turunkan kepadamu wahai Rasulullah agar engkau mengeluarkan
umat manusia dengan bimbingan petunnjuk kitab ini dari dalam kegelapan
menuju kehidupan yang terang benderang, pencerahan, kelurusan kebersihan hidup
dengan seizin Tuhan mereka, menuju kehidupan ke jalan Allah Swt yang Maha
Perkasa dan lagi Maha Terpuji. Allah Swt Dia-lah satu-satunya yang
menguasai apa yang di langit dan di bumi dan kecelakaan bagi orang kafir dari
azab yang maha dasyat.
Kemudian kalau
kita kembali ke dalam surat Al-A’raf, Allah Swt berfirman:
المص . كِتَابٌ
أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ
وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ . اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Alif lam mim shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan
kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu
memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat
sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya. (QS.Al-A’raf[7]1-3).
Allah Swt menggunakan kata aulia, jangan kalian mengikuti
wali-wali,pembimbing-pembimbing , penuntun-penuntun, selain dari Al-Qur’an.
tapi sedikit diantara kalian yang mengambil pelajaran disini, kemudian
bagaimana Allah Swt berfirman dalam surat Al-A’raf pada ayat lainnya, Allah Swt
menegaskan bagaimana Al-Qur’an diturunkan dengan dasar ilmu dengan
kepastian yang tidak meragukan, Allah Swt berfirman
وَلَقَدْ
جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah
mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah
menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman (QS.Al-A’raf[7]:52).
Orang yang siap
beriman pasti dia akan mengutamakan Al-Qur’an
هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ
نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ
شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا
نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Tiadalah mereka menunggu-nunggu
kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran
pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu:
“Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah
bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah
kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang
pernah kami amalkan?.” Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan
telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.(QS.Al-A’raf[7]53).
Ketika terjadi
dan datang bukti kebenaran, orang –orang yang terdahulu, yang mencampakan dan
melupakan Al-Qur’an , mereka berkata: “Telah datang utusan kami membawa
kebenaran, membawa kebenaran yang pasti , apakah ada juru syafaat yang
memberikan syafaat dan menyelamatkan kami atau kami dikembalikan dan
berjanji untuk mengikuti petunjuk Al-Qur’an”
Kemudian kalau
kita kembali ke surat Al-Maidah, Allah Swt berfirman:
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى
اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ . وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ
يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
Dan Kami telah turunkan
kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik.
(QS.Al-Maidah[5]:48-49).
Kalau Allah Swt
kehendaki, Allah Swt akan jadikan kalian satu umat, jadi orang Yahudi
sebelum Nabi kita Muhammad Saw diutus, mereka menerima petunjuk bimbingan yang
sesuai dengan zaman mereka…begitu pula umat Nabi Saw, datang umat Nabi Saw kita
yang akan menghadapi tantangan yang terbuka, ketika memasuki era globalisasi,
pengetahuan yang telah berkembang dengan pesat dan Al-Qur’an merupakan kitab
yang terakhir. maka Allah Swt menurunkan kitab yang cocok untuk
tantangan yang dihadapi oleh umat Nabi Muhammad Saw. Tapi kami ingin menguji
kalian pada apa yang kami berikan kepada kalian. Yang diberikan oleh Allah Swt.
Kalau dahulu umat Nasrani wajib beriman kepada Injil yang diberikan kepada Isa,
disamping kepada kitab Taurat. Pengikut Daud beriman kepada Zabur yang
diturunkan Allah Swt kepada Daud demikian pula kepada Taurat
Demikian pula
Musa beriman kepada Taurat, maka pengikut umat Nabi Saw kita seluruhnya yang
hidup setelah diutusnya Nabi Saw, maka mereka diharuskan menerima
kebenaran dari Allah Swt bagi orang yang tulus yang tidak fanatik terhadap
kelompok dan golongan tidak akan berat untuk menerima kebenaran karn yang
mereka mencintai adalah Allah Swt dan kebenaran yang datang pada-Nya. Tapi
orang yang dibutakan oleh hawa nafsu dan kesukuan, kebanggaan –
Kebanggaan palsu akan berat untuk menerima kebenaran, jadi bagi masing-masing
kami menetapkan syariat dan jalan hidup, bila Allah Swt kehendaki Allah Swt
menjadikan kalian satu umat…..maka berlombalah dalam kebaikan.
