Sunday, May 31, 2015

Wawancara Eksklusif Komandan Mujahidin Suriah Tentang 'Kabar Gembira' Kondisi Terkini

Teks terjemahan wawancara eksklusif bersama Syaikhul Mujahidin Zahran Alloush, Komandan Jaisyul Islam kepada Al-Souria Net (Tertanggal publikasi 19 Mei 2015).

Dalam wawancara ini beliau menyoroti antara lain:
-Semakin kuatnya pengaruh Iran di dalam rezim Suriah. Zahran Alloush mengungkapkan bahwa andil pengambilan keputusan utama di Suriah kini ada di tangan Iran, seperti kasus pembunuhan terhadap pejabat senior rezim baru-baru ini dilakukan atas perintah dari Teheran,
-Bagaimana rencana jangka panjang dan rekonstruksi Suriah setelah tumbangnya Assad, atau visi manajemen stabilitas sebuah negara,
-Menjelaskan terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dialamatkan kepada Mujahidin,
-Serta menyoroti isu ISIS yang dianggap merajalela di Suriah,

Berikut ini adalah teks lengkap dari wawancara (Translate by ES):

Al-Souria Net (SN): Beberapa waktu yang lalu, Jaisyul Islam menyiarkan klip video yang menunjukkan sebuah parade pasukan militer di Ghouta timur. Video tersebut menunjukkan kemampuan militer di lokasi yang berjarak hanya beberapa kilometer dari istana Presiden Basyar al-Assad. Pesan apa yang ingin anda sampaikan?

Zahran Alloush (ZA): Kami ingin mengatakan bahwa pasukan kami berada di pinggiran ibukota Damaskus. Yang dilatih, terorganisir dan beroperasi dalam kerangka kerja terstruktur secara lembaga. Kami memiliki kekuatan yang dapat membuat kami berdiri untuk menghadapi rezim Assad, sehingga pasukannya yang dibantu milisi Iran dan Lebanon tidak akan dapat mengakses wilayah Ghouta. Rezim harus sadar bahwa kontrol atas Damaskus tidak seperti di dulu, pada saat ini, hanya beberapa kilometer lagi dari istana Presiden, Jaisyul Islam melindungi warga sipil di daerah yang dikepung, dan kekuatan kami akan selalu siap menghadapi rezim.

SN: Apakah Anda beranggapan bahwa Jaisyul Islam telah berhasil menciptakan 'keseimbangan teror' bagi ibukota Damaskus, dalam arti bahwa kalian memberikan efek gentar terhadap rezim?

ZA: Hari ini, rezim benar-benar yakin bahwa mereka tidak dapat meremehkan kekuatan kami maupun faksi jihad lain di Damaskus. Berulang kali rezim mencoba menyerbu Ghouta, dan sampai sekarang masih berlangsung, namun berkat pertolongan Allah kita mampu menghadapi pasukan mereka dan menyebabkan kerugian besar bagi mereka. Kami percaya bahwa kami berhasil memberikan pukulan telak untuk rezim dan menurunkan citra rezim di mata pendukungnya. Sebagai contoh, ketika kami menargetkan serangan ke markas besar keamanan di ibukota Damaskus. Pasukan rezim dikerahkan, dan lalu lintas di kota menjadi lumpuh sebagian, terutama ketika kami mengumumkan jam malam. Jelas rezim malu ketika kami memukul pasukan mereka, dan satu-satunya cara mereka untuk membalas itu adalah dengan menembaki dan membantai warga sipil.

SN: Komandan Ahrar Syam, Abu Jaber abu-Sheikh, memposting gambar pertemuan Anda dengan dia beberapa hari yang lalu, bagaimana hubungan antara Anda dan Harakah Ahrar Syam?

ZA: Ada koordinasi antara Jaisyul Islam dan saudara-saudara kami dari Harakah Ahrar Syam, kami berada di front yang sama dan melawan musuh yang sama. Saya ingin menunjukkan bahwa koordinasi kami tidak hanya dengan Harakah Ahrar Syam, tapi juga dengan faksi lain yang melawan pasukan rezim.

SN: Ketika berbicara tentang jatuhnya rezim Assad, ada kekhawatiran bahwa tahapan pasca Assad mungkin ditandai dengan terjadinya kekacauan di seluruh negeri. Apakah Anda memiliki rencana (antisipasi) untuk mengendalikan kekacauan dan menjaga entitas negara Suriah?

