Surat kabar
kenamaan asal Amerika Serikat, The Wall Street Journal, menyatakan bahwa
pemerintah Teheran akan mengumumkan dalam beberapa hari ke depan perwalian
penuh kepada rezim Bashar Al Assad, melalui aktivasi perjanjian pertahanan
bersama yang ditandatangani kedua negara pada tahun 2006.
Dalam artikel terbitannya pada hari Senin (08/06) kemarin, The
Wall Street Journal menjelaskan bahwa perjanjian pertahanan Iran-Suriah akan
memungkinkan Teheran untuk campur tangan secara militer dalam menghadapi kelompok
oposisi bersenjata di Suriah.
Seperti dikutip surat kabar dari sumber intelejen mengatakan
bahwa langkah tersebut diambil Iran setelah menguaknya kasus korupsi yang
merajalela di tubuh militer, serta mental pasukan pemerintah yang hancur akibat
perang berkepanjangan.
Menurut sumber tersebut, Iran kini telah mempersiapkan
100.000 tentara Syiah yang dilatih khusus oleh pasukan Al Quds Force,
untuk dikirim ke Damaskus melalui jalur udara. “Ini untuk menghindari serangan
mendadak yang dilakukan pejuang revolusi Suriah,” ujarnya.
Belum diketahui pasti apakah Iran akan mengumumkan secara
terbuka aktivasi perjanjian pertahanan 2006, atau hanya diantara kedua negara.
Akan tetapi satu hal yang pasti bahwa pasukan rezim Bashar Al Assad tidak
pernah mendapat hasil kemenangan yang siginifikan sejak memasuki awal tahun
2015 lalu.
Presiden
Yaman: Syi'ah Iran mengacak-acak negara Yaman
Presiden
Yaman yang tengah berada di pengasingan, AbduRabbu Mansour Hadi, kembali
memberikan komentar terkait peran republik Syi'ah Iran dalam mengacak-acak
negara Yaman. Hadi menuduh Iran menjadi aktor yang bermain dalam kekacauan di
Yaman, bahkan menyebut aksi Iran lebih berbahaya daripada aksi al-Qaeda dulu.
"Apa yang dilakukan Iran (di negara Yaman) lebih berbahaya
dari apa yang pernah dilakukan oleh al-Qaeda," jelas Hadi seperti dimuat
Al-Arabiya, Senin (8/6) kemarin.
Kepada Iran, Hadi telah menyerukan agar berhenti mencampuri urusan
Yaman dan mengangkat antek-anteknya dari Yaman.
Hadi juga
membeberkan bahwa pihaknya telah menangkap banyak anggota milisi Houthi yang
mengakui merupakan hasil didikan Garda Revolusi Iran, sebuah pasukan
"elit" yang berada di bawah Imam Mahdi Syi'ah (fiktif) melalui Rahbar
Rafidhah 12, Ali Khamenei.
"Saya
tidak membawa hal kosong. Kami telah menangkap mereka yang telah dididik oleh
Garda Revolusi Iran. Mereka ditahan di penjara-penjara kami," lanjut Hadi.
Sementara
terkait pertemuan di Jenewa, Swiss, Hadi memastikan jika hal tersebut bukanlah
dialog damai dengan para pemberontak Syi'ah Houthi. Melainkan diskusi terkait
implementasi resolusi PBB nomor 2216 untuk menekan Houthi dan sekutunya agar
mundur. (Al-Arabiya/risalah)
Yordania Tolak Pelancong
Syiah Iran Wisata Ziarah ke Makam Sahabat Nabi
Senin, 8 Juni 2015 - 13:05
WIB
Mazar Selatan bersejarah penting bagi umat Islam, tempat
pertempurn antara pasukan Muslim dengan tentara kekaisaran Romawi Timur
(Bizantium) atau Basra.
Pemerintah Amman telah menolak beberapa permintaan dari Iran
agar kelompok-kelompok pelancong reliji dari negeri Syiah itu diperbolehkan
melakukan wisata ziarah di Kerajaan Yordania, kata seorang pejabat pemerintah.
Menteri Wakaf dan Urusan Islam Hayel Dawud
mengatakan kepada Jordan Times hari Ahad (7/6/2015) bahwa pejabat di Teheran
telah membuat beberapa kali permintaan “lisan” untuk meningkatkan hubungan
dengan Kerajaan Yordania, termasuk dalam bidang wisata ziarah (wisata reliji).
Dawud mengatakan tahun lalu Iran lima kali
meminta agar kelompok-kelompok wisatawan ziarah diperbolehkan berkunjung ke
makam-makam para sahabat Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam di Mazar
Selatan di Karak. Semua permintaan itu ditolak oleh pemerintah Amman.
“Jawaban kami adalah bahwa kami menyambut
baik hubungan yang lebih baik, tetapi masalah wisata reliji tidak mungkin,
dikarenakan ketegangan sektarian yang sedang terjadi di kawasan ini,” kata
Dawud.
Lebih lanjut dikatakan Dawud bahwa Iran
sangat ingin menyelenggarakan kunjungan wisata secara reguler ke makam-makam
dan tempat-tempat yang mereka keramatkan di Karak, bagian selatan Yordania,
yang berjarak sekitar 150 kilometer arah selatan ibukota Amman.
Pejabat-pejabat Iran, termasuk mantan duta
besarnya untuk Yordania, berulang kali mengatakan Teheran berkeinginan kuat
untuk meningkatkan hubungan bisnis dengan pemerintah Amman, termasuk memasok
kebutuhan minyak Yordania selama 30 tahun dengan imbalan orang-orang Syiah
diperbolehkan berwisata ziarah ke negeri itu.
Daerah Mazar Selatan memiliki arti sejarah
penting bagi umat Islam. Pada tahun 629 Masehi atau 8 Hijriyah, di dekat
kampung bernama Mu’tah di dekat Sungai Yordan terjadi pertempurn besar antara
pasukan Muslim dengan tentara kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) atau Basra.
Komandan-komandan pasukan Muslim syahid dalam pertempuran itu, seperti Zaid bin
Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Para sahabat
Rasulullah SAW yang gugur di medan pertempuran dimakamkan di sana.
Menurut para pejabat di Mazar Selatan,
wisatawan yang datang ke daerah itu berasal dari berbagai negara seperti India,
Pakistan, Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, Afrika Selatan, Thailand,
Singapura, Turki, Australia, Spanyol, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Libanon,
Suriah dan Iraq.
Pada tahun 2014, sekitar 30.000 orang dari
berbagai negara mengunjungi makam dan tempat-tempat bersejarah di sana.*