Dalam surat
Al-An’am Allah Swt menegaskan dan memerintahkan rasulnya untuk
u أَفَغَيْرَ
اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ
مُفَصَّلًا وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ
مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ. وَتَمَّتْ
كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا
يَخْرُصُونَ
Maka patutkah aku mencari hakim
selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran)
kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada
mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan
sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang
Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah. (QS.Al-An’am[6]:114-116).
Kalau pendapat
manusia bisa berubah-berubah, pengetahuan manusia bisa berkembang, bisa saja
yang dibenarkan kemarin disalahkan hari ini dan yang disalahkan kemarin
dibenarkan hari ini, kalau Allah Swt kalimat dan pengetahuan-Nya telah
sempurna.
Nah para ikhwan
dan akhat yang dirahmati Allah Swt swt, sengaja pada hari ini saya pilihkan
beberapa ayat yang menegaskan kita kembali kepad Al-Qur’an, kemudian Allah Swt
menegaskan sesuatu yang datang dari Al-Qur’an itu merupakan hal yang pasti…
الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu adalah dari
Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS.Al-Baqarah[2]:147).
Dan Allah Swt
tegaskan dalam surat lainnya,
وَلَوْ كَانَ
مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya (QS.An-Nisaa[4]:82).
Saya menegaskan
pada kajian tanggal 12 mai 2015 yang lalu, saya persaksikan bahwa diri
saya sendiri dan para jamaah serta seluruh malaikat yang terdapat di langit,
saya persaksikan kepada Allah Swt bahwa inilah satu-satunya kitab yang terjamin
kebenarannya, sedangkan selain dari kitab maka tidak dapat diterima dan tidak
dapat terjamin kebenarannya keccuali yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Nah kebetulan hadirin sekalian, saya mendapat tanggapan
dari saudara saya, yang saya hormati Ust. Firanda, dalam websitenya
beliau menanggapi apa yang saya sampaikan pada tanggal 12 mei 2015 yang lalu,
dalam satu judul Habib Husein meragukan keotentikan hadis-hadis
Nabi Saw dari kitab-kitab hadis yang masyhur, Habib Husein
berkata kebenaran yang mutlak dan pasti yang datang dari sisi Allah
Swt oleh karena itu tidak ada jaminan dari Allah Swt bagi buku-buku
yang lain, bahwa buku-buku itu terjamin kebenarannya, maka Allah Swt berfirman
وَلَوْ كَانَ
مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya (QS.An-Nisaa[4]:82).
Tiada Nash Al-Qur’an maupun ucapan Nabi Saw yang menjamin
bahwa kitab Bukhari, Shahih Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah,
Nasa’i, Al-Darimi, begitu pula Musnad Imam Ahmad bin Hanbal selain dari kitab Allah Swt, tidak
dapat diterima kebenaranya kecuali yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Kita jumpai bagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ummul
Mukminin Aisyah….ketika malam Isra dan Mi’raj beliau meraba ke sisinya
menjumpai Nabi Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya berarti yang
diberangkatkan Isra bukan jasadnya tapi ruhnya, padahal kita tahu bahwa
Sayidah Aisyah Ummul Mukminin ra pada saat itu belum tidur satu ranjang dengan
Nabi Saw , berkumpulnya sewaktu di Madinah bagaimana mungkin Sayidah Aisyah
bisa meraba ke sisinya menjumpai Nabi Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya,
kita yakin ini hadis maudu’ walaupun terdapat di kitab hadis shahih. Dan
banyak hadis-hadis seperti yang pernah saya ceritakan sebelumhya, jadi Prinsip
kita dalam meneliti hadis tidak hanya kembali pada ittishal sanad, tidak hanya kembali kepada keadilan al-rawi, tidak hanya kembali pada kecermatan tapi kita
lanjutkan pada dua syarat lain yang disebutkan oleh ulama oleh ahli jarhi wa ta’dil dalam
buku musthalah yaitu
pertama, ‘adamu syudzudz ( hadis tersebut tidak bersifat ganjil
), yang kedua, ‘adam
wujud al-illah al-qadihah ( tidak ada penyakit yang merusak