ZA: Ya, sekarang kami telah menerapkan rencana tersebut di Ghouta timur. Peradilan telah banyak membantu kami untuk mengamankan wilayah tersebut dan mencegah kekacauan. Situasi saat ini di Ghouta timur lebih stabil daripada situasi di Damaskus. Tidak ada penculikan atau pencurian di wilayah kami. Karena posisi Jaisyul Islam di pinggiran ibukota Damaskus, misi kami sebagai faksi militer senior adalah untuk menjaga keamanan dan stabilitas, dan visi kami ini tidak hanya untuk di Damaskus, tetapi juga di semua wilayah Suriah berkoordinasi dengan fraksi lain. Rencana kami didasarkan pada perlindungan fasilitas umum dan properti warga. Kami juga memiliki visi prosedur keamanan yang mencegah terjadinya tindakan yang dapat menyebarkan teror dan ketakutan di antara warga, merusak properti serta kehidupan mereka. Penjagaan lembaga negara merupakan prioritas bagi kami, karena lembaga-lembaga ini adalah milik rakyat, dan salah satu alasan perjuangan kita melawan rezim adalah untuk memperbaiki lembaga-lembaga ini. Kami sekarang memiliki pengalaman di Ghouta timur dalam mempertahankan lembaga-lembaga negara yang kita beri perlindungan, dan kami akan bekerja untuk memberikan keamanan dan stabilitas lembaga-lembaga yang akan memimpin fase berikutnya di Suriah.

SN: Apakah Jaisyul Islam berniat untuk menjadi bagian inti dari tentara Suriah setelah jatuhnya Assad?

ZA: Ya, kami memiliki keinginan untuk menjadi bagian dari tentara Suriah yang misinya untuk melindungi negara dan warga negaranya. Tentara harus menjadi bagian dari pembentukan militer yang mendedikasikan kemampuannya untuk rakyat, bukan untuk membunuh mereka seperti yang kriminal Basyar al-Assad lakukan ketika rakyat Suriah memberontak melawannya. Tentara Suriah selanjutnya adalah mereka yang mengangkat senjata melawan rezim, ketika rezim membunuh dan menembak warga sipil dengan berbagai jenis senjata.

SN: Apakah Jaisyul Islam memiliki visi tentang bagaimana untuk mengontrol penyebaran senjata setelah jatuhnya rezim, terutama senjata di tangan warga sipil?

ZA: Kontrol senjata pertama tergantung pada penyediaan jaminan keamanan, dan keamanan tergantung pada kontrol senjata. Kami memiliki pengalaman ini sekarang di timur Ghouta, di mana kami telah mendirikan komando tunggal kepolisian. Kantor di komando ini ditujukan untuk mengontrol pendaftaran, transfer dan penggunaan senjata. Pengalaman ini dapat dilanjutkan ke daerah lain di bawah kendali Jaisyul Islam, bahkan setelah penggulingan rezim.

SN: Ada kekhawatiran bahwa kubu militer akan memerintah Suriah setelah jatuhnya rezim, akankah Jaisyul Islam campur tangan dalam urusan sipil?

ZA: Kami sekarang berjuang untuk melindungi warga sipil terhadap kriminalitas rezim. Keberhasilan pemerintahan di negara manapun memerlukan upaya yang terkoordinasi antara lembaga sipil dan militer, dan Jaisyul Islam akan memberikan perlindungan serta dukungan kepada otoritas sipil untuk melaksanakan tugas-tugas mereka di Suriah setelah jatuhnya rezim. Para pejuang di daerah yang dibebaskan telah membuktikan kemampuan mereka untuk mengelola urusan sipil melalui lembaga sipil. Warga sipil sendiri telah mengelola pemerintahan sendiri di banyak wilayah, sementara faksi militer menyediakan perlindungan yang diperlukan.

SN: Ada analisis dan spekulasi mengenai kunjungan Anda ke Turki. Bisakah Anda menjelaskan kepada kami, mengenai alasan di balik kunjungan ini?

ZA: Kunjungan ini adalah untuk membahas berbagai permasalahan di Suriah dari banyak sisi, dan pertemuan-pertemuan masih akan terus berlangsung. Kami berharap hasil kunjungan selanjutnya akan membawa keberhasilan.

SN: Isu 'Razan Zeitouneh' adalah salah satu isu paling sensitif yang berkaitan langsung dengan Jaisyul Islam, karena beberapa orang menuduh Jaisyul Islam terlibat langsung dalam menghilangnya Razan Zeitouneh, tetapi pada saat yang sama Anda menyangkal hubungan dengannya. Dapatkah Anda menjelaskan hal ini kepada kami?