keshahihan hadis tersebut). para ulama mendefisini al-syudzudz atau al-syadz; ma khalafa tsiqatu bihi tsiqah. kalau seorang tsiqah yang
dipercaya dalam riwayat ternyata bertentangan dengan banyak tsiqah, satu
bertentangan dengan para tsiqah,meriwayatkan hadis yang berbeda dengan para tsiqah lainnya
maka hadis ini syadzbaik dalam mata rantai
sanadnya maupun dalam matan kandungan hadisnya. Kita bertanya bagaimana kalau
hadis itu bertelak belakang dengan Al-Qur’an, ….kalau bertentangan dengan
beberapa tsiqah saja
dikatakan syadz, apalagi bertentangan dengan Al-Qur’an yang
merupakan kitab yang terjamin kebenarannya
Begitu pula bagaimana satu hadis terdapat satu illat baik
dalam matan maupun sanad, hingga hadis tersebut berubah menjadi munkar. seperti
yang kita jumpai dalam hadis yang cukup dikenal …
يوم يكشف عن ساق
ويدعون إلى السجود فلا يستطيعون ويبقى كل منافق فلا يستطيع ان يسجد ثم
يقودهم إلى الجنة
Ketika
disingkap betis, dan mereka diperintahkan untuk sujud, ternyata sebagian besar
manusia tidak dapat bersujud, pandangan mereka tertunduk diselimuti kegelapan
padahal dulu diperintahkan, mereka diperintahkan untuk shalat mereka tidak
melakukannya…akhirnya di hari kemudian nanti, mereka tidak mampu untuk sujud
Ternyata kita jumpai satu hadis dihari kemudian nanti, ketika
orang-orang yang jadi ahli Neraka , orang yang beriman menanti kedatangan Tuhan
dengan rombongan Malaikat. Manusia belum kenal tuhan mereka, “Apa yang kalian
nanti?” mereka menjawab, “Bahwa kami menantikan Tuhan kami”. Tuhan
berkata: “Apa yang menjadi bukti?” mereka katakan, “Betis.…”menurut riwayat
tersebut, akhirnya Tuhan menyingkap betisnya hingga pada saat itu orang
berbondong-bondong untuk sujud di hadapan-Nya. Padahal ungkapan seperti ini
dalam Bahasa Arab sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, adalah
menggambarkan keadaan yang dasyat serta mengerikan disaat Allah Swt
mengumpulkan manusia dan menyidang mereka, pada saat itu seolah mereka akan
mengangkat pakaian mereka untuk melarikan diri. Kata Saq disini
merupakan kata nakirah bukan marifah yang tertuju pada sesuatu tertentu, Saq menunjukan pada suatu jumlah yang memiliki
makna majazi…menggambarkan hari yang sangat dasyat dan
mengerikan , menakutkan, dimana manusia pada saat itu diuji, apakah mereka
pernah shalat, dan menyambut dan mentaati perintah Allah Swt atau apakah
mereka adalah orang-orang yang mengabaikan perintah Allah Swt, begitu
mereka diperintahkan untuk sujud yang tidak pernah shalat tidak bisa melakukan
hal tersebut.
Maka
terpisahlah antara orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, yang
beriman ruku dan sujud di hadapan Allah Swt.
Ada lagi
riwayat yang lain, ketika penghuni neraka dimasukan satu persatu ke dalam api
Neraka. Allah Swt bertanya, “Apakah sudah penuh?”, api Neraka berkata, “Apakah
masih ada tambahan?” , maka Tuhan memasukan betisnya ke api Neraka, Nerakapun
berkata, “Cukup,cukup wahai Tuhanku” . pada hadis ini digambarkan Allah Swt
berbetis, Allah Swt menyingkap pakaian-Nya, semua ini hal yang tidak layak,
kemana perginya firman Allah Swt :
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(QS.Asy-Syura[42]:11)
Kemudian lebih
aneh lagi, lebih aneh dari semua ini, yang kita jumpai dalam terjemahan
Al-Qur’an yang dibagi-bagikan oleh Saudi Arabia, setiap jamaah haji yang pergi
ke Saudi yang pulang dibagikan Al-Qur’an terjemahan bhasa Indonesia.
Ketika ayat berikut ini diterjemahkan
وَسِعَ
كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar (QS.Al-Baqarah[2]:255).
Mereka
menyebutkan beberapa penafsiran di footnote, kursi diartikan ilmu Allah
Swt, kekuasaan dan penafsiran yang paling shahih ini, merupakan
keterangan yang terdapat di footnote, bahwa kursi merupakan tempat diletakan
telapak kaki Allah Swt, dari mana sumbernya, dari quran apa bukan? Dari
sebuah hadis munqati yang diriwayatkan dari Said bin Jubair bayangkan hadis
terputuspun sampai dijadikan sebagai dasar untuk menafsirkan Al-Qur’an yang
berhubunga dengan sifat Allah Swt Swt.