ZA: Razan Zeitouneh menghilang di daerah di mana Jaisyul Islam tidak ada disana. Ketika Razan Zeitouneh diculik di kota Douma pada bulan November 2013, Jaisyul Islam tidak di kota tersebut, dimana kami memiliki saksi dan bukti untuk menguatkan ini. Tidak ada pejuang dari Jaisyul Islam berada di kota pada saat itu. Ada faksi lain yang hadir pada waktu itu, dan Razan Zeitouneh diculik dari pusat wilayah yang dikelilingi oleh kantor pusat empat faksi ini.

SN: Beberapa kritikus berbicara tentang penjara yang dioperasikan oleh Jaisyul Islam, dan mengatakan bahwa pelanggaran HAM telah terjadi di dalamnya, apa tanggapan Anda atas tuduhan ini?

ZA: Tidak ada pelanggaran HAM di penjara Jaisyul Islam. Kami telah berkontribusi terhadap penciptaan peradilan terpadu, dan kami telah sepakat dengan pengadilan untuk melepaskan sebanyak mungkin tahanan. Lembaga hukum tidak mampu untuk menangani seluruh terdakwa, jadi kami membawa mereka ke pengadilan untuk persidangan sebelum melepas mereka.

SN: Bulan lalu kita menyaksikan pertempuran sengit di kamp pengungsi Yarmouk antara -yang disebut sebagai- "Negara Islam" (ISIS) dan faksi oposisi -termasuk Jaisyul Islam- apakah anda masih khawatir dengan kehadiran I**S di wilayah ibukota dan sekitarnya?

ZA: Saya memperkirakan bahwa I**S tidak akan memiliki pengaruh di Damaskus dan sekitarnya, karena keberadaan mereka berdasarkan ke-Ghuluw-an, yang tidak diterima secara sosial di sini. Jaisyul Islam dan fraksi lain akan terus berjuang melawan I**S tanpa ampun. Kami telah mengusir mereka dari al-Qaboun dan Barzeh di wilayah Damaskus. Ini bertepatan dengan kampanye berkelanjutan kami untuk mendeteksi sisa-sisa kekuatan I**S di Ghouta timur, dan kami membuat kemajuan dalam hal ini. I**S tidak memiliki masa depan di Suriah karena, seperti yang saya sebutkan, mereka adalah sebuah organisasi berdasarkan ke-Ghuluw-an dan darah, dimana pandangannya berbeda jauh dengan masyarakat Suriah. Jumlah penyimpangan yang dilakukan I**S semakin banyak, dan semakin banyak faksi menunjukkan kesediaannya untuk melawan mereka. Seperti yang sudah diketahui bahwa rakyat Suriah berada di baris terdepan dalam melawan I**S, sebelum ekspansi mereka.

SN: Bagaimana situasi yang dihadapi rezim Assad saat ini?

ZA: Rezim Assad telah berubah menjadi koalisi milisi. Iran kini adalah penguasa sebenarnya dalam pengambilan keputusan di Suriah. Banyak pejabat senior rezim dibunuh oleh Iran dan anteknya di wilayah kekuasaan Assad. Rezim sekarang dalam keadaan terlemah sejak awal revolusi Suriah, dan Basyar al-Assad hanyalah komandan milisi yang profesional dalam melakukan tugas pembunuhan, perampokan dan pertumpahan darah. Keberadaan Assad kini dihubungkan dengan keberadaan milisi tersebut yang menerima pukulan telak dari para Mujahidin. Tanpa dukungan dari Rusia, Iran dan milisi Hezbollah (Hizbullat), maka tidak akan ada rezim Assad. Tapi berapa lama dukungan ini akan terus berlanjut? Sekutu rezim akan mencapai titik dimana mereka menyadari bahwa mereka harus meninggalkan Assad dalam rangka untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Ini sudah mulai tampak pada lebih dari satu front.

SN: Akankah tahun 2015 saksi kemenangan revolusi Suriah?

ZA: Pengharapan kami kepada Allah tak ada habisnya, dan banyak tanda-tanda besar sudah nampak, insya Allah.

SN: Apakah Anda memiliki visi mekanisme strategis untuk mengontrol perbatasan Suriah setelah jatuhnya rezim?

ZA: Ya, ini adalah prioritas. Kami akan bekerja dalam koordinasi dan kerja sama dengan seluruh faksi dan negara-negara tetangga untuk melindungi perbatasan sehingga tidak menjadi ancaman bagi tetangga kita, seperti yang rezim Basyar al-Assad melakukan selama bertahun-tahun terakhir (bahkan sebelum revolusi), dimana ia ingin meyakinkan negara-negara tetangga bahwa keamanan mereka bergantung pada keamanan rezimnya. Kita semua tahu bahwa selama berlangsung krisis pada rezim, memungkinkan ekstremis memasuki Suriah, dan memfasilitasi gerakan mereka.


*dari fb Risalah News