Kursi itu tempat meletakan kaki Allah Swt dan ada lagi yang
lebih berani mengatakan bahwa Arys Allah Swt terbuat dari rugby…nah kalau
seandainya hal hal semacam ini kita terima, padahal bertentangan dengan
Al-Qur’an, apakah bukan merupakan dosa yang sangat besar, menisbatkan kepada
Allah Swt apa-apa yang tidak layak dan tidak patut.
Jadi maksud
dari ucapan saya, yang menerangkan bahwa kalau bukan dari Allah Swt pasti kita
jumpai perselisihan dan pertentangan yang sangat banyak
Maka hendaknya
kita kembali kepada Al-Qur’an sebagai tolak ukur dan Al-Qur’an merupakan
kitab yang terjamin kebenarannya dan maka mari kita kembali pada Al-Qur’an
dan mengembalikan semua kitab-kitab dari semua golongan yang ada,
baik dari Ahlisunnah maupun Syiah, dimata saya semua itu bukan kitab suci dan tidak
ada perintah dari rasul dan keluarganya dan para sahabat yang memerintahkan
agar kita berpegang pada kitab-kitab tersebut. Tapi yang ma’ruf bahwa
Keluarga Nabi Saw menegaskan, dari Ahlulbait saya tidak katakan dari Syiah,
dari Ahlulbait langsung dari atas,
Jika kalian meriwayatkan dari
rasul dan kami maka cocokan dengan kitab Allah Swt, Yang cocok ambil dan yang
tidak cocok kalian tinggalkan, karena kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang
bertentangan dengan kitab Allah Swt
Sedangkan dari
versi Ahlisunnah kita jumpai bagaimana Ummul Mukminin Sayidah Aisyah ra yang
sering mengoreksi hadis yang diriwayatkan oleh sebagian sahabat
karena bertentangan dengan Al-Qur’an
Sebagai contoh ketika ada berita yang mengatakan ketika Nabi Saw
dimi’rajkan, Nabi Saw melihat Allah Swt swt. sayidah aisyah mengatakan, sungguh dusta orang yang mengatakan bahwa Rasulullah melihat
Tuhannya pd saat perjalanan Isra Mi’raj dan di shidratil muntaha
Yang merowikan
hadis ini bertanya, “Bagaimana firman Allah Swt ini wahai Sayidah Aisyah?”:
ثُمَّ دَنَا
فَتَدَلَّى .فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى . فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ
مَا أَوْحَى
Kemudian dia mendekat, lalu
bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung
busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya
(Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan ( QS.An-Najm[53]:8-10)
Sayidah Aisyah
mengatakan, bahwa saya langsung bertanya kepada Rasulullah Saw, mengenai
ayat-ayat ini. Beliau mengatakan bahwa ini Jibril yang dilihat Rasul di gua
hira dalam bentuk aslinya dan kemudian keduanya kalinya ketika berada di
Sidratil Muntaha, jadi yang dilihat bukan Allah Swt tapi Jibril.
Kemudian
Sayidah Aisyah membacakan Firman Allah Swt berikut ini:
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ
وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui(QS.Al-An’am[6]:103).
Begitu pula
kritikan Sayidah Aisyah kepada Ibnu Umar yang mengatakan seorang mayit disiksa
karena tangisan keluarganya, sayidah mengatakan, “ Ibnu Umar salah dalam hal
ini , bukankah Allah Swt mengatakan “
وَلَا تَزِرُ
وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Dan orang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain(QS.Fathir[35]:18)
Orang tidak
akan menanggung dosa orang lain, Masa oranglain berbuat kita yang kena
dampaknya, padahal kita tidak sama sekali melakukan apa-apa
Oleh karena itu
maksud dari apa yang saya sampaikan, Ustad Firanda yang saya hormati.
bukan menolak semua hadis, tapi menolak hadis-hadis yang bertentangan dengan
Al-Qur’an, mari kita jadikan Al-Qur’an didepan, hadis-hadis yang berasal dari
manapun kita cocokan dengan kitab Allah Swt, yang cocok kita ambil dan yang
tidak cocok kita buang
Saya bukan
termasuk dari orang yang ingkar sunnah dan juga bukan termasuk ahli hadis yang
menerima semua hadis, karena hadis-hadis itu terdapat dalam Bukhari , Muslim,
al Kafi, al Kulaini, ataupun dalam buku-buku yang lain
Saya bercuci tangan semua ini dan saya bercuci tangan dari
orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya menolak untuk menerima sunnah yang
datang dari Nabi Saw, kalau betul-betul datang dari Nabi Saw kita sami’na wa atha’na. tapi persoalannya disini mengenai
keraguan,Apa betul ini datang dari Nabi Saw, untuk membuktikan kebenarannya
cocokan dengan kitab Allah Swt dan yang cocok kita ambil, sedangkan
yang tidak cocok kita buang.
Ma’adzAllah Swt an nakuna
minhum kita berlindung kepada Allah Swt agar tidak termasuk bagian dari
mereka.
Saya juga
bukanlah seorang yang gampang menerima hadis, karena hanya melihat sanadnya
yang muttashil, rawinya yang adil, begitu pula kecermatan rawinya, sedangkan
isi matan hadis tersebut mengandung keganjilan dan kemunkarannya
yang tidak layak sama sekali untuk dikategorikan sebagai sabda Nabi Saw saw,
karena Nabi Saw sebagai seorang mubaligh, seorang yang menyampaikan amanah
Allah Swt, beliau tidak menambahkan dan mengurangi kitab-Nya. Sunnah Rasul yang
sebenarnya adalah yang sejalan, seiring dan seirama dengan ayat-ayat Allah Swt.
Jadi pada kali ini saya menanggapi hal ini dulu dan saya mohon maaf bukan ingin
berdebat dan berbantah-bantahan, mohon maaf supaya tidak disalahfahami, yang
saya sampaikan tadi untuk menegaskan bahwasanya selain dari kitab
Allah Swt tidak dapat kita terima dan ditelan begitu saja sebelum dicocokan
dengan kitab suci Al-Qur’an. jangan sampai nanti kita menyesal karena
mengabaikan Al-Qur’an dan mengutamakan yang lainnya seperti yang terjadi
pada umat yahudi yang mengutamakan Talmud dari pada taurat, sampai Sayidina
Umar marah ketika orang banyak meriwayatkan hadis dan melupakan
Al-Qur’an.
Apakah kalian
akan menduakan kitab Allah Swt seperti yang dilakukan oleh para ahli kitab
Allah Swt, lama kelamaan mereka meninggalkan kitab Allah Swt dan mengikuti
Talmud yang merupakan penafsiran dari Nabi Saw- Nabi Saw dan ulama mereka yang
kebanyakan telah menyeleweng dari kitab Taurat, lama kelamaan karena kitab
taurat diabaikan, Akhirnya pemalsuan masuk kepada kitab Taurat, oleh karena itu
kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kita hidayah untuk
beriman kepada kitab-Nya, semoga Allah Swt menjadikan kita sebagai orang yang
menjunjung tinggi kitab-Nya, mempelajari Sunnah-sunnah Rasul agar Allah
Swt memberikan petunjuk yang benar dan menjauhkan kita dari yang menyimpang,
maka dengan tegas kita ucapkan bahwa kita hanya menerima dari riwayat –riwayat
hadis setelah dicocokan dengan Al-Qur’an, yang cocok isinya dengan Al-Qur’an
kita terima yang tidak kita tolak dari manapun dia berasal.
Dan saya
berharap, mudah-mudahan Ulama Ahlisunnah dan ulama-ulama Syiah mau
membuka hati mereka agar jangan berfanatik kepada kelompok dan golongan mereka
Karena ajaran
dari keluarga rasul dan dari sahabat rasul serta istri rasul mengajak kita
untuk kembali kepada Al-Qur’an dan menjadikan dia pada kedudukan yang paling
utama krn Al-Qur’an kitab yang dijelaskan atas dasar ilmu dan bukan
sembarang ilmu tapi dari ilmu Allah Swt yang tidak mungkin salah.
Demikianlah
para ikhwan dan akhwat, dan mudah-mudahan Ustad Firanda baik perantara
yang mendengarkan dapat memahami apa yang saya sampaikan, bahwa saya tidak
termasuk dari kalangan JIL dan bukan termasuk pula dari kalangan ahli hadis
yang sembarang nerima semua hadis dan bukan termasuk dari orang-orang yang
menolak sunnah Nabi Saw Muhammad saw, bagaimana kita menolak sunnah Rasul
sedangkan Allah Swt berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah (QS.Al-Hasyr[59]:7).
sebelum
mengatakan ini Sunnah mari kitab buktikan terlebih dahulu.
Wassalamu alaikum wrwb.